Kalya Syakila Maharani

20 2 0
                                    

Ini cerita pertama aku. Jadi maklumin ya kalau ceritanya agak gimana mungkin:) Jangan lupa, vote nya ditunggu loh:v

Tandai kalau ada typo. "Happy Reading"

^^^^^

"Tipe-x woy tipe-x!"

"Ya Allah segala bolpoin abis! Pinjem pinjem!"

"Bagi jawaban cepet cepett!"

"Gece dong lo! Yang lain belum ini!"

"Ya elah baru 5 detik dipegang udah dibilang lama aja gue!"

Syakila baru saja masuk ke kelasnya yang langsung disuguhi suara suara bising para pecontek yang berusaha mengerjakan PR secepat mungkin sebelum bel berbunyi.

"Syasya!" panggil seseorang membuat Syakila menoleh. Syasya adalah panggilan dari anak VIIIB untuknya dan membuat beberapa teman teman kelas lain memanggilnya dengan nama itu. Toh, ia pun tak masalah dengan panggilan itu.

"Kenapa Sep?"

"Tadi gue ketemu Bu Hayu, lo disuruh ke mejanya, ngambil hasil ulangan IPA kita minggu kemarin,"

"Sekarang?"ujar Syasya sambil mengerutkan kening nya.

"Bentar doang Sya. Lo mau lari kek, kayang kek, terbang kek, terserah. Yang penting lo ke sana sekarang. Udah sana, nanti gue yang dikira nggak amanah. Bel nya masih 15 menitan gini,"ujar Septia mendorong pelan bahu Syakila.

"Yaudah gue pergi dulu,"ucap Syakila bangkit dari tempat duduknya.

"Syasya kemana Sep? Syasya kemana?"tanya Tama tak santai.

"Ngambil hasil nilai ulangan IPA kita minggu kemarin,"jawab Septia sambil mengeluarkan buku buku dari dalam tasnya.

"Yahhhh. Pupus sudah harapan gue buat nyontek," balas Tama dramatis sambil mencebikkan bibirnya.

"Idihhh salah sendiri ga ngerjain. Udah sana sana gue alergi di deket lo!"

"Parah lo Sep sama temen lo sendiri juga!"

"Bodo amat!"

"Parahhhh parahhhh parahhhh," ucap Tama menjulurkan jari telunjuknya sambil melangkah mundur menjauhi Septia. Septia sendiri menatap aneh temannya yang satu itu.

^^^^^

"Ini hasil ulangan kelas VIIIB minggu kemarin. Sama ini buat kamu, selamat ya nilai kamu tertinggi lagi," ucap Bu Hayu sambil menyerahkan hasil nilai dan amplop. Bu Hayu sering sekali memberi uang untuk siswa siswi yang mendapat nilai ulangan tertinggi. Tak banyak, namun mampu membuat semangat belajar meningkat.

"Alhamdulillah terimakasih ya bu," ujar Syakila tersenyum sambil menerima hasil nilai dan amplop itu.

"Iya. Ya sudah, kamu bisa kembali ke kelas. Sebentar lagi kan bel," Syasya mengangguk sopan.

"Saya permisi ya bu, Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

^^^^^

"Assalamualaikum,"ucap Syakila memasuki kelas.

"Waalaikumsalam,"

"Gimana Sya nilai gue? Wahhh pasti paling cakep. Amplop dari Bu Hayu mana nih buat gue?"

"Yaelah Tam, lo dapet nilai 7 juga udah syukur sok sok nilai tertinggi. Ayo bangun dulu nak bangun udah siang ini. Kamu ga sekolah?" ucap Ryan menepuk nepuk pipi kiri Tama yang langsung ditepis kasar oleh empunya.

"Bro, yang penting itu optimis, hasil belakangan aja," balas Tama sambil menepuk pundak Ryan.

"Bro, optimis boleh, halu jangan," sahut Ryan membuat Tama mendengus kesal.

"Udah ya, ini gue bacain 5 teratas sama 5 terbawah. 5 teratas, Kalya Syakila Maharani, Keynan Rakadiputra, Keyhan Rakadiputra, Septia Putri Ayudya, dan Aftria Syahputri," ucap Syakila menyebutkan nama nama dengan nilai 5 teratas. Jika kalian bingung kenapa nama Keynan dan Keyhan mirip, karena mereka kembar. Sering rebutan peringkat pula, jika Keynan peringkat 2, Keyhan peringkat 3, begitu sebaliknya. Sifat nya juga sama, sama sama petakilan.

"Dah ga kaget gue. 5 teratas juga itu itu mulu dari dulu heran. Otaknya diapain coba bisa kek gitu," gerutu Galih sambil memainkan bolpoin di tangannya.

"Emang dasarnya mereka pinter. Mau ga belajar juga pasti nilainya bagus," ucap Erni mendapat anggukan dari beberapa teman sekelasnya.

"Lanjut. 5 terbawah, Andrea Putrayansyah, Kartika Dintae , Rastia Mayang Sari, Cahya Anggara–"

"Alhamdulillah. Tuh kan Yan, gue walaupun ga masuk 5 teratas yang penting ga masuk 5 terbawah," ucapan Syakila terpotong oleh perkataan Tama barusan. Syakila dibuat geleng geleng dengan tingkah teman kelasnya itu.

"Dan 5 terbawah terakhir, Tama Maheswara. 5 terbawah ini yang bakal remed. Sisanya kalian lolos,"

"Buahahah. Itu lo 5 terbawah Tam. Gimana si lo,"

"Yhaaaaaaaa. Kasian amat deh lo Tam,"

"Sakit ga Tam ternyata harapan lo pupus begitu saja?"

Tama mendengus kesal mendengar ejekan teman temannya yang katanya Not Have Akhlak itu.

"Sya lo salah kalik Sya, bukan gue paling itu," ucap Tama membela dirinya.

"Ga percaya ya udah," jawab Syakila sambil melangkah ke bagian belakang kelas dan menempelkan hasil nilai ulangan tersebut di mading kelas membuat teman teman sekelas mengikutinya.

"Busett Sya, lo makannya apa si ini fisika dapet nilai 98. Gila gila,"

"Si Syasya emang makannya buku kayaknya ini,"

"Wehhh Nan, Han lo berdua les dimana dah dapet nilai 93? Gue sebagai sahabat lo ga terima terkalahkan sama lo. Atau jangan jangan lo berdua contekan? Ngaku ngga lo?!"

"Buahahah. Nilai lo Tam. 55?!"

Syakila tak menghiraukan ucapan teman temannya memilih duduk di bangkunya.

"Sya, nanti gue nginep di rumah lo ya? Nanti kakak gue ada acara di kampus sampek malem soalnya, lagian besuk kan Minggu tuh," ucap Septia menyengir lebar. Tanpa pikir panjang, Syasya menganggukkan kepalanya. Ia kasihan dengan sahabatnya yang satu itu, sejak 1 tahun lalu Septia memang hanya tinggal dengan kakaknya. Orang tua nya tinggal di luar negeri, London lebih tepatnya karena urusan pekerjaan.

"Eh, tapi lo ga kumpulan karang taruna?" tanya Septia dibalas gelengan oleh Syakila.

"Minggu depan kumpulannya. Kan dua minggu sekali,"

"Huhhhh. Untung deh kalau gitu,"

"Gue ikutt dong Syaaa, ya ya yaa?" bujuk Nadia yang duduk di belakangnya.

"Ikut apa?" tanya Syakila menoleh ke belakang.

"Ikut nginep, ya Sya ya? Masak kalian nginep gue ga diajak sendiri. Lagian kalau ga ada gue pasti ga seru. Sudah lah kalian akui saja hal itu. Secara gue kan ba–"

" Iya boleh ikut nginep, asal ngga berantakin kamar gue aja," ucap Syasya yang sudah tak ingin mendengar celotehan sahabatnya yang satu itu. Septia dan Nadia tersenyum berpandangan kemudian mengangguk kompak memeluk Syakila erat.

"Sayang Syasyaa!" pekik mereka kompak membuat Syakila tersenyum tipis.

"Ikutan dongg!" ujar Tama membuat mereka melepas pelukannya.

"Ngomong sekali lagi gue gampar!" bentak Nadia membuat Tama memanyunkan bibir bawahnya.

"Tam lo ubah ekspresi muka lo itu atau gue lempar muka lo pakek buku paket?" sahut Septia sambil mengangkat buku paket IPA yang tebalnya kurang lebih 350 halaman itu.

"Septia kasar, Tama ga suka ih!" ucap Tama sambil menghentakkan kakinya.

Plakkkk

Septia memukul lengan Tama kencang dengan buku di tangannya.

Tama meringis memegangi lengan bekas pukulan Septia, "Sakit tau Sep, untung Tama sayang sama Septia. Jadi Tama ngga marah deh,"

Septia memejamkan mata berusaha meredakan emosinya.

"TAMAAAAA!" pekik Septia kencang.

"SIAPPPP!"

Lima Belas TahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang