Ke-enam

13 4 7
                                    

Sent! Pesanku pada Ervan sudah terkirim. Tinggal menunggu pekerjaannya selesai saja. Beres!

Ervanda
Kau gila?! Kau ingin aku meretas informasi keluarga kita sendiri hah?!

Respon yang sudah bisa aku tebak.

Ya. Ada masalah Bapak Ervanda?

Kau benar2 sudah gila Farda Edorisa!!
Ada apa dengan kakek, nenek, ayah, ibumu sampai kau ingin aku meretasnya?

Bukan begini caranya berbisnis denganku Ervan. Kau cukup melakukan tugasmu tanpa tahu maksud dan tujuanku, aku cukup membayar hasil kerjamu jika kau berhasil melakukan tugas dariku. Paham?

Aku tidak paham. Aku tidak mau melakukannya sampai kau bilang padaku apa tujuanmu Farda.

Dia membuat ini semakin sulit. Mempersulit sesuatu adalah salah satu keahlian seorang Ervanda.

Kau tidak akan percaya jika aku memberitahumu.

Coba saja.

Coba saja katanya? Aku berdecak sendiri membaca pesannya.

Bukannya aku tidak mau menjelaskannya padamu. Tapi aku tidak tahu darimana aku harus mulai menjelaskannya. Ini terlalu rumit.

Baiklah. Katakan semuanya di telpon.

Ervanda is calling..

Ervan memang se-gila ini, se-ingin tahu ini. Dia mengingatkanku pada Reshi, sebagai sesama makhluk yang selalu ingin tahu.

Tak urung, aku menggeser ikon gagang telpon hijau. Aku menempelkan ponselku di telinga sebelah kanan. Bersiap mendengarkan Ervan mengoceh lagi.

"Jadi, bisa kau jelaskan tujuanmu Nona?" Ervan seperti biasa. Tanpa intro. Harus langsung ke topik utama.

Bagaimana ini? Kenapa anak ini harus menelponku juga?

"Bagaimana kalau kita bertemu saja?" Aku mengucapkan itu secara spontan. Kenapa aku malah mengajaknya bertemu?? Ah sial! Aku salah langkah.

"Oh. Jadi kau mulai merindukanku Nona Farda?"

Aku memutar bola mataku. Malas sekali jika sudah begini. Dia dan seluruh asumsinya sendiri. "Tidak! Aku tidak segila itu sampai merindukanmu!"

"Baiklah Nona. Kita bertemu lima belas menit dari sekarang di cafe langganan kita. Ah, satu lagi. Satu menit kau terlambat, kau harus membayar untuk makananku nanti."

Sialan! Ini namanya senjata makan tuan. Kalian tidak tahu saja bagaimana porsi makan seorang Ervanda. Benar-benar luar biasa. Normalnya orang akan kenyang dengan satu piring nasi dan minum air satu gelas, dia baru akan kenyang dengan sajian fantastis. Dua piring nasi dengan porsi kuli, jus buah-buahan yang di mixed (minimal tiga buah dalam jus tersebut, yah paling tidak dia akan minum dua gelas), dessert-nya berupa gelato atau waffle dengan satu scoop ice cream, buah pencuci mulut (biasanya apel, anggur, dan jeruk), dan yang terakhir adalah susu. Apakah ini yang dinamakan rakus atau tamak?

"Itu berlaku juga denganmu Tuan Pemeras!"

"Ya ya ya. Terserah kau saja Nona. Aku tunggu disana. Sampai jumpa."

Belum sempat aku mengucapkan sampai jumpa padanya, dia sudah mematikan dulu sambungan telepon. Dasar Ervan!

Aku menatap cermin yang berada tepat di seberang kamar tidurku. Pantulan diriku ada di sana. Huh, untung saja aku tadi sudah mandi. Jadi sekarang tinggal ganti pakaian dan segera berangkat. Uang tabunganku dalam bahaya kalau sampai hari ini aku diperas habis-habisan oleh Ervan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let's WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang