2. Mulut Jahat

94 12 0
                                    

Pica menghela napasnya lega, pasalnya tadi ia hampir saja telat mengikuti pelajar matematika. Beruntung gurunya sedikit terlambat karna sedang mengurus sesuatu katanya.

"Lo beneran berangkat bareng kak Adit?" tanya Zarin, sahabat satu-satunya yang dimiliki Pica.

"Iya, tadinya berangkat bareng Bara. Tapi motornya mogok dijalan, jadinya aku nebeng kak Adit aja," balas Pica santai sambil mengeluarkan buku LKS Matematika minat miliknya.

"Gila emang lo, kemaren Varo sekarang Bara sama kak Adit besok jangan-jangan kak Asta," ceplos Zarin.

"Ya nggak mungkinlah! yakali kak Asta mau sama aku, cewenya aja kaya bidadari gitu," omel Pica.

Zarin tertawa kecil "Iya sih, kak Tisha emang cantiknya over,"

"Eh, kamu gamau pinjem pr?" kata Pica, sahabatnya itu memang lemah dibidang matematika.

"Udah kok gue pinjem punya Kayla, lo lama banget soalnya," kata Zarin dan memakai airpods miliknya.

Pica dengan cepat menarik airpods itu "Udah mau bel gak usah macem-macem, ntar disita nangis,"

Zarin mendecak malas "Rese,"

"Rese-rese, kalo disita entar nangis-nangis ke aku minta temenin ngambil," cibir Pica.

"Ya ya ya ya," balas Zarin malas.

Kemudian tak lama guru berbadan bongsor memasuki kelas, dengan kaca mata bulat yang menghias wajahnya. Rambut dicepol rapi, dan rok selutut lengkap dengan short heels.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Dina.

"Pagi buuuuu!" satu kelas menjawab dengan serempak.

"Pagi ini saya mau kalian mengumpulkan tugas yang saya berikan minggu lalu, saya tidak mau mendengar ada murid yang tidak mengerjakan." ucapnya sambil membenarkan posisi kaca matanya.

Satu kelas menurut, semuanya sibuk mengeluarkan buku tugas dari tas mereka. Namun sudah hukum alam, pasti ada saja murid yang tidak mengerjakan.

"Bu, buku saya ilang!" adu Iksan, anak laki-laki itu memang langganan keluar masuk BK.

Bu Dina melotot "Alesan kamu! bilang saja memang tak mengerjakan!"

"Ibu dibilangin gak percaya," celetuk Iksan.

"Keluar kamu! lari lapangan sepuluh kali, cabuti rumput didepan kelas, setelah itu baru kerjakan ulang tugas ini," kata Bu Dina.

Iksan mendecak malas "Ya,"

"Nafisya kamu awasi dia, jangan sampai dia kekantin." titah Bu Dina, Pica menurut ia mengikuti langkah Iksan yang keluar kelas menuju lapangan.

"Kamu sih ngapain juga gak ngerjain," cibir Pica.

"Bacot lo ah, gue semalem balapan," kata Iksan kemudian mulai berlari.

Tiba-tiba segerembul anak kelas XI memenuhi lapangan basket, sementara Pica dan Iksan di lapangan upacara. Pica memicingkan matanya untuk memastikan orang-orang yang berada lapangan basket. Ternyata benar, itu kelas Aditya dan kawan-kawannya.

"Iksan buruan! aku mau masuk nih!" teriak Pica, jujur ia malas melihat muka Adit.

"Sabar elah, baru dua puteran," Iksan menghela napas.

Pica seperti kebakaran jenggot, ia ingin segera masuk kelas. Kemudian gadis itu mempunyai ide untuk bersembunyi dibalik semak-semak, masih sambil memantau Iksan.

Tak lama kemudian -

DUG

Sebuah bola basket mendarat mulus diatas kepala Pica, oknumnya adalah Aditya.

CRUELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang