3. First Impression

652 63 1
                                    

Senin pagi di kota Seoul seperti mimpi buruk bagiku. Hiruk pikuk kota membuatku mual. Aku berjalan keluar dari gedung apartemen dan sudah disambut oleh kedua temanku Lucas dan Jaehyun.

Lucas seumuran denganku, kami berdua duduk di kelas sebelas SMA Neo yang berada di pusat kota Seoul, sedangkan Jaehyun adalah kakak kelas kami, ia duduk di kelas dua belas.

Kami berteman cukup lama sampai aku tidak terlalu mengingat jelas alasannya.

"Ini masih pagi, tapi udara bulan September sudah membuatku tidak nyaman." Ujar Lucas.
"Apasih yang membuatmu nyaman, Lucas?" Ejekku.

"Ini masih pagi dan aku harus mendengar kalian bertengkar, sungguh sial nasibku." Kata Jaehyun. Kami berdua menyusuri trotoar menuju sekolah kami.

Saat hendak memasuki gerbang sekolah, aku melihat gadis yang sama, yang kulihat di toko roti dan di toko buku.

Nafasku tercekat, aku berhenti tiba-tiba dan memandang lurus ke arahnya.
"Kau benar-benar minta dihukum apa ingin betulan terlambat?" Tanya Jaehyun. Lalu ia mendorong-dorong bahuku, "cepat jalan, idiot!"

.

.

.

Akhirnya kami tidak terlambat dan hal itu bagus untuk kami. "Hei, pendek! Pssst!" Bisik Lucas, dia duduk dibelakangku di kelas. Aku hanya meliriknya karena takut ketahuan guru yang sedang mengajar. Karena demi tuhan, guru killer itu galak sekali, sedangkan jam pelajaran lima menit lagi selesai.

Lucas melemparkan secarik kertas ke mejaku. Lalu dia menatapku sambil menaikturunkan alisnya.

Kubuka kertas tersebut dan membaca isinya, aku tersenyum puas seketika, tapi tidak berlangsung lama karena ketika pelajaran selesai Lucas memghambur kearahku dan menoyor kepadaku sambil berucap, "jangan terlalu berkhayal!"

"Kau banyak bicara, terserah padaku 'kan aku mau suka kepada siapa. Lagipula tidak ada salahnya, gadis itu cantik dan manis. Tipeku sekali." Dengusku, kesal.

"Kau akan menyesalinya sambil menangis kepadaku dan Jaehyun." Balasnya.

Aku hanya memutar bola mataku dengan malas mendengar hal itu.

.

Kami berjalan menuju kantin dan mendapatkan sesuatu yang tiba-tiba membuatku naik darah.

Di sana ada Hendery, Xiao Dejun, dan Winwin sedang mendorong-dorong bahu gadis yang selama ini menarik perhatianku, bahkan Winwin menarik rambut gadis itu.

Hal itu membuatku geram dan langsung menghampiri mereka.

"Kau ini apa-apaansi!" Bentakku pada mereka.

"Chill, man. Tadi si dungu ini mengganggu pacarku, Dejun sedang lapar dan ia tidak bisa mengantri, tapi entahlah si orang udik ini yang tidak tahu tempat malah banyak tingkah." Ucap Hendery.

Aku menarik tangan Winwin dari rambut gadis itu, "tidak perlu bertindak kasar!"

"Wow, wow apa ini bung, kau membela orang ini? Dia bahkan tidak pantas satu sekolah dengan kita. Apa yang harus kita perbuat padanya?" Ujar Dejun.

"Apa maksudmu?" Bentakku. "Dia bahkan tidak bisa bicara dan mendengar, apa ini sekolah khusus atau sekolah luar biasa atau semacamnya?" Ejek Winwin.

Aku tidak bisa mencerna apa maksud perkataan Winwin, tapi perkataan Hendery membuatku semakin marah, " biasanya kau paling suka mengganggu orang lemah, Mark! Kemana dirimu yang dulu? Jangan bilang kau mulai lemah. Orang ini sungguh santapan nikmat bagi kita."

Kini kami semua menjadi pusat perhatian di kantin dan semuanya tergelak akibat perkataan Hendery dan Winwin. Kulihat gadis itu menahan air matanya tapi ia tetap berusaha tersenyum.

Cukup sudah aku tidak tahan lagi dengan mereka. Aku menarik tangan gadis itu, keluar dari kerumunan kantin dan menuju taman belakang sekolah, aku bisa mendengar Lucas berteriak setengah memaki, tapi aku tidak peduli. Bahkan ketika berpapasan dengan Jaehyun dengan tatapan tidak mengerti.

Aku membawanya ke taman belakang sekolah yang cukup sepi, di sini cukup indah dan luas juga ada banyak kursi yang disediakan menatap kolam taman.

Aku membawanya duduk disalah satu kursi. Taman cukup sepi karena cuaca bulan September mulai dingin, dan bodohnya aku membawanya kesini, sepertinya gadis ini juga merasa kedinginan.

"Kau tidak apa-apa?" Tanyaku lembut, dia hanya mengangguk kepadaku dan tersenyum. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum malu-malu, karena tertegun melihat keindahan yang ada padanya.

"Kenapa mereka mengganggumu?" Tanyaku lagi, dengan suara yang lebih meyakinkan.

Dia hanya tersenyum lalu mengusap punggung tanganku, dan berdiri. Aku bisa melihat bahwa ada keengganan dimatanya. Akan tetapi aku hanya mengabaikannya karena ia terlihat tidak nyaman.

Dia tersenyum sekali lagi dan mengeratkan jas sekolahnya, aku tahu sekarang dia mulai kedinginan. Lalu mengangguk kepadaku dan pergi.

^^

4920

When The Sun Goes Down✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang