Sudah hampir pukul 10 malam hari itu, tetapi Ten masih sibuk berkutat dengan tugasnya di sebuah ruang kelas yang terletak paling ujung di Fakultas Ekonomi kampusnya.
Tidak terdengar suara selain suara ketikan yang dihasilkan oleh keyboard laptop milik Ten, terlebih Ten tengah sendirian disana.
Menyadari hari semakin larut, Ten mulai membereskan barang-barangnya hendak pulang menuju kos tempatnya tinggal.
Ten memang pendatang itulah alasan mengapa ia memilih tinggal di kos yang terletak beberapa ratus meter dari kampus.
Seketika Ten menghentikan aktifitasnya setelah indera pendengarannya menangkap sebuah sebuah teriakan, tepatnya teriakan seorang wanita.
Sejenak Ten diam, mencoba mendengar baik-baik suara yang ia dengar.
Sepuluh detik.
Lima belas detik.
Tiga puluh detik.
Hingga satu menit, Ten tidak lagi mendengar suara teriakan yang ia dengar beberapa saat lalu.
Mungkin cuma perasaan gue aja.
batin Ten kemudian bergegas membereskan barangnya, namun tiba-tiba pintu ruangan kelas itu tertutup dengan amat kencang.'Braakk!'
Ten terperanjat kaget.
Ia langsung membalikkan badannya menghadap papan tulis, enggan menghadap ke pintu kelas yang baru saja tertutup dengan kuat seolah di banting dengan tenaga yang sangat besar.Ya Allah apa lagi ini?
Pikir Ten yang sama sekali tidak mau bersuara.Selang beberapa menit kejadian pintu terbanting, tidak ada lagi suara yang terdengar oleh Ten.
Ten lantas memberanikan diri untuk berbalik menuju pintu, meneruskan niatnya untuk pulang sembari terus berdoa dalam hati.
Tangan Ten meraih kenop pintu kemudian mendorongnya perlahan hingga pintu bercat putih itu terbuka.
Ten melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari ruangan kelas tersebut dengan langkah panjang berharap ia lekas keluar dari area kampus.
Bukan tanpa alasan, Ten kini merasa hawa di sekitarnya mendadak dingin membuat bulu kuduknya meremang.
Namun sialnya koridor yang ditapaki oleh Ten terasa begitu jauh hingga Ten merasa kelelahan. Bulir keringat sebesar biji jagung menghiasi kening mulus milik Ten.
"Hosh...hosh...hosh..."
Deru nafas Ten terdengar kasar, dadanya naik turun dengan cepat.
Wajah Ten juga menyiratkan kelelahan.Tiba-tiba lampu koridor tempat Ten berdiri mati secara bersamaan membuat Ten terkepung kegelapan.
Ten dengan sigap meraih ponselnya kemudian berusaha menyalakan flash agar dapat melihat di tengah kegelapan.
Beruntung meski ponselnya nyaris kehabisan daya, benda persegi itu masih bisa memberi Ten sedikit cahaya hingga ia masih bisa melihat jalan di depannya.Tidak putus asa, Ten kembali melanjutkan langkahnya menyusuri koridor yang seolah sangat panjang tersebut.
Ten bahkan sampai berlari sekencang yang ia bisa berharap kejadian ganjil ini segera usai.Ya Allah tolong...
teriak Ten dalam hati sembari terus melafalkan macam-macam doa yang Ten ketahui hingga suara pria asal Thailand terdengar seperti teriakan.Akhirnya setelah bersusah payah mencapai ujung koridor, usaha Ten membuahkan hasil.
Dengan nafas terengah, Ten tiba diujung koridor Fakultasnya.
Tanpa membuang waktu, Ten langsung melanjutkan langkahnya menuju gerbang utama kampus.Belum ada lima langkah Ten berjalan, lampu di area kampus kembali menyala.
Namun saat Ten hendak berbalik kearah gerbang kampus matanya melihat sesosok wanita bersimbah darah di lantai koridor merayap ke arahnya.Wanita itu terus merayap dengan gerakan cepat kearah Ten.
Derasnya darah yang mengalir dari sosok itu membuat lantai koridor di penuhi oleh bercak darah.
Bau anyir pun tak luput menusuk indera penciuman milik Ten.Tubuh Ten membeku, ia ingin langsung kabur tetapi tidak mampu.
Bahkan untuk sekedar berkedip pun ia tidak bisa."JANGAN BERADA DI KELAS UJUNG HINGGA LEWAT DARI JAM 9! RUANGAN ITU MILIK SAYA!"
Mendengar teriakan memekakkan telinga itu, Ten tanpa pikir panjang langsung mengambil langkah seribu tanpa menoleh ke belakang.
Wanita itu kemudian menyeringai.
***
Halo! Selamat datang di work hororku yang ketiga muehehe.
Ayo, vote komennya jangan pelit.
Makasih udah mampir💚
KAMU SEDANG MEMBACA
10 p m • W a y v [✔]
HorrorKumpulan cerpen horor dengan main cast member WayV. Disarankan untuk tidak membaca sendirian terlebih saat tengah malam. cr. Sartika Ayu Wulandari / 2020