1

15 2 0
                                    

Malam itu udara segar menerpa wajah Dae Hoon. Sambil berdiri di balkon dia meminum wine yang telah disediakan pelayannya. Malam ini dan selanjutnya akan menjadi malam-malam yang berat baginya karena Dae Hee terluka.

Setelah mendapat kabar dari orang suruhannya, ternyata tidak ada orang yang terlibat dalam kecelakaan adiknya. Semuanya murni sebuah kecelakaan mobil. Kerabat dan kolega Dae Hoon turut bersedih atas apa yang menimpa Dae Hee. Tapi mereka tadi tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa Dae Hee sampai kecelakaan. Dae Hoon ingat ketika adiknya sangat semangat karena akan bertemu orang yang dia idolakan.

"Kakak, apa yang harus kulakukan nanti? Aku sangat gugup, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan ketika aku bertemu dengan mereka?" Tanya Dae Hee.

"Menurutmu apa yang paling ingin kau lakukan jika ketemu mereka?" Tanya Dae Hoon balik.

Dae Hee tampak berpikir. "Aku ingin berfoto dengan mereka, meminta tanda tangan, memberikan mereka hadiah. Bahkan jika bisa aku akan menceritakan betapa aku menyukai mereka kak."

"Hei hei, itu akan memakan waktu yang lama. Mereka itu super star dan waktunya hanya sedikit. Gunakanlah dengan baik."

Dae Hee yang tadinya begitu semangat menjadi agak lesu. "Tidak, tidak. Aku akan berkali-kali menemui mereka. Bahkan jika bisa aku ingin mengencani salah satu dari mereka."

Percakapan itu kemudian berlangsung lama, hingga waktunya Dae Hee untuk pergi. Dae Hoon yang memang memiliki banyak pekerjaan harus berangkat ke kantor.

Sekitar jam tujuh malam, saat itu Dae Hoon akan pergi ke pertemuan lain. Ponselnya berdering menampilkan Dae Hee menelpon.

"Halo, ada a-" perkataan Dae Hoon terhenti kala mendengar suara adiknya yang menangis.

"Kakak, ini sangat menyebalkan! Kenapa? Setelah sekian lama menunggu kesempatan keberuntungan tidak berpihak kepadaku?"

"Apa yang terjadi Dae Hee?" Tanya Dae Hoon cemas.

"Argh, pokoknya hari ini sangat menyebalkan!"

Kemudian telpon itu terputus. Dae Hoon mencoba untuk menelponnya lagi, namun tidak diangkat sampai berkali-kali. Ia yang tidak dapat menyembunyikan rasa cemasnya membuat Yura dan Song Dwi hampir melihatnya dengan penasaran.

Dae Hoon kemudian cepat-cepat menelpon utusannya yang selalu menemani Dae Hee. "Dimana kau sekarang?" Tanyanya tanpa basa basi.

"Aku di depan gedung Bighit bos." Jawabnya.

"Apa Dae Hee ada disana?"

Pria di ujung telpon itu diam beberapa saat.

"Hei! Aku bertanya padamu!"

" Nona Dae Hee. Dia, pergi membawa mobilnya sendiri bos." Ada getaran ketakutan dari suaranya.

"Jadi dia pergi sendiri tanpamu? Bagaiamana bisa!?"

"Itu-"

"Kau tahu kemana dia akan pergi?"

"Tidak, bos."

"Bodoh! Aku tidak mau tahu kau harus menemukannya bagaimanapun caranya."

Lantas telpon itu dimatikan oleh Dae Hoon. Tangan Dae Hoon memegang pelipisnya. Hari ini cukup berat baginya, beberapa urusan kantor dan luar kantor membuatnya pusing. Dan sekarang Dae Hee bermasalah dengan sesuatu yang tidak ia tahu.

Shadow of KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang