Sabar Dave

29 0 0
                                    

Ketiga, Sherly berencana akan mengamuk pada Dave karena laki-laki itu tidak memberi tahu tentang rapat divisi. Bagaimana mungkin asisten sekaligus sekretaris lupa dengan hal sepenting ini.

Namun sebelumnya, Sherly ingin bertatapan empat mata dengan Dave. Entah apa motif sebenarnya, tapi wanita itu ingin sekali menyalurkan kekesalan yang sempat tertunda.

"Apa kamu tidak bisa menatapku? Secantik ini kamu abaikan? Laki-laki langka," gerutu Sherly.

"Eh, bukan begitu," bela Dave.

Sekretaris itu memberanikan diri menatap atasannya. Seperti pisau tajam yang akan menancap di manapun dan kapanpun. Itulah pemikiran Dave saat melihat mata Sherly seperti kotak peti yang menyimpan ribuan rahasia.

"Kenapa tidak memberi tahuku jika hari ini ada rapat antar divisi? Lalu kenapa kamu tidak membukakan pintu dan malah menyuruhku yang membukanya? Di sini siapa yang atasan, siapa yang bawahan? Kamu ingin mempermainkanku hah? Kenapa kamu tidak membelaku saat aku dihimpit laki-laki sialan itu? DAAAVVEEEE!!!! KENAPAAA? Apa aku menggajimu hanya untuk melihat amarahku?," ucap Sherly dengan intro yang memekakkan telinga.

"Sabar Dave, udah biasa jadi pelampiasan kan? Loh, kenapa juga aku harus membelamu nona? Bukankah kamu menikmati tubuhnya yang memepetmu di tembok? Oh ya, kenapa anda menanyakan aku tidak membuka pintu? Bukankah itu keinginan anda sendiri. Huftt andai bukan bersamamu, pasti lawan bicara ku akan habis sebagai pelampiasan. Beruntunglah nona karena aku memiliki stok kesabaran yang berlimpah untuk menghadapi anda," jawab Dave dengan detail yang tentunya hanya bisa diucapkan dalam benaknya.

Dave tidak mungkin berani menjawab setiap ucapan atasannya. Wanita itu akan berubah menjadi singa kelaparan saat ada seseorang yang menyakitinya. Dia selalu bersikap baik kepada karyawannya, namun tidak dengan Dave. Davelah korban setiap amarah Sherly.

"Maaf nona atas ketidaknyamanan anda. Namun melihat anda menikmati pelukan laki-laki tadi, saya takut menimbulkan persepsi yang buruk tentang atasan dan bawahan," ucap Dave lancang sedetik kemudian laki-laki itu merutuki keteledoran bibirnya yang tidak bisa memfilter sesuatu.

"Bodoh! Kenapa bibir dan otakku tidak bisa sinkron. Ah sial! Semoga nona tidak semakin marah," batin Dave.

Sherly membuka sedikit bibirnya, wanita itu akan mengeluarkan ceramahnya lagi. Namun Dave berhasil mengurungkannya.

"Maaf nona, rapat divisi akan segera dimulai. Anda berjanji lima menit lagi akan sampai ke ruang rapat," ucap Dave berusaha mengingatkan atasannya.

"Astaga! Pikun banget sih, padahal aku masih muda dan menggoda. Iya kan Dave?," ucap Sherly disertai helaan nafas.

"Sabar Dave, mungkin tadi pagi nona kepeleset hingga terbentur kepalanya," batin Dave menguatkan dirinya sendiri.

"Ayo kita ke sana," ajak Sherly.

Wanita itu memimpin jalan dengan berada di depan, sementara Dave dengan setia berjalan di belakangnya membawa berkas penting.

Sherly berhenti sebelum sampai, di depan pintu. Dave paham akan tugasnya. Dia membuka pintu lalu menunduk hormat mempersilahkan nonanya keluar lebih dulu.

"Silahkan nona," ucap Dave.

Diikuti Dave yang juga keluar dari ruangan atasannya. Jarak mereka hanya dua kaki. Sherly berhenti tanpa aba-aba. Hampir saja Dave menabraknya.

Seperti melupakan sesuatu, Sherly mengingat kembali ucapan bawahannya saat memberi tahu rapat ini.

"Ada apa nona?," tanya Dave.

"Hampir aja aku menabrakmu nona. Hei, tolong gunakanlah mata Anda yang cantik untuk melihat sekitar" gerutu Dave dalam hati.

"Dave, kenapa kamu tidak memberi tahuku jika ada rapat hari ini? Sekali lagi kamu melakukan kesalahan maka aku akan merangkapkan pekerjaanmu menjadi Cleaning Servis juga," ucap Sherly penuh penekanan.

"Alamak! Apa katanya? Aku tidak memberi tahunya? Setengah jam aku membacakan jadwal anda, tapi anda telah terbang ke alam lain," batin Dave.

"Hufttt" kali ini Dave terang-terangan menghembuskan nafas kasarnya.

"Saya sudah memberi tahu anda ketika Anda sedang terlelap, maka dari itu anda tidak menyedarinya," jawab Dave.

"Bodoh! Jelas saja aku tidak tahu! Lama-lama aku jadi meragukanmu Dave," ucap Sherly tanpa rasa bersalah.

"Terserah nona sajalah. Aku lelah menghadapi anda. Bisa saja level gilamu akan menular kepadaku," batin Dave.

"Sekretaris miring," tukas Sherly lalu melanjutkan langkahnya.

Dave bernafas lega setelah Sherly tidak membahasnya lagi. Berkali-kali Dave merutuk nonanya dalam hati. Namun dengan terpaksa tetap berusaha menjaga wibawanya.

"Tapp tapp tapp" derap langkah Sherly mengundang sorotan mata semua karyawan di ruang rapat.

Tidak ada satupun laki-laki yang luput dari atasan mereka. Wanita muda berjalan dengan anggun seraya tersenyum kepada semua orang. Jangan lupakan, dia berjalan dengan sekretaris di belakangnya.

Laki-laki tampan dengan badan yang lebih tinggi dari Sherly. Namun sayang mereka hanyalah atasan dan bawahan padahal lebih cocok menjadi pasangan kekasih.

Di sudut ruangan, seseorang mengamati penampilan Sherly dengan resah. Laki-laki t
itu ingin mengagumi kenyataan jika Sherly adalah wanita sempurna. Namun mengingat wanita itu tidak mau disentuh membuatnya menggeser tingkat sempurnanya.

Hingga Sherly duduk di meja yang masih kosong, lalu disusul sekretaris yang mendudukan pantat di sampingnya.

"Selamat pagi menjelang siang, maaf atas keterlambatan saya. Rapat bisa dimulai sekarang. Silahkan," ucap Sherly dengan suara lembut.

"Suaramu lembut nona, apalagi saat berada di  atasku. Ah sial! Bahkan aku sudah membayangkan jauh di pembaringan," umpat Dave dalam hati.

"Tuan, kenapa anda memperhatikan nona yang baru saja masuk? Sebentar lagi rapat akan dimulai," bisik wanita selalu sekretaris pribadi kepada atasannya.

"Eh, tidak. Hanya saja kau heran kenapa wanita ceroboh itu menjadi pemilik perusahaan ini," ucap sang atasan yang sedari tadi memperhatikan Sherly.

Tak lain laki-laki itu adalah Brian. Seseorang yang menyusup masuk ke ruangan Sherly dan berhasil diusir oleh satpam.

Dave mengisahkan pandangan ke seluruh penjuru. Seperti biasa, dia selalu cuci mata saat rapat berlangsung. Melihat siapa saja yang hadir untuk tuk mencari adanya penyusup atau tidak.

Tatapannya terkunci saat dia menemukan Brian duduk dalam ruangan yang sama dengannya.

"Laki-laki itu?," batin Dave.

Kerutan di kening menandakan rasa yang sedang dialami Dave. Laki-laki itu penasaran dengan keadaan Brian.

"Nona, kenapa ada laki-laki itu? Apa nona mengenalnya? Dia kan baru saja di usir satpam beberapa saat lalu," bisik Dave di telinga Sherly.

Sherly terpejam saat merasakan hembusan nafas Dave begitu dekat.

"Sial! Selain wajahnya yang tampan, nafasnya juga membuatku merasa aneh," batin Sherly.

Melihat atasannya memejamkan mata, Dave membisikan kata-kata lagi.

"Kenapa nona memejamkan mata? Lihatlah, dia bahkan tersenyum miring ke arahku. Em, mungkin lebih tepatnya ke arah nona," bisik Dave kedua kali.

Ucapan sekretaris pribadi itu menyadarkan atasannya. Membuat wanita yang sudah dua kali mendapat bisikan segera mengedarkan pandangan.

Secret Sherly AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang