PROLOG

15 3 0
                                    

"Hidup itu seperti jalan, Sa. Mulus atau gaknya itu udah pasti ada. Jangan terlalu merasa paling hancur padahal nyatanya hidup lo lebih mulus daripada orang lain."

"Emang bener yang lo bilang, masih ada yang lebih hancur daripada gue. Tapi yang gue rasa itu bener-bener capek, Kak. Dia seakan ingin gue tetap tinggal tapi gak pernah kasih pengorbanan buat gue. Dia berjuang tapi dia gak mau berkorban, Kak. Jadi, semua ini buat apa, hah?!" isak Rasa dengan tangis yang makin lama makin melirih.

Lara menghela nafas bingung. Hendaknya menyalahkan perasaan Rasa, namun nyatanya perasaannya tak salah sama sekali. Hanya waktu yang belum ingin memberikan kebersamaan untuk mereka.

Dengan lembut Lara memeluk Rasa, mengelus punggung Rasa membuatnya kian terisak sakit. Ingin sekali berteriak, tapi segala hal yang telah ia rasakan sudah sangat membuatnya lelah. Bahkan, menangis saja rasanya ia sangat sangat merasa lelah.

"Lupain dia!" seru Lara.

"Gimana gue mau ngelupain kalau dia terus buat gue gak bisa ngelupain dia?" Rasa mendongak masih dengan melingkarkan tangannya di perut Lara, lalu ia melirih, "Gimana gue mau lepas, Kak? Tolong kasih tau gue gimana caranya. Gue juga mau lepas dari dia."

Lara kembali menarik Rasa ke dalam dekapannya. Mendekapnya dengan erat namun tidak menyakitkan.

"Hidup gue udah terlalu banyak berubah karena kehadiran dia. Apakah gue masih terbiasa dengan kehilangannya? Apakah gue bisa menjalani semua ini? Capek."

Setitik air mata turun melewati pipi mulus Lara. Ikut merasa sedih melihat Rasa yang amat hancur. Benar-benar tak sampai hati melihat Rasa yang terbiasa ceria, Rasa yang selalu tak peduli, kini menjadi Rasa yang amat perasa dengan setiap kehadiran seseorang.

"Lo bisa berkeluh kesah ke gue." Lara tahu ... Rasa membutuhkan tempat bersandar, tempat berkeluh kesah, tempat mengadu, bukan saran yang hanya membuat telinga menjadi panas. Karena itu Lara hanya mampu mengucapkan kata tersebut.

Rasa melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya dengan kasar. Ia menghela napas berat lalu berusaha tersenyum walaupun terasa sangat terpaksa.

"Thank you." Rasa kembali melebarkan senyum. Kali ini senyumannya lebih ikhlas dari sebelumnya. Membuat wajah cantiknya semakin berkilau karena pancaran sinar matahari.

•••••

Haii semua. Ini project kesekian kali gue, gak tau deh kali ini bakal selesai atau justru kayak project sebelumnya yang berakhir terbengkalai. Doain aja selesai ya hehe...

Untuk project ini sebenarnya cuma untuk sekedar hiburan dan tempat curhat. Jadi untuk waktu pasti update gue gak bisa bilang. Yang pasti kalau lagi ada waktu kosong dan mood bagus😄😄

Oke deh. Gak mau basa-basi lagi. Ini murni hasil karya gue. Jadi kalau ada kesamaan nama, tempat, atau judul itu karena unsur ketidaksengajaan.

Happy reading!!!
Jangan lupa vote and komen. Follow juga akun wattpad gue Sdrn_adri thank you!!

Say to GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang