Menara Air

252 73 23
                                    

Seperti biasanya, sore itu Hendery berjalan-jalan di area kampusnya dengan berjalan kaki seusai mengikuti kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasanya, sore itu Hendery berjalan-jalan di area kampusnya dengan berjalan kaki seusai mengikuti kelas.

Sebagai mahasiswa Fakultas Kehutanan, mata kuliah yang diikuti oleh Hendery tidaklah banyak.
Karena jiwa jalan-jalannya Hendery selalu menggelora, ia selalu berjalan kaki mengelilingi kampusnya hingga larut.

Namun hobinya harus tertunda hari ini karena hujan. Hendery memutuskan untuk berteduh terlebih dahulu di halaman perpustakaan FKIP.

Rintik hujan menimbulkan suara berisik membuat Hendery mengeluarkan ponsel dan earphonenya untuk menyetel musik.
Hendery memang tidak begitu menyukai suara hujan karena menurutnya suara hujan cukup menganggu.

Sekitar setengah jam berlalu hujan akhirnya berhenti.
Hendery mengeratkan jaketnya kemudian melanjutkan perjalanannya menuju tempat yang belum pernah ia kunjungi, yaitu Menara Air yang terletak di belakang gedung utama kampusnya.

Hendery adalah tipikal orang pemberani, makanya ia berniat menuju menara air meski telah mendengar urband legend mengerikan mengenai menara air itu dari mahasiswa lain berbagai jurusan.

Bukannya takut, Hendery justru penasaran dengan bangunan yang konon sudah ada di kawasan kampusnya sejak zaman penjajahan Belanda tersebut.

Meski hari sudah beranjak senja dan langit perlahan berubah menjadi gelap Hendery tidak mengurungkan niatnya untuk pergi ke Menara air.

Mitosnya, kita dilarang melihat keatas ketika melintasi Menara air saat hari sudah senja atau malam.
Hal itu tentu membuat rasa penasaran Hendery makin meninggi.

Pria berwajah Kaukasoid itu bahkan melangkahkan kakinya dengan cepat menuju area belakang gedung utama kampus tempat Menara air berdiri.

Rimbunnya pepohonan menyambut kedatangan Hendery di area belakang kampus, area yang sangat jarang dijamah oleh mahasiswa.
Tempat itu cenderung lembab bahkan jalannya agak berlumut karena memang jarang dilewati membuat Hendery lebih waspada melangkah.

Tepat sesudah azan maghrib berkumandang, Hendery berjalan mendekat ke Menara air namun belum mendongakkan kepalanya ke atas. Hendery masih berjalan lurus hingga tubuhnya tepat berada di menara air.

Hendery menengok keatas.
Ia bahkan mempertahankan posisinya seperti itu selama beberapa detik.
Namun matanya tidak mendapati apapun.

Ah, urban legendnya cuma boong!
rutuk Hendery dalam hati.

Ketika kaki Hendery hendak melangkah kembali, ujung mata Hendery mendapati seorang gadis berdiri tegak dibawah sebuah pohon besar nan tua dengan pakaian lusuh.
Penampilannya juga nampak sangat berantakan membuat Hendery tanpa pikir panjang mendekati sosok tersebut.

"Neng dari Fakultas mana? Udah malem mending pulang gih."
tegur Hendery dari jarak tiga meter kepada gadis itu.

Namun si gadis tak bergeming membuat Hendery mendecak.
Hendery hendak melangkahkan kakinya kembali, namun apa yang dilihat matanya benar-benar membuatnya merasa mual sekaligus jijik.

Sepatu putih milik Henderi digenangi oleh cairan bening dan merah berbau pesing sekaligus anyir.

Hendery yakin 100% kedua cairan itu adalah air seni dan darah haid.
Lambung Hendery kontan memuntahkan makan siang yang disantapnya di kantin dengan sempurna karena bau yang terlampau menusuk indera penciuman Hendery membuat pria tampan itu benar-benar tak kuasa menahan rasa mualnya.

Mata Handery bahkan sampai berair, namun mulutnya masih mengeluarkan isi perutnya dengan brutal.

Sosok gadis yang beberapa saat lalu diajak Hendery bicara kini berada tepat satu meter di depan Hendery membuat Hendery menangkat kepalanya guna melihat wujud si gadis.

Mata Hendery terbelalak sempurna tatkala matanya melihat gadis dengan mulut robek hingga ke telinga tengah menyeringai padanya.
Tak hanya bermulut robek, wajah gadis itu terlihat benar-benar hancur tak berbentuk dan basah oleh darah.
Bahkan di beberapa bagian wajahnya, nampak belatung menggeliat membuat Hendery benar-benar merasa lemas.

"MASIH BERANI LIAT KEATAS GAK MAS? Hihihihi..."

Langkah seribu langsung diambil Hendery meskipun kakinya terasa lemas dan tubuhnya basah oleh keringat dingin.

***

Saya mohon maaf untuk keterlambatan updatenya ya karena ada sedikit masalah di rl yang perlu saya bereskan hingga update saya di work ini maupun di lapak sebelah jadi agak terbengkalai.

Mohon di maklumi ya gaiseu, sayang kalian banyak-banyak!💚
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komennya ya, xiexie!

10  p m  •  W a y v  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang