Ombak
Seperti ombak,
Kamu datang untuk pergi
Lalu pergi untuk kembali—Kilara Nasutika
/nyam nyam (makan mi ayam)
---
Aku perang batin ketika sudah duduk di bangku kantin. Dyka, lelaki itu dengan santainya makan mi ayam Bu Tejo kesukaan warga sekolah. Tapi kalo dilihat lagi..
Dia jadi makin lucu..
"Kila?"
Aku tersentak tak langsung menjawab panggilannya. Takut saja dia bisa dengar batinku tadi.
"Apa?"
Dia tidak menjawab. Hanya—hm bukan sekedar hanya ini—menyodori garpu nya yang sudah dililit mi.
"Hah?App—"
Mulutku tiba-tiba penuh. Mi yang tadinya masih berada di depan mataku, sudah berpindah ke dalam mulutku. Keningku berkerut tapi mulutku mengunyah makanan tersebut.
Dia tertawa.
Saat itu aku tidak tahu harus apa. Mau kesal, mau marah, tapi wajahnya terlalu menggemaskan. Jadi aku hanya mengambil alih mangkuk mi ayamnya. Melilitkan mi dengan garpu, lalu balas menyuapinya.
"Aaak"
Aku tidak tahu dia akan menerima suapan itu. Walau awalnya dia terdiam cukup lama. Ya.. cukup buat bikin aku berpikiran aneh aneh. Apalagi aku tidak pernah ngobrol dekat ataupun sekedar bertegur sapa dengannya. Takut dia berpikir tindakanku freak.
Tapi dia, Dyka, tersenyum dengan mulut tetap mengunyah. Entah apa yang ada di pikirannya saat itu.
Matanya.. menatapku dengan lekat.
🐭💚
Shaki merengek padaku.
Ini sudah jam pulang sekolah, dan cewek ini tetap tidak mendengarkanku untuk pulang terlebih dahulu.
Kak Ray tidak bisa menjemputku dan itu alasan Shaki masi berada di sini.
Dengan bujuk serta rayuannya untuk ikut dengan dia.
"Gak usah Shakii lo duluan aja," aku menatap tak enak pada pacarnya Shaki yang berkerut sebal melihat betapa dramanya persahabatan cewek,—maksudku Kila dan Shaki aja "Riex udah nungguin dari tadi. Masa lo gak kasian? dia kepanasan tuhh."
Aku tahu Shaki menyadari itu. Tapi dia tampak mengacuhkan wajah Friex yang memerah karena panas. Maklum, dia mix Indo-France. Kulitnya yang putih khas orang luar itu terlihat kentara ketika memerah.
Kalian jangan berpikiran yang aneh-aneh. Dia tampan, kuakui sangat. Tapi aku sama sekali tidak memiliki minat padanya, apalagi dia merupakan kekasih sahabatku.
"Hmm tapi janji ya! ntar kalo udah nyampe rumah kabarin gue. Ato kalo gak nanti gue balik lagi pake motor gue!"
Aku hanya mengangguk dan tertawa sambil membalas lambaiannya yang berlari menjauh karena Friex sudah memanggilnya dengan kekesalan memuncak.
Menatapi bayang motor mereka yang sudah terlihat kecil, aku jadi benar benar khawatir sekarang. Papa masih di luar kota. Mama? Tapi.. Mama mengirimiku pesan bertepatan dengan pesan Kak Ray.
Tau gini gue bawa motor tadi.
"Kila?"
Sebuah motor berhenti di hadapanku. Itu Dyka!
"Gak ada jemputan?"
"Ada kok.." ini aku berkata pelan sekali. Nada pasrah yang jelas jelas menunjukkan aku bingung menjawab jujur atau tidak.
(Jangan hujat aku dengan mengatakan aku sengaja, supaya dianterin dia pulang ya!)
"Haha ayo bareng gue!"
Aku langsung tertarik olehnya dan menduduki jok belakang motornya. Kebetulan saja aku terbiasa menunggu jemputan di trotoar (seperti mencari angkutan umum alias dengan keadaan berdiri).
Jantungku berdetak cepat.
Aroma orange dari tubuhnya —yang padahal ini sudah pulang sekolah, i mean.. yah u know lah— menyerang hidungku.
Saat di lampu merah,—aku tidak sadar sebenarnya— dia berhenti terlalu mendadak. Aku menubruk punggungnya cukup keras.
Di depan ternyata ada Bapak berseragam abu-coklat yang menghadang.
Pak Polisi.
🐭💚
Rawr!♡!
to be continued
—AdhitaZanevPutri
13 Sept 20.

KAMU SEDANG MEMBACA
Andyka | Park Jisung
Teen FictionDia hanya Andyka. Lelaki pendiam, pemalu, tanpa teman. Dia hanya Andyka. Pemilik senyum manis yang pastinya menebar kebahagiaan, yang hanya aku penikmat senyum itu. Dia hanya Andyka. Andyka-ku, dulu. -Kila 2020