•||🌸P R O L O G U E

822 17 0
                                    

Mack menatap malas sosok di depannya. Sedari tadi Mack terus mengoceh tak jelas, mengkode sosok di depannya agar peka.

“Andai aja ni buku daging panggang, bisa gue makan”

“Andai aja ni tinta pena minuman, gue gak bakalan kehausan”

“Andai aja ni meja kayak meja kafe-kafe romantis, gue berasa dari dinner”

“Andai aja orang di depan gue pangeran yang gue impikan, pasti sekarang perut dan hati gue kenyang”

“Andai a— ”

“Diam, berisik” ucap sosok di depan Mack ketus.

“Punya suami gak pekaan banget sih” gerutu Mack pelan.

“Mas dengar” Mack cengengesan menatap sosok di depannya yang merupakan suaminya itu.

“Pak udahan ya belajarnya” kata Mack memelas.

“Besok ada ulangan, mas gak mau nilai kamu jelek lagi, dan satu lagi jangan panggil pak, mas bukan bapak kamu, mas suami kamu” Mack mendengus, ia kesal, ia belum makan dari siang hingga malam karena keasikan nonton Drakor, ia lupa jika punya janji dengan suaminya, janji akan belajar ketika suaminya pulang kerja.

Dengan mulut mendumel pelan Mack membuka bukunya, menghempas bukunya kesal di atas meja.

Marvin— suami Mack yang melihat tingkah Mack mengulum senyumnya, istrinya sangat labil tetapi tetap memenuhi kewajiban sebagai istri.

Ntah karena sangat kelaparan atau apa perut Mack berbunyi keras membuat Mack menyengir gaje pada Marvin, sedangkan Marvin menatap sengit Mack, sekarang Marvin mengerti kenapa Mack sedari tadi mengoceh membahas dinner. Awalnya Marvin pikir Mack ingin makan malam romantis, namun ternyata itu karena Mack belum makan, pasti karena Drakor.

“Mas, mau denger puisi gak?” Tanya Mack mencairkan suasana, takut Marvin marah lagi.

“Hm” Marvin berdehem sambil memutar bola matanya ia tau istrinya sedang mengkode sekaligus membujuknya.

“Dengerin baik-baik okee Ekhm..”
Oh my teacher or my husband..
Betapa kejamnya dirimu membuat istrimu yang cantik comel imut dan menggemaskan mu ini kelaparan
Betapa kejamnya dirimu memberi istrimu yang montok ini makan kertas dan minum tinta pena

Marvin tersenyum tertahan, istrinya memang seperti ini, jika istrinya sedang terdesak seperti saat ini maka istrinya itu akan mengkode sekaligus merayunya dirinya melalui puisi ataupun lagu.

Kenapa kau membuat istrimu ini kelaparan?
Apa salahku oh my teacher or my husband
Ken–

“Sudah diam, puisimu sangat jelek” puisi Mack berhenti mendengar komentar Marvin, Mack pikir Marvin akan berbelas kasihan ternyata tidak, sepertinya Mack harus mengeluarkan jurus nya.

Mack berdiri membuat Marvin menatap aneh dirinya, dengan cepat Mack berlalu ke kamar, mengganti baju tidurnya menggunakan baju tidur berbahan satin yang sangat terbuka— pemberian mertuanya.

Setelah selesai Mack keluar, melihat pada Marvin yang fokus pada laptopnya. Mack berjalan ke dapur ingin membuat susu untuknya dan kopi untuk Marvin.

“Dek— ” Marvin yang ingin menanyakan sesuatu menelan kembali pertanyaannya, matanya membulat melihat pakaian yang di pakai Mack.

Sedangkan Mack, ia terkikik geli, ia harap kali ini berhasil.

Setelah selesai membuat susu dan kopi, Mack meletakkan kopi di samping laptop suaminya kemudian Mack duduk kembali ke tempatnya, lalu meneguk susunya hingga tandas.

Pergerakan Mack tak luput dari pandangan Marvin, jakun Marvin naik turun, stop it Marvin dia hanya menggoda mu– batin Marvin melarang.

Marvin cepat-cepat mengalihkan pandangannya, ia tak ingin tergoda.

10 menit berlalu, tidak ada tanda-tanda jika Marvin akan memberinya makan, Mack mendengus kesal, suaminya memang jago dalam mengendalikan sesuatu.

Mack berdiri, lalu berjalan ke arah Marvin, Mack menggeser laptop Marvin menjauh, lalu duduk di meja berhadapan dengan Marvin.

Hal itu tentu saja membuat Marvin mengalah, sepertinya Marvin tidak akan bisa lagi mengendalikan diri, istri labilnya sedang menggoda dirinya.

“Mas— ”

“Hm”

“Adek lapar, makan boleh ya” rengek Mack membuat Marvin tersenyum tipis.

Tak ada jawaban, Mack berpindah pada pangkuan suaminya, ia merasa sesuatu di bawah sana menonjol, Mack tersenyum menggoda ia tau sebentar lagi usahanya akan berhasil.

“Mas— ” panggil Mack lembut sambil mengelus rahang Marvin membuat Marvin memejamkan matanya.

Mack memberanikan diri mengecup bibir suaminya,nanti adek kasih 2 ronde”  bisik Mack membuat Marvin menatapnya jahil.

“Gak mau, tambahin” ucap Marvin membuat Mack mendengus.

“3” ucap Mack menawar.

“Gak” Mack kembali mendengus, ia tau Marvin mengerjai nya sekarang.

“Oke-oke 5 tapi mas harus pesan makanan di restoran biasa” Marvin tersenyum congkak, ia mengangguk puas.

Tok.. tok.. tok..

Mack berdiri ingin membuka pintu tapi Marvin melarang karena pakaiannya, dengan hati gembira Marvin menuju pintu lalu membukanya, mengambil makanan yang di pesannya sejak Mack berpuisi tadi.

Marvin meletakkan makanannya di meja dengan tersenyum jahil pada Mack, “jangan ingkar dek, 5 ronde” bisik Marvin berlalu ke kamar untuk mandi karena ia belum mandi.

Mack tercengang, seharusnya ia tau jika Marvin itu sangat pintar dan cerdik, tentu saja Marvin akan membelikannya makanan, Marvin pasti tak ingin di marahi oleh mommy nya karena tidak memberi Mack makan.

Mack membenturkan kepalanya ke meja, ia menyesal, dengan kekuatan penuh Mack berteriak, “MARVIIIIIINNNNNNN”

🌻🌻🌻

Salam penulis amatir:')

Oh my Teacher Or my HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang