I K A T A N
.
.
.Keadaan kamar itu terasa dingin dan suram.
Beberapa menit yang lalu dokter datang, memberitahukan hasil mereka.
Positif, itu hasilnya.
Padahal satu Minggu ini mereka merasa sehat.
Tapi...
Ah, sudahlah.
"Aku ingin tidur" Renjun buka suara setelah keheningan lama.
Tidak ada yang menyahuti, mungkin karena mereka masih merasa terpukul akan hasil yang tidak sesuai harapan.
Jaemin dan Jeno berpikir untuk mengisi waktu merenung mereka dengan melakukan sesuatu.
Seperti membaca buku atau sekedar bermain ponsel.
Haechan sendiri masih duduk termangu. Ekspresi wajahnya tak terbaca.
Tak lama ia menghela nafas panjang.
Memejamkan mata sembari bergumam dalam hati.
Merapal-kan kata-kata penyemangat untuk dirinya sendiri.
Sekali lagi, Haechan menghela nafas.
Berikutnya ia menjatuhkan tubuhnya sepenuhnya ketempat tidur.
"Kau kecewa?" Jaemin buka suara saat melihat wajah sepupu nya.
Haechan ber-dehem mengiyakan. Tentu ia kecewa.
Pemuda bermarga Lee itu benar-benar muak dengan yang namanya Rumah Sakit.
Bau Obat.
Sunyi.
Tembok putih.
Pakai biru khas pasien.
Infus.
Itu benar-benar membuat Haechan kesal setengah mati.
"Masih ada harapan, beristirahat lah... Jangan menambah beban pikiran, tidur..." Jaemin memberi komando.
Haechan malah mendengus. "Ini juga mau tidur, Nana." Jawabnya.
Dan tidak butuh lama, akhirnya si manis tidur.
Mengetahui bahwa sepupunya telah terlelap, kini giliran Jaemin yang menghela nafas.
Menimbulkan rasa penasaran pada sosok didepan sana.
"Ada apa?" Jeno bertanya mengalihkan sepenuhnya atensinya kepada Jaemin yang berwajah layu.
Jaemin menatap Jeno, kemudian pemuda itu kembali menghela nafas.
"Aku khawatir" jawab Jaemin.
"Haechan memiliki antibodi yang lemah, dia gampang sakit, kena hujan dikit aja bisa demam tinggi, aku tau pikiranku ini terlalu negatif, tapi jika berpikir skenario terburuk, itu bagai mimpi buruk yang tidak pernah aku sukai."
Jeno menaikkan alisnya, "tidakkah kau terlalu overthinking?"
Jaemin mengangguk tidak menyangkal, "aku tau, tapi bagiku Haechan itu sangat berharga, dia sejak kecil sudah ditinggal pergi Ibunya, dan hidup bersama Ayah yang gila kerja, Aku dan Haechan sama-sama anak tunggal, kita sama sama kesepian, dan yah aku sudah menganggap bocah nakal ini, adikku..."
Jeno diam mendengarkan.
"Tidak peduli berapa kalipun aku berusaha berpikir positif, pikiran buruk itu senantiasa mengganggu ku, Jujur saja, Aku tidak sanggup hidup berjauhan dari Haechan."
Air muka Jaemin semakin mendung, Jeno mengerti, tapi ia tidak ingin temannya ini terlalu berpikiran buruk.
"Tenanglah..." Kata Jeno.
"Percaya dan berdoa untuk kesembuhan Haechan juga kita semua. Selama kita tetap mengikuti perintah dokter dan menjaga kesehatan mental kita, aku yakin kita semua akan baik-baik saja."
Jaemin mengangguk lesu, membenarkan dalam hati, dan mengumpati dirinya yang terlalu overthinking.
Bagaimanapun juga, ada pepatah bahwa ucapan adalah Doa.
Maka mulai detik ini Jaemin akan mengucapkan kata-kata baik agar ia, Haechan, Jeno dan Renjun dapat segera sembuh dan segera keluar dari sini.
"Kau benar" sahut Jaemin.
Jeno tersenyum teduh. "Istirahatlah.. jam makan malam masih lama" ucapnya.
Menutup percakapan kedua remaja tampan itu.
.
.
.I K A T A N
Holla, Maaf ya sijeuni Kyu baru up:((
Satu bulan terakhir ini Kyu disibukkan sama Praktek di RS, nggak sempat sama sekali buat ngetik...
Tapi karena tadi tiba-tiba Kyu dapat banyak ide, jadi nya Kyu lanjutkan..
5 Episode lagi, maka cerita ini akan Tamat.
Mau Kyu cepet-cepetin tamatnya, soalnya ada cerita baru lagi yang serupa dengan 127 Days.
Awowkkwwkwkkw...
Padahal cerita lain belum kelar,, astagaa..
Insyaallah, antara jari Jum'at-Minggu, Kyu Up lagi..
See youuuu...
Ingat jaga kesehatan ya 💚
- Kyu
KAMU SEDANG MEMBACA
I K A T A N
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Berawal disatukan di satu kamar bersama, setelah sebelumnya dinyatakan positif Covid 19. Keempat remaja itu memulai dengan perkenalan penuh nostalgia dan tawa Saling berjanji, akan sembuh bersama. Lalu menjalin tali persahabatan diluar s...