“Selamat malam, ayah, ibu.”
Mikasa menarik kursi meja makan yang biasa ia tempati, manik matanya menatap ayah dan ibunya bergantian. Menunggu jawaban selamat malam kembali yang tak kunjung di ucapkan.
Mikasa benar benar membenci mereka berdua. Tapi apa boleh buat selain diam?
Ya, mungkin Mikasa selama ini termasuk gadis bodoh juga karena selalu diam jika orang tua nya berbuat seperti tadi.
“Mikasa.” Panggil lelaki paruh baya di sebelahnya, tidak ada niat menjawab Mikasa melajutkan kegiatan makan rotinya dengan lahap. “Soal perjodohan―”
Roti selai yang baru saja Mikasa ingin telan jadinya malah tersedak di tenggorokan akibat omongan ayahnya.
Buru buru ia mengambil segelas air dan segera meneguknya.
“Jangan omongkan hal itu. Aku masih muda dan tidak ingin menikah terlalu cepat.” Jawab Mikasa dingin.
Gadis berambut sebahu itu meletakkan kembali rotinya ke atas piring, mood nya berubah menjadi jelek.
“Gimana pun kau harus tetap menikah dengan Jean.” Celetuk ibu Mikasa.
Helaan nafas terdengar begitu berat, Mikasa benar benar sensitif sekarang. “Sudah ku bilang aku. tidak. ingin. menikah. terlalu. cepat.”
“Tapi kau tetap harus menikah, bukannya kau sendiri sudah setuju 'kan?” Mikasa mendecak, orang tuanya sangat memaksa.
Sedangkan gadis itu sendiri paling tidak suka di paksa.
Matanya ia pejam beberapa detik mencoba tidak emosi “Bukan aku yang setuju, tapi kalian. Jika sekali aku bilang tidak maka tidak. Seharusnya kalian berdua mengerti dengan keadaan ku.” Ayah Mikasa tiba tiba meletak sendoknya.
Berdiri dan berjalan ke arah Mikasa dengan tatapan yang mengerikan itu membuat Mikasa sedikit.... takut.
“Mikasa, bukannya ayah mengajarkan mu sopan santun terhadap orang tua?” Mikasa menunduk-kan kepala, Ayahnya sekarang sedang marah. Mikasa tau itu.
“Percepat saja tanggal pernikahan mereka, Maria.” Mikasa membulatkan matanya, dia berdiri. Seolah olah rasa takutnya sekarang lenyap begitu saja.
Telunjuk Mikasa terarah ke ayahnya― Dares Ackerman “Ayah tidak memiliki hak untuk mengaturku dalam hal pernikahan. Aku tidak menyukai Jean. Begitu pula Jean, apa kalian tidak tau dia memiliki hubungan khusus dengan gadis lain?” Jelas Mikasa dengan alis berkerut.
Acuh, bagaikan omongan anaknya tadi hanya sebuah omong kosong Dares membalasnya dengan tertawa.
“Maria anak mu ini keras kepala sekali, apa kah aku harus memukulnya dulu agar dia mau menyetujui permintaan ku?” Maria tersenyum hangat.
“Terserah, sayang.”
Brengsek.
Mikasa melempar piringnya ke sembarang arah hingga menimbulkan suara berisik serta serpihan kaca yang bertebaran di mana mana.
“Enyah kalian berdua!!” Tanpa ada niat membershikan serpihan kaca itu, Mikasa langsung saja pergi ke kamarnya.
Tidak lupa ia berlari agar orang tuanya tidak sempat melakukan hal aneh kepada dirinya.
Menutup pintu dengan rapat dan memastikan, cukup lega karena sekarang ia sudah berada di kamar.
Sekarang Mikasa harus pergi dari rumah ini.
Dia tidak tahan lagi.
“MIKASA BUKA PINTUNYA!”
DOR!
KAMU SEDANG MEMBACA
aphrodite ➵ levi mikasa
FanfictionI keep falling for you everyday, mikasa. levi, mikasa. ( on hold ) ©cloudymikasa