Aku dan Haechan menikmati sore di bangku taman yang mengahadap sungai Han.
Setelah membeli banyak makanan Haechan memutuskan untuk melihat pemandangan sekitar yang mulai menggelap. Kami berdua gagal melihat matahari terbenam karena cuaca kurang bagus hari ini. Matahari bersinar tidak secerah biasanya dan tertutup oleh awan.
'Kau senang? Kita tidak bisa melihat matahari temggelam hari ini. Cuaca terlalu buruk dan sangat dingin.' Aku bertanya pada Haechan sambil menggosokkan tanganku ke pipinya yang terlihat mulai memerah.
Haechan merapatkan tubuhnya kepelukanku dan aku bisa merasakan ia menghirup udara dari leherku dan bergumam tidak jelas.
Aku hanya bisa tertawa dan menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahi Haechan lalu mengecupnya. Haechan terkekeh dan mengeratkan pelukannya di leherku.
'Aku sangat senang Mark, dan sangat hangat disini.' Jawabnya.
Aku tidak bisa menahan senyumanku, 'tentu saja. Aku kan memelukmu.'
'Kau tidak akan tidur disini kan?' Tanyaku pada Haechan yang melihatnya menguap. Haechan hanya menggelengkan kepalanya untuk menjawabku.
'Bosan, lakukan sesuatu Mark.' Pinta Haechan.
'Umm, bagaimana kalau kita main truth or truth? Aku akan memutar botol air mineral ini, siapa yang kebagian bagian tutupnya dia akan menjawab pertanyaan. Apabila pertanyaan itu tidak mau dijawab dia akan menggantikan pertanyaan tersebut dengan lima kebenaran lain yang bisa dia ungkapkan.' Saranku.
'Kurasa tidak buruk. Aku akan mengorek semua rahasiamu Mark.' Haechan tertawa dengan jahil sambil menusuk-nusuk lubang hidungku.
Aku memberi isyarat pada Haechan untuk memulainya. Memutar botol tersebut, dan menantikannya untuk berhenti.
Botol tersebut berhenti dengan menunjukan bagian tutupnya pada Haechan. Aku menyeringai senang atas hal tersebut sedangkan Haechan mengubah posisi duduknya dan merapat kearahku.
'Botol itu tidak menunjukkan kepada siapa pun, Mark.'
'Curang,' aku pura-pura marah dengan aksen imut yang dibuat-buat.
Haechan hanya terkekeh. 'Mau battle aegyo denganku Mark?'
Aku tidak menanggapi ajakan Haechan dan langsung mengeluarkan pertanyaanku, 'ceritakan tentang dirimu.'
'Dasar tidak seru, aku tidak mau.'
Aku mulai menggelitiki pinggang Haechan, 'aku tidak akan berhenti kalau kau tidak memulai ceritamu.'
'Ish, baiklah. Tentang?' Tanya Haechan.
'Aku belum tahu cerita tentangmu.' Ulangku.
'Aku kan sudah memberimu robekan diaryku, mau cerita apalagi?' Tanya Haechan.
'Sejujurnya aku tidak membaca semuanya.' Akuku dengan nada sedih yang dibuat-buat.
Haechan mendesis tidak suka. 'Kau sudah bisa memahami bahasa isyarat lumayan kan? Aku malas apabila harus menulis lagi.'
Aku hanya mengangguk.
'Saat itu aku sedang berkendara dengan sopir pribadiku dan Jeno untuk pergi ke acara pertandingan basket yang diikuti oleh Jeno. Dia tidak ikut dengan tim karena yang kutahu timnya bahkan satu sekolah tidak menyukai Jeno. Katanya Jeno anak yang culun dan jelek tukang minum susu jadi mereka mengejeknya bahkan tidak mengijinkannya untuk ikut dalam tim basket sekolah walaupun dia sangat berbakat.'
Aku hanya mendengarkan dengan seksama sambil menahan degup jantungku yang mulai gugup dan terasa sakit.
'Jeno adalah pemain cadangan waktu itu, ia menggantikan kapten timnya yang pada saat itu sedang terkena demam dan tidak diperbolehkan pelatih untuk ikut pertandingan,'
Saat kami sudah dekat dengan tempat pertandingan tersebut tiba-tiba mobil kami ditabrak oleh mobil lain. Aku tidak terlalu mengingat kejadian persisnya. Hal tersebut terjadi dengan cepat sehingga aku lupa. Aku hanya merasakan seisi mobil terguncang, aku bisa merasakan diriku diaduk dalam mobil bersama dengan Jeno. Dan hantaman yang begitu keras di sisi luar mobil.'
Haechan menghela napas, ia terlihat sangat terguncang, mungkin trauma itu masih ada. Menahan air matanya, ia melihat ke arahku.
'Maafkan aku,' Haechan berusaha mengumpulkan semua kesadarannya.
Aku merengkuh tubuh Haechan. 'Hei, tidak apa. Aku yang seharusnya minta maaf. Maafkan aku.' Sesalku.
'Sungguh?' Tanya Haechan. 'Untuk apa Mark?'
Aku tercekat. Entah rasanya seperti pertanyaan jebakan. 'Maafkan aku mengungkit hal ini.'
Haechan mengagguk lalu mengeratkan pelukannya padaku. 'Kapten tim basket tersebut yang menabrak mobil kami. Dia masih SMP waktu itu, dan melakukannya karena iri Jenolah yang dipilih pelatih untuk menggantikannya.' Lanjutnya
Aku merasa leherku tercekik atas penjelasan Haechan. Oh, tidak.
'Tidak apa. Sekarang aku baik-baik saja. Aku memilikimu. Mark, kau tidak akan meninggalkanku kan?' Tanya Haechan, sambil menengadah melihat kedalam mataku. Aku merasa tersihir sekaligus takut.
[]
231020

KAMU SEDANG MEMBACA
When The Sun Goes Down✅
FanfictionI wish I could turn back the time, so I could tell you how much I love you (((BAHASA))) Mark Lee x Lee Haechan Warn : genderswitch, misgendering