Kedua

55 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sejak notebooknya itu ditangan orang lain, Milty selalu gusar. Sampai kedua sahabatnya bertanya namun tidak dijawab dengan jelas oleh Milty. Dia tidak mau jujur karena Dira dan Gerry memang tidak tahu apapun tentang seseorang yang ada di foto itu.

Hari ini hari jum'at.

Hari ini hari terakhir Sakura Cup.

Itu artinya, hari ini final dari acara tersebut.

Milty bersyukur, karena kemungkinan dia akan menemukan notebooknya hari ini. Dira bercerita kemarin, menceritakan bagaimana Abby, sang striker SMA Garuda berhasil mencetak empat gol di gawang lawan. Bagaimana tampannya seorang Abby, bagaimana tendangan saat mencetak gol, bagaimana Abby dan timnya selebrasi saat setelah gol. Milty terkadang pura-pura tidur saat Dira menceritakan si Abby itu. Dia tidak perduli, sama sekali.

"Di lapangan lo lihat nomor punggung 28 nggak?" tanya Milty tiba-tiba.

"Wah! Itu cowok yang lo suka?!" tebak Dira.

"Nggak, Dir. Lo nih, asal nebak aja. Notebook gue ada dia."

"Hah? Kok bisa? Yang hitam itu? Nggak sih, kayaknya dia nggak main, mungkin."

Milty berdecak lagi, "Iya, kemarin dia pinjem, tapi langsung hilang."

"Hari ini kan final, SMA Garuda lawan sekolah kita. Siapa tau lo ketemu dia."

Semoga.


-


Mungkin, hampir semua siswa-siswi kelas 12 IPS 1 ingin mengutuk Bu Nina sore ini. Bel berbunyi sejak 10 menit yang lalu, tapi beliau masih saja mengoceh tentang Kurva A dan Kurva B.

Maaf bu, saya tidak perduli dengan garis miring atau melengkung di kurva A atau B! saya mau cari notebook saya di cowok itu!, batin Milty.

Saat Bu Nina bilang pelajaran telah usai. Seluruh siswa-siswi merangkul tas masing-masing dan belari menuju stadion indoor. Tidak perduli dengan catatan di papan tulis.

"Emak lo tuh! Beliau paham banget kalo kita mau nonton, makanya dilama-lamain!" omel Dira.

Milty hanya tertawa walaupun dia sebenarnya kesal. Dira selalu bilang Bu Nina adalah ibunya Milty kalau dia sedang kesal dengan guru yang sudah berumur itu. Mereka berlari menuju stadion bersama yang lain. Gerry telah menyiapkan dua bangku untuk sahabatnya itu.

10 menit lagi pertandingan akan berakhir. Saat memasuki stadion, Milty merinding sendiri. Dia sudah lama tidak pernah nonton futsal dengan penonton sebanyak ini. Suporter SMA Garuda di sisi kiri dan suporter SMA 33 Jakarta Utara di sisi kanan. Pertandingan kali ini terasa lebih tegang karena baru tahun ini, SMA Garuda maju ke babak final, tim futsalnya berhasil melawan SMA 1 Jakarta Utara yang biasanya menjadi lawan SMA 33 Jakarta Utara di babak final. Itu berarti, tim futsal SMA Garuda sangatlah kuat.

"Udah berapa, Ger?" teriak Dira karena jika suaranya biasa aja kalah dengan teriakan para suporter.

"Seri! 2-2!"

"Ah Gila!"

Kedua mata Milty menilik satu-satu pemain SMA Garuda. Cowok itu ada disana, sedang menggiring bola itu. Tiba-tiba Milty merasa jantungnya berdegup lebih kencang.

Eh, kok gue deg-degan sendiri? Padahal gue baru sekali ngelihat, nggak kenal juga. Aneh, batin Milty.

Septa.

Itulah nama yang tertera diatas nomor punggungnya. Waktu itu, Milty tidak terlalu jelas melihat namanya saat pertama kali bertemu. Milty senyum sendiri karena nama cowok tersebut sangat unik. Ah, Milty ternyata ada rasa dengan Septa.

"GOL!!!"

Milty tersadar kembali, Wendi, salah satu pemain Sekolahnya mencetak gol. Suporter SMAN 33 Jakarta Utara berdiri serempak dan berteriak histeris, lalu tepuk tangan dengan meriah.

Detik-detik terakhir permainan semakin terasa menegangkan. Perpindahan bola sangat cepat, kadang berada di pemain SMA Garuda, kadang berada di pemain SMAN 33 Jakarta Utara. Untuk pertama kalinya, Milty berdo'a agar sekolahnya kembali menjadi juara.

Bunyi peluit panjang terdengar, itu artinya pertandingan telah usai. Para pemain SMAN 33 Jakarta Utara selebrasi di tengah lapangan, menghadap ke kanan, ke para suporter yang setia mendukung mereka. Lagu kemenangan dinyanyikan. Euforia kemenangan terasa hingga membuat suporter merinding seketika. Beberapa suporter menangis bahagia. Milty, Dira, dan Gerry berpelukan sambil berteriak. Empat tahun berturut-turut tim futsal sekolahnya selalu menjadi juara satu di acaranya sendiri, Sakura Cup.

Akhirnya, Milty dan kedua sahabatnya diikuti para suporter yang lain keluar dari stadion. Merayakan kemenangan sekolahnya dengan caranya masing-masing. Lalu, Milty teringat kembali tentang notebooknya. Dia segera berlari meninggalkan Dira dan Gerry yang kebingungan. Basecamp SMA Garuda terlihat ramai. Mereka terlihat biasa saja, tidak terlalu kecewa karena setidaknya menempati posisi juara kedua. Milty gugup sendiri, matanya mencari Septa. Tapi, nihil. MIlty mendecak, kenapa cowok itu selalu menghilang, sih?

"Cari siapa?"

Milty terkejut karena seseorang menepuk pundaknya pelan, ternyata Abby, cowok yang digila-gilai oleh Dira. Milty harus cerita ke Dira bahwa Abby telah menepuk pundaknya, dia tidak sabar melihat bagaimana reaksi Dira. Milty tersenyum sendiri membayangkan itu.

"Ditanya kok senyum-senyum."

"Eh.. ngg.. itu, nggak, gue nggak cari siapa-siapa."

Lalu, Milty kabur.

Bodoh! Kenapa kabur? Kenapa nggak tanya ke Abby aja?

Ah, sudahlah, Milty sudah tidak punya nyali lagi untuk datang kesana. Mungkin nanti dia minta bantuan Dira. Milty merasa harus mulai mengikhlaskan notebook kesayangannya itu.

Hey You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang