Part 10

20.2K 1.2K 15
                                    

Jedarrrrrr

"Aaaaa!" sontak Anna terbangun dan menjerit mendengar kilatan petir saut-sautan.

Hujan deras turun di tengah malam diikuti angin berhembus kencang disusul suara petir menyambar keras hingga bisa mengganggu dan memekakan telinga mereka bagi yang mendengarnya.

Anna duduk di tengah ranjang menutup telinganya kuat-kuat dari suara sambaran petir. Tubuhnya yang mungil tertutupi dengan selimut bergetar karena ketakutan dengan suara petir.

Biasanya hujan begini di sertai petir Anna akan berada dalam pelukan ibu Nada ibu panti. Anna sedari kecil takut sekali yang namanya petir. Ketika hujan datang apalagi adanya petir pasti Anna selalu meminta untuk di temani oleh ibu Nada.

Tapi sekarang, disaat dirinya ketakutan begini mau meminta untuk menemani siapa? Papa dan mamanya? Mereka pasti sudah tertidur begitupun anggota keluarga lainya, apalagi ini sudah tengah malam. Anna tak mau mengganggu waktu tidur mereka. Biarlah ia tak bisa tidur dan ketakutan seperti ini.

Jedarrrr.

"Aaaaaa!" Anna kembali menjerit meringkukan tubuhnya dan menutup telinganya lebih rapat-rapat ketika suara petir menyambar lagi.

"Takut!" Anna mulai terisak ketakutan.

Ia menenggelamkan kepalanya pada lututnya yang tertekuk dan tangan masih setia menutup telinganya.

Petir masih bersahut-sahutan disertai hujan semakin lebat seakan berlomba bunyi siapa yang paling keras di dengar.

Di kamar Bara.

Berkutat dengan laptop dan berkas pekerjaanya. Tak memperdulikan hujan serta petir yang bersahut-sahutan seakan tak mengganggu dirinya untuk menyelesaikan pekerjaan kantor.

Di saat fokusnya Bara mengerjakan berkas dirinya seperti mendengar isakan dan jeritan ketakutan. Siapa malam-malam begini yang menangis? Tak mungkin sosok makhluk halus. Bara menajamkan pendengaranya. Suara tangis ini berasal dari kamar sebelahnya berarti kamar adik kecilnya, princessnya. Di dengar dari suara tangisnya pun ini mirip suara adiknya.

Bara bergegas membereskan semua berkas yang berserakan, menyimpan file dan mematikan laptopnya. Bara segera keluar dari kamarnya tanpa mengetuk pintu Bara langsung masuk ke kamar sang adik yang untungnya tak terkunci.

Bisa dilihat dari tempatnya berdiri di ambang pintu adik kecilnya meringkuk ketakutan di tengah ranjang, isakanya terdengar walaupun terendam oleh lututnya, selimut membungkus tubuhnya yang bergetar dan tangan menutup telinganya rapat-rapat.

Bara menutup pintu dan segera mendekat ke arah adik kecilnya yang belum menyadari adanya dirinya di dalam kamarnya.

Bara langsung saja memeluk tubuh bergetar adik kecilnya. Bisa dirasakan tubuh adiknya menegang.

"Hey, tenang princess ini kakak." Bara berucap lembut untuk menenangkan Anna.

Anna mengenali suara itu langsung mendongakan kepalanya. Seketika Anna menubruk tubuh kakaknya dan memeluk lehernya erat.

Untung saja Bara bisa menjaga keseimbangan dan tidak terjengkang kebelakang meskipun jatuhnya nanti di kasur.

"Kak takut!" Anna menangis mengadukan betapa takutnya dirinya mendengar suara petir.

Pelukan pada leher kakaknya bertambah erat ketika bunyi petir menggelengar lagi lebih keras. Bara yang di peluk seperti itu merasa sesak tapi tak apa demi princessnya agar tak takut lagi ia membiarkanya.

"Ssttt, princess jangan nangis udah ada kakak. Jadi, jangan takut lagi ya." Bara memeluk tubuh Anna dan mengelus lembut punggung Anna guna mengurangi ketakutan Anna.

Bara membenarkan posisi Anna. Anna di dudukan Bara di atas pangkuanya. Dirasa Anna agak tenang Bara melepaskan pelukanya sejenak.

"Sekarang kamu tidur ya. Jangan nangis udah ada kakak." Bara menghapus air mata yang membasahi kedua pipi princessnya.

Anna menggelengkan kepalanya dan malah memeluk erat kembali kakaknya.

"Ini udah malam princess kamu tidur ya."

Bara membaringkan tubuh Anna dan tubuhnya dengan keadaan Anna masih memeluk erat tubuhnya.

"Engga mau, nanti kakak pergi kalau aku tidur." Anna tubuhnya kembali bergetar dan menangis apalagi petir masih terdengar. Jika nanti kakaknya kembali ke kamarnya pasti dia sendirian dan ketakutan lagi.

"Kakak ga akan pergi kok princess. Kakak akan menemani kamu tidur disini. Udah ya sekarang tidur. Kakak janji sampai pagi ga akan meninggalkan kamu sendirian."

Bara berusaha untuk membuat Anna mau tidur.

"Tidur nanti kamu sakit kalau ga tidur. Badan kamu aja udah terasa hangat sekarang. Kakak ga mau nanti kamu sakit."

"Aku akan tidur tapi kakak temani aku tidur disini ya," pinta Anna memohon.

"Iya kakak akan temani kamu."

"Janji ya kakak ga akan ninggalin aku sendirian?"

Anna mengacungkan jari kelingkingnya. Bara menyambutnya.

"Iya princess, kakak janji ga akan ninggalin princess kakak tidur sendirian."

Anna menganggukan kepalanya kecil. Ia kembali memeluk tubuh kakaknya, menyusupkan kepalanya pada dada bidang kakaknya dan mulai memejamkan matanya.

Bara masih terjaga belum menutup matanya untuk tidur. Tangan kananya setia mengelus rambut hingga punggung adiknya guna membantu Anna cepat tertidur.

Tak lama terdengar dengkuran nafas halus pertanda Anna sudah tertidur. Bara menghentikan elusan tanganya. Bara mengecup kening adiknya dan menyusul masuk ke dalam alam mimpi.

--

Tbc,

01/10/20

My Family (Update lama banget baca cerita yg tamat aja)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang