Part 2 (End)

48 5 66
                                    

Teru bangun jam enam tepat. Entah kekuatan darimana ia langsung melesat ke kamar mandi. Ia ingat janjinya semalam dengan Hiro. Ia bahkan tidur lebih awal demi seharian bersama Hiro.

Teru segera mandi dan memilih pakaian yang bagus. Padahal biasanya dia tidak peduli dengan penampilannya.

"SHOHEI!"Pekik Teru. Tepat sekali untuk kalian yang menebak kalau Teru menelpon Shohei. Tujuannya menelpon kawannya itu adalah untuk meminta saran baju apa yang harus ia gunakan.

"Ini jam enam Teru, bisa gak sih lo menelpon gue dua sampai tiga jam kedepan?"Jawab Shohei ia menguap diakhir kalimatnya.

"Tidak bisa! Gue butuh saran lo! Menurut lo baju apa yang cocok untuk dipakai seharian penuh—"

"Mau berkencan dengan siapa lo?"

"Bukan kencan, hanya mengajak Hiro keluar seharian penuh agar moodnya lebih baik."

"Yaelah, sueb! Inikan cuma ngajak Hiro keluar! Bukan ngajak Hiro kencan. Ribet lu ah."Shohei langsung menutup teleponnya, meninggalkan Teru yang masih kebingungan memilih baju.

Tak lama, ia akhirnya hanya memilih kemeja dan celana jeans hitam. Rambutnya ia sisir berkali-kali tapi tetap saja tidak rapi.

Ya sudahlah, daripada ia telat.

Lalu, ia pun mengambil kunci mobil dan ponselnya. Teru berjalan terburu-buru menuju lift. Padahal lihat, ini masih jam tujuh. Ya walaupun Hiro memintanya menjemputnya jam delapan.

Apartemen Hiro itu hanya berjarak dua puluh menit dari apartemen Teru, lagipun pagi buta seperti ini tidak mungkin ada kemacetan.

.

Teru sekarang berada di depan pintu apartemen milik sahabatnya. Entahlah biasanya ia akan langsung masuk (karena Teru tau password apartemen Hiro) tapi kali ini ia diam didepan pintu. Ia memencet bel. Dan menunggu Hiro membukakan pintu apartemennya.

"Eh? Teru? Kenapa gak langsung masuk aja? Passwordnya belum diganti kok."Ujar Hiro kebingungan saat melihat cowok yang ada dihadapannya itu Teru.

"Entahlah, cuma mau aja."Teru mengedikan bahu, ia masuk ke apartemen Hiro dengan santai—atau mungkin tidak, karena sekarang jantungnya berdetak kencang—

"Tunggu sebentar ya, gue cuma perlu merapikan rambut."Hiro tersenyum tipis. Bungsu Moriuchi itu berjalan agak cepat kearah kamarnya. Meninggalkan Teru yang bersyukur karena setidaknya Hiro bisa tersenyum sedikit.

Karena seperti yang sudahku jelaskan, Hiro murung selama seminggu penuh.

Teru menunggu beberapa menit sebelum akhirnya Hiro keluar dengan rambut yang lebih rapih. Teru berdiri dan berkata ayo. Hiro mengangguk, mengikuti sahabat karibnya.

.


"Kita mau kemana?"Itu pertanyaan yang keluar dari mulut Hiro. Teru yang fokus menyetir hanya menjawab tidak tau.

"Eh? Kok gak tau?"

"Kan, kemarin gue bilang kita pikirkan nanti mau kemana."

"Begitu ya.."Hiro menyenderkan punggungnya, "Gue gak ada ide mau kemana.."

Otak Teru berpikir. Sementara, Hiro hanya melamun. Tidak bisa dipungkiri ia lebih berharap kalau sekarang mantannya yang sedang menyetir untuknya. Ya, walaupun ia juga senang sahabatnya ini sudah berbaik hati menawarkan seharian penuh untuk membuatnya lebih bahagia.

"Bagaimana kalau kita pergi makan terlebih dahulu?"Teru mengusulkan. Hiro mengiyakan ajakan Teru. Mereka berdua belum makan dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Day With Teruki [TeRoki]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang