Chapter 10

5K 387 19
                                    

Masuk double up nggak ya?
Beda hari, tapi nggak sampai dua puluh empat jam.

Bara is Back.
Selamat membaca.

Ayo olengkan lapak ini, biar makin semangat ngetik plus ide terus ngalir. Sure, Emak tipe penulis yang makin diperhatiin pembaca jadi semakin semangat lho. 😁😁
🌻🌻🌻

Ada yang berbeda hari ini. Sejak turun dari taxi online dan menginjakkan kaki di kantor, Merlin mendengar bisik-bisik tentang dirinya dan Bara. Sebagian ada yang mendukung, tapi ada pula yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan pada hubungan mereka. Seperti Gea contohnya. Jika sebelumnya gadis itu selalu ramah pada Merlin, lain halnya hari ini. Gea hanya mengangguk ketika berpapasan dengan Merlin di lobi, lalu buru-buru pergi tanpa menyapa.

Sepertinya dugaan Merlin tentang Gea sangat benar. Gadis itu tertarik pada Bara. Itulah alasan Gea selalu menolak cowok yang menyukainya. Gea ingin Bara yang jadi kekasihnya. Tapi, sayangnya itu akan sulit selama Bara masih berstatus sebagai pacar Merlin. Merlin tidak sudi untuk diduakan, jadi kalau sudah memilih dia, otomatis Bara tidak boleh tengok kanan-kiri lagi.

"Eheummm... Kris, lo tahu nggak, kemarin-kemarin ada yang elergi deketan. Tapi tahu-tahu udah pacaran aja. Dan, lo tahu nggak sebutan apa yang cocok buat orang yang suka pura-pura seperti dia? Munafik!" Merlin menoleh ke kiri dan mendapati Dafa tengah ngobrol dengan Kristian dan beberapa karyawati yang berasal dari devisi keuangan. Mereka saling menyahut dan terlihat hanyut dalam dunia perghibahan hingga tidak sadar kalau objek ghibah ada di dekat mereka. Merlin ingin menyahut dan membungkam mulut Dafa dengan membeberkan rahasia lelaki itu. Namun, sayangnya, seseorang datang menghampiri dirinya.

"Lama tidak bertemu, Grace."

Merlin mendadak merasakan seluruh persendiannya kaku. Suara itu sangat familiar dan Merlin tidak akan pernah salah untuk mengenali pemiliknya.

"Aku kebetulan diutus perusahanaan baruku untuk membahas proposal kerja sama dengan Tipindo." Suara itu kembali terdengar. Dari nadanya, tidak ada sedikitpun keraguan dan sebaliknya malah terdengar santai. "Kamu apa kabar?"

Merlin tidak menjawab. Lidahnya mendadak kelu dan sulit digerakkan. "A-aku...."

"Hi, Lex. Gue kira lo bakalan siang datangnya. Oh, iya, sekedar informasi Merlin sekarang cewek gue. Kami memutuskan untuk pacaran dua minggu lalu. Gimana? Lo setuju kan?"

Belum selesai kejutan pertama, Merlin kembali mendapat kejutan kedua dan ketiga. Dan itu terjadi dalam sepuluh menit. Menjadi bahan ghibah, bertemu Alex dan Bara yang bersikap biasa-biasa saja di hadapan Alex.

"Beneran?" Alex tampak terkejut namun satu detik kemudian dia sudah berhasil membuat wajahnya kembali santai. Sementara, Merlin malah bersikap sebaliknya. Cewek yang terkenal galak itu mendadak diam dan hanya mampu menjawab pertanyaan Alex dengan anggukan.

"Selamat deh kalau gitu. Semoga langgeng." Alex menyalami Bara dan Merlin bergantian sebelum pamit untuk menemui Pak William. Bara yang kebetulan memegang proyek minta izin untuk datang terlambat dan membiarkan Alex pergi lebih dulu.

"Pagi, Sayang." Bara yang tahu kondisi Merlin tidak baik-baik saja langsung mengajak perempuan itu ke pantry. Tidak ke kantin karena biasanya akan ada beberapa karyawan yang sarapan di sana. Merlin dengan suasana hatinya tidak akan nyaman berada si sana.

"Sejak kapan kamu tahu kalau Alex punya proyek bareng Tipindo? Kenapa kamu nggak bilang sama aku?" Merlin histeris. Beberapa kejadian satu tahun silam kembali bermunculan ke dalam ingatannya. Membuat suasana hatinya yang sudah semrawut gegara kehadiran Moli yang menyita seluruh penghuni rumah, serta gosip selentingan yang kebanyakan menyudutkan dirinya sebagai orang yang tidak pantas bersanding dengan Bara. Membuat suasa hati Merlin semakin amburadul. Lalu, kenapa Alex harus muncul juga?

Bara meraih Merlin ke dalam pelukannya. Mengusap punggung Merlin dengan sayang, lalu membisikkan sesuatu dengan sangat hati-hati. "Aku minta maaf karena tidak memberi tahu kamu. Ini proyek Pak William dengan Putra yang dioper ke Alex karena Putra dianggap tidak bisa memenuhi syarat perjanjian kerja sama. Aku diberi tahu Pak William tadi subuh pas aku baru sampe rumah bareng Bambang.

"Aku ada niat mau bilang sama kamu. Aku udah nelpon kamu tapi kayaknya kamu masih tidur. Nomor kamu nggak aktif."

Merlin menghela nafas, lelah. Sementara tubuhnya masih nyaman berada dipelukan Bara dan bisa dibilang ini adalah kegiatan paling intim diantara mereka. "Aku kayaknya berubah pikiran," kata Merlin setelah beberapa menit. "Aku pengin liburan dan aku bakalan ajuin cuti hari ini juga."

"Maksud kamu?" Bara mendelik kaget. Dia reflek melepas pelukannya untuk melihat wajah Merlin. "Kamu jangan bercanda deh, Sayang. Aku nggak bisa masuk kantor tanpa lihat kamu. Kamu itu kayak vitamin sekaligus narkoba buat aku. Melihat kamu aku jadi semangat, sementara tanpa kamu aku sakau."

"Awww!"

"Kalau ngomong bismillah dong. Narkoba kok dibawa-bawa. Nggak lucu tahu." Merlin berjalan ke meja pantry sesaat setelah menjitak kepala Bara. Merlin butuh kopi untuk menghilangkan penat. Maka, setelah menyimpan tas, cewek cantik itu pun langsung meraih satu sachet kopi luwak putih dari dalam laci kitchen set yang khusus menyimpan kopi milik karyawan yang biasa ngopi di sana. Termasuk dirinya yang lebih suka ngopi di pantry ketimbang di kantin atau cafe. Apalagi pagi-pagi begini, suasana pantry masih sepi karena OB masih sibuk membersihkan ruang karyawan, toilet dan bagian gedung lain.

"Aku kayaknya butuh istirahat deh."

"Bukan karena Alex atau kamu masih memendam perasaan sama dia?"

Pertanyaan Bara langsung mendapat tatapan tajam dari Merlin. Cewek cantik yang tengah menuang air panas dari dispenser itu hampir terkena cipratan air panas kalau saja tidak hati-hati dan keburu sadar.

"Aku memang masih memendam rasa sama Alex. Tapi bukan perasaan cinta atau sejenisnya. Aku... hanya belum bisa melupakan penghianatannya sehingga membuat aku sulit melangkah. Aku takut orang-orang akan melakukan hal sama padaku," Merlin berusaha mati-matian untuk tidak menangis. "Dia berselingkuh lalu membuangku."

Bara tidak tahu harus berkata apa? Merlin sangat terluka dan belum mampu melupakan kepahitan hidupnya bersama Alex. Itu wajar, karena yang dilakukan Alex sangat patal. Tapi, ngomong-ngomong tentang selingkuh, Bara juga pernah mengalami diselingkuhi. Hanya saja, karena posisi Bara belum ke tahap pernikahan alias masih cinta monyet, Bara tidak sehancur Merlin. Bara masih bisa tertawa dan menebar gombalan receh ke banyak cewek.

"Apa aku jahat jika belum bisa memaafkan dan berharap mereka mendapat karma?"

Bara menggeleng.

"Apa aku harus menghindari mereka terus?"

Bara menggeleng lagi.

"Jadi itu alasanmu membiarkan Alex mendapat proyek ini? For information, kamu bisa dengan mudah meminta Pak William untuk mencari klien lain. Perusahaan property di Bandung bukan hanya satu."

Merlin memperhatikan perubahan raut wajah Bara. Dari mulai terkejut, kaku, hingga kembali santai seperti sekarang. "Aku ingin kamu berdamai dengan masa lalu, melupakan dan belajar memaafkan mereka. Meski aku tahu itu sangat sulit. Tapi, aku benar-benar ingin melihat kamu jadi pemenang. Aku tidak ingin kamu dikuasai dendam dan terus berada dilingkaran hitam," kata Bara lembut. Tangannya meraih cangkir dari tangan Merlin kemudian menyimpannya di meja.

Mendekat ke arah Merlin, Bara merengkuh tubuh ramping itu ke dalam pelukannya untuk kali kedua. "Azinkan aku menjadi penolongmu, tidak peduli kamu menjadikanku pelarian atau apa pun itu. Aku benar-benar serius ingin hidup bersama kamu sampai tua dan ajal menjemput. Jadi, tolong, izinkan aku menghapus kenangan buruk itu."

Merlin memejamkan matanya bersamaan dengan kecupan di keningnya. "Oke, tolong bantu aku menghapus luka ini." []
***

Part ini sweet-sweet gitu. Kenangan Merlin - Alex dibongkar dikit-dikit. Termasuk sosok pelakor jahannam yang sering bikin emak-emak naik darah.

Jangan lupa kasih komentar dan bintang  💋💋

Jodohku Teman Satu Kantor Mantan SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang