Matahari semakin terangkat. Cuaca terlihat sangat cerah, namun suhu rasanya sangat dingin, ditambah dengan wangi petrikor karena hujan hebat semalam.
Hari ini, tanggal XX bulan XX, adalah hari kelulusan bagi seluruh murid kelas 3 SMA Nekoma. Acara berlangsung sejak pukul 06:30 pagi tadi. Memang terdengar terlalu pagi, namun itu semua dilakukan atas kesepakatan bersama orang tua murid-murid.
Lalu sampailah pada bagian yang ditunggu-tunggu.
“Bagi siswa/i yang namanya disebut, harap segera maju ke depan untuk menerima penghargaan.”
Deg
Walaupun terlihat seperti tidak peduli, tapi tetap saja jantung Kuroo Tetsurou terasa seperti di tekan dari dalam.
Bagaimana tidak? Ini merupakan satu-satunya tiket agar ia bisa melanjutkan studi di tempat yang sangat ia dambakan. Sebut saja itu berada di USA.
“Peringkat ke-3 dari seluruh kelas… Yaku Morisuke. Selamat!” , ucap Kepala Sekolah dengan penuh semangat. Ditambah dengan sorak-sorai murid-murid lainnya.
Ya,,, Yaku memang pantas… Tapi apa dirinya bisa?-
“Kuro,”
Lelaki jangkung itu menoleh ke belakang. Mendapati seseorang memanggil seraya meraih jas kelulusan hitamnya.
“Kenma? Ada apa?” , tanya Kuroo terbelalak
“Harusnya aku yang menanyakan itu, Kuro” , ia membuang napas, melihat lekat-lekat ekspresi lawan bicaranya.
“Wajahmu kusut banget.” , singkatnya.
Begitu… ternyata kentara banget, ya?
“Yah…haha…” ia tersenyum. Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
“Bagaimana ya, Ken… kalau-“
“-Satou Yuura. Selamat!”
Belum sempat Kuroo menyelesaikan kalimatnya, sudah terpotong oleh sambutan-sambutan meriah dari si peringkat 2…
Kuroo terdiam. Termenung di dalam keramaian. Tangannya dingin. Bukan, bukan karena cuacanya. Tangannya dingin karena takut. Kuroo sangat takut.
Pikirannya kemana-mana. Bagaimana jika ia tidak berhasil? Seluruh kerja kerasnya? Apakah bisa hanya berharap pada prestasi non-akademiknya? Voli? Bisakah ia mendapatkannya? Bisakah?
“Kuro…”
Panggilan singkat itu berhasil membuyarkan pikirannya
“Yang kau butuhkan saat ini hanyalah percaya diri.” Katanya.
Kuroo baru saja hendak membuka mulut untuk embalas percakapannya, namun ia dikejutkan oleh Kenma, ya.. Kozume Kenma, teman masa kecilnya, sahabatnya, menggenggam tangan kirinya erat-erat.
“Tenangkan dirimu. Aku yakin kau berhasil.” , ucapnya tanpa melihat wajah Kuroo. Pandangannya fokus ke depan.
Hangat…
Tangan kecilnya yang mungil itu hangat…
“Kenma…”
“Selanjutnya akan menjadi kebanggaan yang tidak terlupakan… Peringkat satu dari seluruh kelas…”
Kuroo mengeratkan pegangannya. Ia semakin gugup…
“…dan juga merupakan peringkat 5 dari Tokyo…”
Ah… pasti bukan aku, pasti bukan aku, pasti bukan-
KAMU SEDANG MEMBACA
-One Last Time-
Fanfiction"Your soulmate must be really happy to have someone like you." - K. T. © Haruichi Furudate