O1. Hello, again.

1K 106 5
                                    








Terdengar suara ramai dari lantai bawah, ia mendengarnya. Menebak jika sang ayah kedatangan tamu, entah siapa, Mikasa tidak terlalu memikirkan hal itu. Tapi kalau mendengar suara pintu diketuk, berarti tamu yang datang ini bukan orang biasa.

Mikasa beranjak dari posisi duduknya, hendak membuka pintu kamar.

“Tidak menjaga sopan santun kepada keluarga? Cepat turun ke bawah!” Gadis itu mendengus, selalu begitu. Singkat dan tajam, tidak ada kehangatan satupun dari kalimat yang di lontarkan.

Mikasa hanya diam dan berjalan mendahului ibunya di ambang pintu kamar, Tidak sopan? Ah, dia tidak akan perduli.

Ketika gadis bersurai hitam legam itu turun, suara orang yang sedang berbincang pun makin terdengar jelas di kedua telinganya. Mikasa mendekatkan diri menuju sofa ruang tamu.

Keadaan disini mendadak hening karena seluruh pandangan tertuju ke arahnya, Mikasa yang terkenal cuek hanya menatap datar tamu tamu ayahnya satu persatu.

Cih, laki laki dengan wajah datar ini kenapa melihat dirinya begitu serius? Sungguh menganggu ketenangan Mikasa. Jujur saja Mikasa paling tidak suka atau mungkin risih melihat seorang lelaki menatapnya begitu serius, terkecuali Eren.

Sepertinya tidak perlu di jelaskan lagi, kalian mungkin sudah tau siapa Eren Eren yang di maksud Mikasa ini.

Ya, temannya. Tapi gadis itu menyukai dia sejak lama.

Mikasa membungkuk-kan badannya ke arah tamu, ia bermaksud memberi salam ke arah mereka.

Namun sepertinya salah satu tamu― ayahnya itu tidak paham.

“Ah, dia sedang memberi salam kepada mu, Levi. Maafkan anak ku yang terlalu kaku itu.” Lontar ayah Mikasa ke arah tamunya.

Mikasa yang tidak ingin membuang banyak waktu lebih lama pun segera beranjak pergi dari sini lalu menuju kamarnya.

Begitu pintu kamar sepenuhnya terdengar tertutup, ke-empat orang dewasa yang tengah duduk di ruang tamu keluarga ackerman pun melanjutkan perbincangan mereka yang terhenti.










🌌







Sudah hampir dua puluh menit gadis bersurai hitam itu menatap dinding kamarnya tanpa tujuan yang jelas.

brak !

“Mikasa! aku tidak ada menyuruh mu untuk bersantai di kamar―”

“Ibu, aku lelah.” Ibu Mikasa hanya menaikkan sebelah alisnya, benar. Pasti dugaan gadis itu benar. Ibunya tidak akan perduli.

“Tidak perduli. Sekarang bergegas lah ke bawah, Levi sedari tadi menanyakan dirimu.”

Dahinya berkerut, Mikasa menghembuskan nafasnya berat. “Ada perlu apa sih lelaki itu sama ku, bu?” Tidak menjawab pertanyaan malaikat kecilnya, justru wanita berumur itu langsung menutup pintu kamar Mikasa.

Mungkin kata kesal tidak berarti lagi untuk gadis ini. “cih,” kaki jenjangnya berjalan mengeluari kamar.

menuruni anak tangga, lalu bertemu lelaki yang bahkan Mikasa sendiri hampir tidak mengenalnya tapi― ah sudah lah.

“Levi, ini dia Mikasa kau masih ingat kan? Dulu kau pernah menjaganya sehari karena aku dan istriku pergi untuk sementara waktu.”

Mata keduanya saling bertatapan. Levi tersenyum kecil, Ah Hange― teman Levi turut senang melihat temannya tersenyum seperti itu.

Habisnya lelaki ini jarang sekali senyum, sih.

Seingat Hange dia pernah tersenyum sekali karena melihat mantan kekasihnya menikah, Petra.

“Hai anak nakal, masih mengingat ku?” Levi membuka suaranya. Hening, Mikasa bahkan tidak berniat untuk membuka suara.

Hanya itu saja yang ia ingin tanyakan pada ku? Cih, benar benar membuang waktu, batin Mikasa.

Gadis itu mengangguk “Ingat. Sekarang waktu ku untuk bersantai tidak akan kau ganggu lagi 'kan?”

“Mika―”

“Iya, ayah?”

Tatapan tak suka terlihat jelas di mata kedua orang tuanya Mikasa, sedangkan yang lain hanya kaget. Tidak menyangka jika Mikasa akan membalas omongan Levi seperti itu.

Tak tau malu, Mikasa justru segera pergi dari ruang tamunya dengan melirik Levi tajam.

“Ah, maafkan Mikasa ya, anak itu akhir akhir ini suka seperti itu.” Levi menggelengkan kepala, sedikit kaget sih.

Tapi menarik.

Mikasa benar benar menarik di mata Levi. Dari awal, sampai sekarang.

“Tidak apa apa, paman. mungkin Mikasa tidak suka waktu bersantainya di ganggu.” Hange mengangguk, setuju dengan omongan Levi dua detik lalu.

Erwin melihat jam tangannya “Sudah hampir malam, kita harus pulang.” Semua yang ada di ruang tamu itu berdiri dan saling memberi salam satu sama lain.

“Paman, titip salam ke Mikasa ya?” Ayah dari gadis itu mengangguk “Hati hati di jalan, nak! Salam mu akan ku sampaikan.”














I keep falling for you everyday, mikasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I keep falling for you everyday, mikasa.




















[ a n ]
hai, jangan lupa vote komennya ya soalnya satu vote aja udah bikin dua author disini seneng apalagi di komen, terimakasih uwuu 💚✨

[ a n ]hai, jangan lupa vote komennya ya soalnya satu vote aja udah bikin dua author disini seneng apalagi di komen, terimakasih uwuu 💚✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
aphrodite ➵ levi mikasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang