Part 2 (Misteri Paket)

46 22 18
                                    

Seharian di rumah, cukup membosankan. Mungkin hari minggu adalah hari libur bagi seorang pelajar tapi tidak untuk Rara, cucian menumpuk dan bersih-bersih rumah sudah menjadi kegiatan rutin keluarganya.

Nico, adiknya satu itu selalu saja merepotkan, "Kak, tolong cuci-in ini sama yang itu," sambil menyerahkan beberapa seragam sekolah dan menujuk kearah rak sepatu yang berserakan.

Rara melongo lalu berkata, "Enak aja, cuci sendiri! Kan kamu punya tangan__" tak terima, Rara melempar tumpukan baju itu kearah Nico.

"Yaudah, ngk apa-apa sih tapi, kalau mulut kan ngk bisa disumbat apala__"

Sabar. Nih anak awas aja, bisa-bisanya ia mengancam. Dengan senyum tak iklas, Rara berusaha bersikap baik. Ia memotong omongan Nico. "Hehe duh, sini cuciannya, ada lagi ngk?" deretan gigi diperlihatkannya berharap hati adiknya tersentuh.

"Oh, yaudah sekalian kak, nih!" Satu seprai ditaruhnya di bahu Rara. Tak ada beban, Nico berlalu dengan santai-nya. Rara bergeming, menutup mulut rapat, siap membludak.

Bunda sibuk memasak di dapur. Gesekan spatula di panci terdengar jelas. Bau sambal yang di goreng membuat Nico bersin-bersin tak keruan.

"Ya Allah, bun__ goreng apaan sih?"
Nico yang asik nonton di ruang tengah tiba-tiba lari keluar rumah sambil mengibaskan tangan kearah hidung.

Rara sedang menjemur pakaian.Ia tertawa geli melihat tingkah Nico yang super lebay itu. "Lagi olahraga? Lari kok dalam rumah. Gih, jogging aja, mumpung masih pagi nih" katanya, memberikan saran

"Siapa yang lari?! lagian bunda masak apa sih di dapur,"

"Itu namanya karma__" Kata Rara, menyindir Nico.

"Karma?? Dih, ngk nyambung," Nico balas mencibir, tak terima pernyataan kakaknya.

"B aja kali__ cowok itu berani donk!"

Tok-tok-tokkk (suara ketukan Pintu)

Kegaduhan terhenti. Siapa pagi-pagi begini mengetuk pintu? Padahal Nico semangat untuk berdebat. Siapa tau, Paket makanan atau tetangga, Rara sangat penasaran akan itu, "Sana bukapintunya, ada tamu kali," suruhnya pada Nico.

"Siap tante!!"

"Eh, enak aja! Manis gini dibilang tante, tante," teriaknya, sambil memonyongkan bibir.

Cowok tampan, kulit putih, muka datar, berdiri dibalik pintu. Tingginya kalah tanding dengan Nico.

"Cari siapa ya??" tanya Nico pada cowok di depannya.

"Buat Rara," kotak merah muda, tanpa motif itu ia serahkan pada Nico.

"Oh, ok, nanti disampai-in," Nico menerimanya begitu saja.

"Terima kasih" Hemat kata banget nih orang, sampai-sampai Nico kebingungan. Ia terpaksa mengangguk-anggukan kepala, mencoba memahaminya.

Kulkas jalan (batin Nico)

Kotak seukuran buku itu membuat Nico kalang kabut, apa isinya?? Ia menyipitkan mata penuh selidik. Kalau dibuka bisa-bisa Kakaknya itu marah lagi.

"Kak! Ada paket nih__" Ia memutuskan memanggil Rara

"Taruh dimeja aja!!" teriak Rara yg sedang menjemur pakaian di halaman belakang.

***

Duhhh.. Aku penasaran, Apa ya isi paketnya?

See u next part gaisss
I lav u readers setia...

***
IG: erafjr_29
See u next parts


Voment ya!!! Karna itu sangat berarti.
Maaf bila masih kurang


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PALUNG HATI (slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang