Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Café, coffee, cake.
Perfecto.
10 hari lagi Ujian Nasional tingkat SMA.
Phizwzzard Café adalah kafe vintage nan klasik yang berada di Jakarta Utara. Kafe ini sepi saat weekdays, karena agak jauh dari hiruk-pikuk Jakarta. Cocok sekali yang hanya ingin bersantai, menikmati sisi lain Jakarta atau untuk me time. Ini adalah kafe ke empat yang Milty datangi hanya untuk belajar.
Milty jarang belajar di rumahnya sendiri, karena dia perlu suasana baru agar menyegarkan otaknya dikala pusing dengan kurva atau jenis-jenis awan. Ada empat buku didalam totebag bergambar vespa itu. Dua Buku latihan UN, buku rangkuman SMA, buku tulis. Masing-masing ketebalannya mampu menampar orang hingga pingsan. Pensil itu diraut kembali untuk kesekian kalinya. Milty tahu, dia agak lemah dengan Matematika, makanya dia perlu belajar lebih giat dibandingkan mata pelajaran yang lain.
Musik yang sedang diputar di kafe sangat pelan, hampir tidak terlalu terdengar. Lagu Unknown – Tuvaband mengalun lewat earphone sepanjang Milty menghitung sebuah soal. Kedua matanya sibuk memandangi rumus dan tangan kanannya sibuk mencoret-coret buku tulis. Milty sangat fokus hingga tidak tersadar bahwa kafe ramai. Entah, mungkin karena jam orang-orang sedang istirahat.
Milty terkejut ketika sebuah tangan menutupi rumus yang sedang dia lihat. Bahkan, dia hampir memarahi, tapi tidak jadi. Lalu, Milty jadi gugup sendiri. Dia membenarkan kaca matanya yang berada diujung hidungnya. Cowok yang sedang duduk didepannya itu tertawa pelan. Aduh, manisnya. Milty kan jadi makin gugup!
"Hai, gue mau duduk disini boleh?"
Milty gugup dipandang oleh Septa. Ya! Cowok itu Septa. Bukannya menjawab, Milty malah minum Iced Tiramisu Lattenya. Lalu, dia menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan-pelan.
"This book is belongs to you."
Milty terdiam sebentar, dan langsung mengambil notebook yang disodorkan oleh Septa.
"Sorry, gue nggak balikkin notebook lo pas Sakura Cup. Gue cari-cari lo, tapi lo nggak kelihatan."
Milty memeriksa satu persatu halaman dinotebooknya, hanya memastikan baik-baik saja. Lalu, dia memerika halaman terakhirnya, foto itu masih tertempel rapi dengan beberapa tulisan disampingnya. Seketika, dia rindu dengan Abangnya, Tezha. Notebook ini adalah pemberian Abangnya saat Milty sedang sedih kala orang tua mereka sedang bertengkar. Begitu, mengapa notebook ini sangat berharga baginya.
"Lo baca isinya kah?" Akhirnya, Milty bicara.
"Nope, I know it's your privacy even though I'm really want to know what you wrote down in that book"
Milty mendesah lega, menyenangkan Septa tidak tahu isinya, karena kebanyakan hanya coretan dan curhatan tidak penting yang ditulisnya saat sekolah. Begitupula dengan foto.
"So, Hai! Gue, Calvin Senna. Lo?"
"Hah?!" ya, Milty teriak, "Lho! Bukannya nama lo Septa?"
"Hah? Hahaha," Cowok itu tertawa kencang, "Lo pasti inget nama baju futsal gue ya? Itu sih, baju futsal temen gue" Lalu, Calvin tertawa lagi.
Milty merasa bodoh dan sangat malu. Pantas saja, dia tidak bisa menemukan Septa alias Calvin di media sosial.