Pertemuanku kemarin dengan Lee Jeno sedikit banyak mempengaruhi kinerja otakku, bahkan aku merasa lemas karena terus menerus memikirkan hal tersebut.
Setelah berpakaian dengan rapih aku bersiap ke sekolah, sarapan bersama kedua orang tuaku dan kakakku-Lee Taeyong namanya, karena sepertinya aku belum memperkenalkannya.
"Kau terlihat pucat, Mark. Apa sebaiknya kau istirahat saja di rumah hari ini?" Tanya ibuku.
Aku hanya menggeleng menjawab pertanyaan ibuku, tentu saja sekolah lebih baik daripada rumah. Di sekolah aku dapat bertemu dengan Haechan.
"Setelah minum obat kurasa aku akan baik-baik saja, Bu." Tambahku.
Akan tetapi tubuhku berkata lain, ketika aku hendak berdiri, rasa sakit didadaku menyerangku begitu tiba-tiba. Rasa pusing yang tidak dapat kutahan memerangkapku.
Hingga akhirnya yang kuingat terakhir kali adalah teriakan ibuku yang nyaring hampir membawa kembali kesadaranku.
———
————
—————
Aku terbangun dan mataku langsung disuguhkan plafon berwarna putih. Kumohon, jangan rumah sakit, pikirku.
"Akhirnya kau bangun, Mark." Aku mengenali suara khawatir ibuku dan melihat kearah samping dimana ibuku duduk disamping tempat tidur.
"Kenapa aku berada di kamar ibu? Apa yang terjadi Bu?" Tanyaku.
"Mark, sudah ibu katakan bukan, untuk menjaga kesehatan tubuhmu." Sahut Ibu, mengabaikan pertanyaanku.
"Bukan hanya dengan makanan, tetapi dengan kesehatan mentalmu juga, dokter bilang sepertinya kau sedang tertekan dan banyak pikiran sehingga kau pingsan. Kau tahu, kondisimu saat ini berbeda dengan dulu." Ibu mulai terisak menjelaskan bagaimana kondisiku saat ini.
Aku hanya bisa memeluk ibuku, menenangkannya. "Ibu tidak perlu khawatir terhadap kondisiku, aku jamin aku sehat dan baik-baik saja sekarang. Ini hanya kesalahan kecil. Aku akan lebih berhati-hati lagi dan tidak akan membuat Ibu khawatir."
"Mark, Ibu pernah hampir kehilanganmu, Nak." Tangisnya.
Aku hanya bisa mengeratkan pelukanku kepada Ibu. Aku tahu kekhawatirannya, terkadang aku juga khawatir terhadap diriku sendiri.
———
————
Aku merenung, setelah mencabut cairan infus yang berada ditanganku dan aku kembali ke kamarku aku tidak bisa untuk menghentikan pikiranku yang mulai kemana-mana.
Apakah aku merasa tertekan dengan pertemuanku kembali dengan Lee Jeno? Apakah aku merasa bersalah padanya? Apakah aku merasa kecewa karena Haechan adalah sepupu Lee Jeno? Aku mulai menggali pikiran-pikiran yang susah payah aku hindari.
Peristiwa tiga tahun yang lalu tanpa bisa aku bendung kembali ke permukaan menghantam pikiranku.
Ketika aku duduk di kelas delapan, aku pernah mengalami kecelakaan yang buruk hingga membuatku hampir meninggal.
Akibat dari kecelakaan tersebut aku mengalami gagal jantung, kondisku saat ini lebih baik karena aku telah mendapatkan transplantasi jantung baru.
Setelah kecelakaan tersebut aku harus kehilangan banyak hal hanya untuk tetap membuatku hidup, aku telah melalui banyak hal dan melepaskan banyak hal. Hidupku tidak pernah seutuhnya sama lagi.
Akan tetapi aku masih belum seutuhnya pulih, jantung baruku mengalami beberapa masalah dalam enam bulan terakhir.
Aku masih harus berhati-hati terhadap banyak hal, menjaga pola hidupku, pola makanku, bahkan pikiranku.

KAMU SEDANG MEMBACA
When The Sun Goes Down✅
FanfictionI wish I could turn back the time, so I could tell you how much I love you (((BAHASA))) Mark Lee x Lee Haechan Warn : genderswitch, misgendering