1

8 2 1
                                    

Pagi ini Athar datang lebih awal dari biasanya, membuat Kay menjadi buru-buru karena belum menyelesaikan sarapannya yang 'wajib banget' kata Ibu.

"Nih bekal buat Alan sama Deo" Ibu memberikan bekal berisi nasi goreng itu pada Kay.

"Kok buat Alan sama Deo, bukan buat Kay?" Tanya Kay bingung.

"Hari ini spesial buat yang suka ngabisin bekal nya anak Ibu" ucap Ibu yang memang tidak ada salahnya.

"Yaudah sana berangkat" lanjut Ibu sambil mengantarkan putrinya itu ke luar.

Di depan sudah ada Athar yang langsung berdiri ketika melihat Kay dan Ibu keluar dari rumah.

"Yaudah, berangkat ya, Bu" ucap Kay sambil mencium tangan dan diikuti oleh Athar.

"Berangkat ya, Tante"

"Iya, hati-hati"

—•🌵•—


"Yo, gue pinjem buku pr lo sih" ucap Alan tanpa beban.

"Sama Chilla"

Ya kaya gitu lah nasib Deo. Nasib jadi anak pinter di kalangan teman-temannya, walaupun ia terkadang bobrok seperti Alan, ia merupakan salah satu murid yang bisa diandalkan kalo soal tugas-menugas.

Athar yang baru datang dan melihat percakapan ini, tanpa pikir panjang, "pas banget gue juga belom ngerjain" ucapnya sambil menjentikkan jarinya.

"Emang lo pernah kepikiran ngerjain?" Ucap Kay sambil menaikkan alisnya sebelah.

"Nggak"

"Jabatan doang tinggi, tapi pr nggak pernah kelar" cibir Chilla.

"Ya gimana, nilai gue nggak pernah iri sama jabatan gue. Jadi, nggak masalah kalo jabatan gue lebih tinggi dari pada nilai gue" balas Athar membuat teman-temannya malas mendengarkan ocehannya itu.

Tiba-tiba Aleya datang dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"HEH, MASIH NGERJAIN PR AJA LO PADA, TUH PAK TONI UDAH MANGGILIN ANAK ANAK!" Teriak Aleya dari depan pintu.

"Ah diem dulu lo!, mentang mentang pr lo udah kelar, lo duluan aja sana ke lapangan sendiri!" balas Alan sambil menulis dengan cepat.

"Gue sekarang udah berubah jadi anak rajin, lo harusnya contoh gue dong!" ucap Aleya yang langsung mendapat tatapan aneh dari teman-temannya.

"Wah harus di kasih apresiasi nih" ujar Athar sambil bertepuk tangan.

"Topeng monyet kali tuh, pake dikaasih tepuk tangan segala" ucap Alan pelan karena bisa lebam sebadan dia kalo Aleya sampe denger.

"Ehh! Udah ah kaya anak kecil aja kalian" ucap Hajul kemudian menggandeng tangan Aleya untuk ke lapangan bersamanya.

"Yuk nyonya Hajul" ucap Aleya sambil melirik Alan dengan sinis.

Pagi ini matahari seperti tidak ada dosa, panasnya membuat mereka semua tidak ada yang fokus dengan upacara. Apalagi Alan dan Deo yang tidak ada diamnya sampai di tegur kepala sekolah karena mereka tidak bisa diam, padahal baris mereka sudah paling depan.

Walaupun begitu, mereka tetap saja mendapat kalimat pujian setiap harinya. Si Deo, cowok yang selalu meraih peringkat tiga besar se-angkatan, walaupun kelakuannya tak jauh dari Alan, Cowok ini tetap menjadi topik pembicaraan cewek-cewek. Kalau Alan, jangan ditanya, walaupun tingkahnya yang selalu aneh dan suka gosip, tetapi ia merupakan salah satu siswa tampan yang dimiliki SMA Bhinneka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KazuyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang