Kedua

12 1 12
                                    

Tok tok, Ketukan pintu berasal dari Kira membuat atensi manusia di dalam ruangan tersebut menoleh padanya. Kira memberi senyum kepada mereka dan berjalan ke bangku kosong yang tersedia.

Tok tok "Permisi..," anak tersebut langsung masuk ketika guru mengangukkan kepala. Ia lantas mengendarkan pandangannya mencari tempat duduk yang kosong. Ia berjalan menuju tempat duduk tersebut, tanpa se izin orang yang duduk di bangku sebelahnya, ia langsung mendaratkan bokongnya ke kursi tersebut.

Kira telah selesai menulis daftar hadir, ia langsung menghadap sebelah kanannya untuk memberikan kertas daftar hadir tersebut "ini," senyuman Kira memudar, uluran kertas tersebut diterima oleh si empu tapi tangan kira tetap menggantung di udara. Waktu seakan berhenti saat mengetahui siapa yang di sebelahnya saat ini, ya dia Arjeno.

Jeno berdeham "Itu tangan gak pegel apa?."

"Hah?," bingung Kira, pantas sih Haechan bilang Kira kayak orang bego kalau soal cinta, nih buktinya, Kira jadi seperti orang tolol.

"Oh, hehe."sadar kira setelah beberapa detik lalu menurunkan tangannya dan berdeham untuk meredakan malunya.

Oh tuhan, Bawa Kira hilang dari hadapan Jeno sekarang, malunya tuh-- ah sudahlah.

Jeno terkikik pelan sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Kira, ada-ada saja anak perempuan satu ini.

Kira yang melirik Jeno dengan sengaja tanpa pengetahuan si empu, menatap bingung jeno saat si empu tersenyum tipis dan menggelengkan kepala dengan tiba-tiba. Buset, mikir apa nih bocah, untung ganteng. Sekiranya itu pikiran positif dari Kira.

"Jadi anak-anak kehadiran kalian disini sebagai perwakilan sekolah untuk OSN, kita akan belajar bersama selain itu Ibu percaya pasti belajar bersama lebih enak karena kalian bisa saling berbagi ilmu. Kalian semua pintar jadi tidak ada kesenjangan diantara kalian. Nah, teman belajar kalian adalah teman bangku kalian sendiri, Bagaimana?."

Suasana menjadi sedikit ramai, ada yang senang, adapula yang sedih, seperti Kira sekarang. Jangan  anggap Kira akan senang dengan ini, begini deh apakah kalian bisa fokus belajar saat disamping kalian adalah orang yang kalian suka, gak bisa kan?? Pasti gak bisa lah.

"Setuju anak-anak?. "

"SETUJU BU!!,"  seru para Siswa kecuali Kira dan Jeno.

Kira menghela nafas, hah.. sepertinya semesta sedang ingin bermain dengannya.

"Okay, ibu bagikan materi yang bisa kalian pelajari bersama patner belajar kalian. Minggu depan kita bertemu lagi untuk mengulas materi yang sudah kalian pelajari. Selamat belajar anak-anak, semangat ya!!," ucap bu guru lalu memberikan kertas tersebut pada bangku depan untuk disalurkan ke belakang. Beliau pun izin pamit karena harus mengurus keperluan untuk olim.

Lembaran tersebut sudah berada di tangan Kira. Demi Neptunus materi nya bikin otak Kira mengepul, Bagaimana bisa materi kuliah kakak kira saat semester satu berada di daftar materi yang akan diujikan. Wah, tampaknya jika dia lolos OSN dia bisa lompat langsung menjadi mahasiswa kedokteran.

Kira melirik Jeno yang tampak santai tidak ada raut beban hidup di mukanya setelah melihat materi yang dibagikan.  Well, dia anak percepatan kelas wajar sih mukanya biasa saja, otak orang jenius memang beda.

Sudah beberapa kali Kira menghela nafas sambil melihat materi tersebut "Kalau dilihatin terus gak bakal pinter." Kira menatap Jeno bingung.

"Jangan dibawa berat. "

"Gimana gak berat, materinya sebanyak ini dan baru pertama kali ikut OSN. " memang benar ini pertama kali Kira menjadi perwakilan OSN, beda dengan Jeno yang sudah pernah menjadi perwakilan OSN di tahun lalu.

"Aku ajarin." Kira mengerutkan dahinya.

"Kita belajar bareng kan? Aku ajarin deh, Gimana?."

Kira berpikir sebentar, tidak ada ruginya juga tapi hatinya harus berkompromi dengan otaknya. Ah, masalah hati urusan belakangan.

"Ehmm, oke deh." Kira beranjak dari duduknya, sumpah demi apa perutnya sudah memberontak untuk diisi makanan,tapi ada tangan yang menahannya, Oh tuhan apa lagi hamba sudah lapar huhu.

Kira menaikkan alisnya seakan bertanya pada Jeno "Mau kemana?."

Ini kalau gue jawab ke hatimu bakal ditabok gak ya gue.

"Kantin," jawab Kira sambil melepas pegangan Jeno.

"Oh maaf, " buru-buru Jeno melepaskan pegangan tangannya
"Gue ikut boleh gak?."

Mata kira melotot "Hah?." kira dengan cepat memperbaiki posisinya "Tapi gue mau ke kelas dulu ambil uang."

Jeno tampak berpikir "Gapapa, boleh kan?." Kira menganguk ragu, ia berjalan duluan.

Jeno berusaha menyamakan langkahnya dengan Kira "By the way, Lu dari kelas apa?."

"11-MIPA 5." Jeno mengangukkan kepala. Kira tiba-tiba berhenti lalu menghadap Jeno dengan jari telunjuk di depan Jeno "Jangan-jangan lu belum tau nama gue ya, Jen?, " tuduh Kira. Jeno menyegir polos dan menganguk "Tapi gue kan tau kelas lu." Kira mencibir "Heleh, baru tanya juga bangga, cih."

"Ini baru mau tanya nama lu," bela Jeno.

"Cari sendiri ya Mas Arjeno terhormat," ucap Kira dan meninggalkan Jeno.

Dasar, minta ke kantin bareng tapi nama gue aja gak tau. Vina juga gitu, masa gue harus jadi mak comblang dia sama Jeno, sementara Jeno aja gak tau nama gue. Kira berdecih kesal dan masuk ke dalam kelasnya.

Vina melihat muka Kira yang kesal, bertanya-tanya "Kenapa lu?." kira meminum air dari botolnya dengan tidak santai "Gapapa, biasa Echan bikin darah tinggi." oke ingatkan Kira untuk meminta maaf kepada Haechan atas tuduhan yang dia berikan. Vina menganguk paham, Vina paham Kira selalu adu bacot dengan Haechan dan berakhir Kira yang selalu kesal.

UnmountedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang