03. Thank You and Sorry

455 126 10
                                    

Sudah memasuki hari keempat Mark diabaikan oleh Jungwoo, teman kosnya. Mau sekeras usahanya mengajak Jungwoo, lelaki itu selalu diabaikan sampai emosinya 'sedikit' meluap.

"Gue gak bisa gini terus." Mark yang sedang mengelap meja di ruang tamu melempar kain lap yang ia gunakan. "Lo mau sampe kapan gini terus? Gue harus minta maaf berapa kali sih soal kejadian lo yang hampir ketabrak kereta api?" Lanjutnya.

Tentu saja, Jungwoo masih terdiam.

Mark menghela nafas kasar."gue mau pindah kos-an aja. Lo cari housemate yang lain. Gue gak bisa harus diem waktu berantem begini sama temen satu kos."

Lelaki berdarah Kanada itu berdiri sambil melirik Jungwoo.

"Fyi, kemarin-kemarin waktu lo pergi beli pesenan kita, Haechan datang bareng Yangyang. Waktu perjalanan deket sini, dia sama Yangyang lihat 'itu' di depan kos."

"Gue gak takut."

Mark mendengus, "yaudah sih, gue cuma ngasih informasi. Just in case aja." Dan kembali duduk di tempat sebelumnya.

Bohong kalau Jungwoo mengatakan tidak takut dengan ucapan temannya itu.

Terbangun tengah malam, kadang ragu untuk memutuskan ke dapur hanya sekedar minum melepas rasa hausnya.

Walaupun tidak terlalu takut, tapi siapapun yang mendengar seperti ucapan Mark pasti takut.

Setelah keduanya terdiam beberapa saat akhirnya Jungwoo mengucapkan kata yang selama ini Mark tunggu-tunggu sejak Jungwoo mengabaikannya.

"Gue maafin."

"Nah gitu dong, lagian kan bukan salah gue sepenuhnya. Xiaojun udah nawarin buat nemenin lo, malah dia dianggurin." Jungwoo hanya mencibir.

"Btw, lo selama ini di rumah terus, cewe lo gapapa dianggurin? Gak marah emang?" Tanya Mark membuat Jungwoo terbingung.

Sampai akhirnya dia sadar siapa yang Mark maksud. Dan memutuskan kembali ke kamarnya, "oh Aira. Bukan cewe gue. Gue balik kamar dulu."

Di kamarnya, lagi-lagi ia melihat Aira yang sedang duduk di sofa single dan memainkan tanaman kaktus yang ada di kamarnya. Sambil terheran, Jungwoo menghampiri gadis itu.

"Kamu masuk dari mana sih? Udah dua kali loh kamu masuk ke kamar saya. Mau saya laporin polisi?"

Aira yang merasa terganggu meletakkan kembali tanaman kaktus dan menatap Jungwoo. "Laporin aja kalo kamu mau dianggap gila."

Jungwoo mengerutkan dahinya.

Ini cewek kenapa sih? Sakit? Batinnya.

"Kamu belum sadar juga?" Tanya Aira tiba-tiba.

Beneran ga sehat. Batin Jungwoo lagi.

"Kamu dari awal kita ketemu ngomongnya ambigu terus. Kamu kira saya paham? Pake bohong lagi kamu udah meninggal, buktinya Mark bisa lihat kamu kan?"

"Markㅡ"

"Oh ya, saya mau bilang makasih udah nolongin saya kemarin walaupun nggak tau caranya gimana dan maaf udah ngerepotin. Kamu bisa pergi kalo nggak ada yang dibicarain."

"Tapi woo, masalahnya... Aku nggak ada rumah disini... " Jawab Aira memelas sedangkan Jungwoo semakin heran.

"Nggak punya rumah? Terus sebelum disini kamu tinggal dimana?"

"Nah itu.. Susah jelasinnya."

Jungwoo menghela nafasnya kasar. "Kasih saya penjelasan biar ngebiarin kamu tinggal disini."

Mendengar itu, Aira terlihat senang dan kembali berekspresi datar, "jelasinnya.. Kamu tau sendiri kok nanti! Aku juga gak bisa jelasin karena aku juga nggak tau banyak."

Makin nggak jelas.

"Kalo gitu, saya nggak bisa ijinin kamu tinggal disini."

Dengan panik, Aira tiba-tiba berteriak ketika Jungwoo hendak keluar kamarnya lagi.

"Hendery! ... Lucas..."

COMFORT VOL.02 [COMEBACK SOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang