Privat Room

76 0 0
                                    

Melihat Sherly tidur di tempat yang tidak semestinya, membuat hati Dave tergelitik. Apalagi dengan posisi yang jauh dari kata nyaman. Laki-laki itu ingin membawa Sherly ke privat roomnya.

Sebelum itu, dia berjalan menuju pintu di samping kamar mandi untuk memastikan keadaan di ruangan yang nantinya akan ditempati Sherly. Membuka pintu, kemudian mendekati ranjang bersprei abu-abu polos.

"Selera yang cukup unik," ucap Dave kagum.

"Oke, masih rapi. Lebih baik aku segera memindahkan nona ke sini," ucap Dave pada dirinya sendiri.

"Tapp tapp tapp" Dave melangkah menuju sofa.

Menghampiri wanita yang tengah tertidur dengan sendirinya. Dave mengangkat tubuh Sherly, namun laki-laki itu malah berhenti sesaat setelah berhasil berdiri.

"Glek" Dave menelan ludahnya dengan berat.

Pemandangan yang selama ini hanya dilihatnya dari jauh, kini berhasil diamati. Ralat, bukan sekedar mengamati, tapi juga bisa menikmati. Dua benda bulat beserta garis belahan di tengahnya.

"Ah sial! Kenapa pikiran kotor itu terus bertengger manis," dengus Dave kesal.

Segera laki-laki itu membawa Sherly ke ruangan pribadinya. Merebahkan tubuh seksi lalu melepas high heels yang menyatu dengan kaki jenjangnya.

"Semoga tidurmu nyenyak nona. Aku akan kembali jika ada hal penting yang harus kau tangani," ucap Dave tulus.

Lalu laki-laki itu meninggalkan tempat dimana telah ada wanita cantik yang terbaring di sana.

"Klek" pintu ruangan khusus atasan tertutup sempurna pertanda segala kegiatan yang dilakukan asistennya telah berakhir.

Dave menghampiri kursi miliknya, lalu mendudukan pantat seksi di sana. Membuka laptop dan mulai mengerjakan tugasnya. Hari ini tidak ada pertemuan penting dengan client, sehingga Dave bisa membiarkan Sherly beristirahat.

Dave sudah seperti atasan yang mengizinkan bawahannya saja. Menscroll ke bawah pada kirsor yang telah menampakkan diri di layar monitor untuk mengamati kembali laporan keuangan yang kemarin sudah dibuatnya. Sebelum menyerahkan kepada atasannya, bawahannha itu selalu meneliti ulang agar tidak terjadi kekeliruan.

Tanpa sadar, Dave hanyut dalam kesibukannya hingga jam menunjukkan waktu makan siang. Laki-laki itu memikirkan cara terbaik untuk membangunkan Sherly tanpa mengganggu istirahat sebentarnya .

"Bipp bipp bipp" suara terdengar dari interkom di depannya.

"Mengganggu saja. Padahal aku baru membayangkan moment indah bersama Nona Sherly," gerutu Dave.

Meski begitu, laki-laki yang berstatus sebagai sekretaris Sherly tetap mengangkat panggilan  antar ruangan itu.

"Halo? Ya, sebentar lagi Nona Sherly akan segera kesana. Baiklah usai makan siang," ucap Dave langsung memutuskan panggilannya sepihak.

"Pertemuan rapat antar direksi? Apa-apa ini? Bahkan aku yakin wanita itu lelah memikirkan pekerjaan hingga membuatnya pulang larut. Jika tidak, mana mungkin dia tertidur saat bekerja," gumam Dave.

Waktu berjalan lamban untuk seorang Dave. Seperti saat ini misalnya. Laki-laki itu bimbang untuk membangunkan Sherly atau tidak. Sudah merupakan kewajibannya untuk mengingatkan setiap kegiatannya. Termasuk mengingatkan untuk makan siang agar sakit masalah pencernaan itu tidak muncul tiba-tiba.

Berperang dengan batinnya tidak akan menemukan solusi. Oleh karena itu langkahnya membawa pergi dari tempatnya berada menuju ke ruangan tempat Sherly melepaskan penatnya.

"Nona, ini sudah waktu makan siang. Anda harus makan. Ingat anda tidak boleh telat makan sedetikpun," ucap Dave seraya mengguncang pelan tubuh Sherly.

Tidak ada sahutan. Dave mengulanginya lagi.

"Nona," panggil Dave.

"Hei nona manis," hening.

"Nona Sherly," masih hening.

"Aish, tidur atau mati sih," gerutu Dave.

Ide licik muncul di benak laki-laki itu. Dia memajukan kepalanya agar lebih dekat di telinga Sherly. Namun suara kasar membuatnya urung melakukannya.

"Braak" pintu di buka dengan kasar oleh laki-laki yang tidak dikenal Dave.

Bersamaan dengan itu, Sherly perlahan mengerjapkan matanya. Mengamati ruangan yang tidak asing baginya. Kelopak mata itu terbuka lebar saat sadar siapa laki-laki, di hadapannya.

"Dave?," tanya Sherly bingung.

Namun yang bersangkutan malam menunjukkan senyum menawannya.

"Iya nona, anda tadi tertidur di sofa lalu aku membawanya ke sini," jelas Dave.

"Oh," ucap Sherly.

"Hanya ber oh ria? Aish! Tau gitu biarin aja tidur di sofa. Biar sekalian jatuh di lantai," gerutu Dave dalam hati.

Sejenak keduanya bersitatap. Tidak pernah berada di jarak sedekat ini sebelumnya. Apalagi mereka berada di sebuah ruangan yang sangat sepi.

"Ehem," deheman seseorang mengalihkan perhatian mereka.

Dave memincingkan mata karena tidak mengenal laki-laki yang tengah menatapnya tajam. Berbeda dengan Sherly yang langsung memalingkan wajahnya. Dia masih menyayangi laki-laki itu, hanya saja perlahan luka yang ditorehnya mampu mengubah cinta menjadi kecewa.

"Shit!," umpat Sherly lirih namun berhasil menembus pendengaran Dave.

"Ada hal mendadak apa sehingga tuan dengan lancang memasuki privat room milik Nona Sherly?," tukas Dave.

Firasatnya mengatakan hal buruk sebentar lagi akan terjadi.

"Cih! Apa pedulimu? Apa hubunganmu dengan wanita itu? Tunggu dulu, apa dia wanitamu? Rendahan sekali dia," cibir laki-laki, itu dengan tatapan merendahkan.

"Jika saja aku tau sifat aslimu lebih dulu, aku tidak akan sudi menaruh hati padamu! Cih! Memangnya siapa kamu hah?," ucap Sherly dalam hati.

Tenggorokan terasa mencekik hingga membuat wanita itu tidak mampu mengucapkan umpatannya dengan sempurna. Bahkan jika boleh, wanita itu ingin segera menampar, menjambak bahkan mencabik-cabik wajah tampan yang sempat dikaguminya.

"Hei laki-laki bodoh! Kenapa tidak menjawab pertanyaanku? Dasar pasangan murahan! Begini saja kalian melakukannya di kantor," ucap laki-laki itu yang semakin merendahkan Sherly.

Tanpa sadar, Dave telah mengepalkan tangannya di samping tubuh Sherly. Bahkan wanita itu bisa melihat dengan jelas urat yang mulai menonjol di punggung tangan Dave.

"Kenapa? Tidak terima? Dia memang jalang! Pakai saja kalau kamu mau," cibir laki-laki yang sedari tadi memojokkan Dave.

Dengan dada yang sudah bergemuruh, Sherly bangun dari ranjangnya dan berjalan cepat menghampiri tamu yang tidak punya sopan santun.

"Plaaakkk" tamparan keras mendarat di pipi mulusnya.

"Jaga bicaramu Brian! Pergi dari sini dan jangan menemuiku lagi!," ucap Sherly seraya mendorong tubuh Brian tanpa ampun.

Tentu saja Brian berusaha menolak. Dia tahu wanita di hadapannya itu lemah. Selemah tisu yang akan kusut saat dipakai pemiliknya. Brian mendorong Sherly hingga wanita itu mundur.

Brian semakin tersenyum saat melihat gurat ketakutan di wajah Sherly. Namun bukan itu yang sebenarnya dirasakan Sherly. Wanita itu bukan lagi gadis lemah yang selalu ditindas. Cinta buta telah mengubahnya menjadi wanita yang sesungguhnya.

"Jika hanya untuk meladeni kekonyolanmu, aku tidak punya waktu," ucap Sherly yang dengan lantang menatap kedua bola mata Brian.

"Bodoh! Nona bodoh atau gimana? Kenapa dia berani sekali melawan laki-laki itu? Tapi, sorot mata nona mengatakan hal buruk telah terjadi padanya," batin Dave.

Secret Sherly AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang