Kakak

117 14 1
                                    

Ed menggendong Aaron untuk masuk ke mobil. Dia tampak cemas, aku juga tak tahu harus melakukan apa.

"Ed, panggil pemilik butik Charm ke rumah. Kita perlu baju. Suruh dia bawa baju untuk anak ini juga. Untuk ukuran 7 tahun mungkin."

"Usia ku 9 tahun."

"Diam lah, tubuh mu itu tidak menggambarkan anak usia 9 tahun. Apa si gila itu tidak pernah memberikan kamu makan?"

"A, yah dia memberikan aku makanan sisa nya."

"Jangan pernah sebut dia ayah atau semacam nya! Orang gila sepertinya lebih pantas mati daripada memiliki panggilan ayah."

"Baik. Tapi aku mau dibawa kemana?"

"Kamu akan tau nanti. Aku cuma mengabulkan permintaan orang yang sudah memohon padaku di akhir hidup nya."

Selama perjalanan aku hanya berdiam sambil melihat anak itu. Dia sangat mirip dengan ibu. Apakah warna mata nya pun sama?

Anak itu hanya diam menatap kosong ke depan. Sepertinya habis ini aku harus menelfon dokter.

" Apakah aku sangat jelek? Kenapa kamu memandang ku tajam seperti itu?"

Rupanya dia bisa merasakan tatapan ku.
"Iya, kamu membuatku sangat jengkel. Wajahmu mirip dengan orang itu."

"Siapa?"

"kamu tak perlu tau."
Anak itu menunduk lalu dia sepertinya menggerutu. Dasar, masih kecil sudah berani dengan ku.
"Jangan banyak menggerutu. Kamu memang tak perlu tau."
Dia menengok ke arah ku walaupun dia tidak menatap mata ku.

Sesampai nya di rumah aku lansung menuju ke kamar diikuti Edrich. Dia sudah meminta kepala pelayan untuk membawa anak itu ke kamar nya. Para pelayan pasti sudah menaruh baju baju dilemari anak itu juga.

" Taruh dia di lantai 1"
"Anda khawatir? Perlu saya panggilan dokter untuk anak itu?"

"Bukan nya khawatir, sangat merepotkan harus menuntun nya naik turun anak tangga. Panggil dokter untuk anak itu. Kita perlu visum untuk bukti ke polisi."

"Baik Nona. Anda silahkan istirahat terlebih dahulu. Saat makan malam siap, pelayan akan datang."
"Ya."

Aku membuka lemari baju ku, sudah ada beberapa baju disana. Aku Lansung mandi untuk melepaskan rasa lelah ku.

AARON POV

Entah dimana aku berada sekarang. Orang itu mengaku sebagai Florancia. Kata ibu suatu hari aku akan bertemu dengan kakak ku yang bernama Florancia. Dan didasaat itu juga aku harus membiarkan surat dari ibuku untuk kakak ku dan mematuhi semua perintah nya.

Saat kami sampai ditempat ini ada banyak orang yang menyambut kami. Aku dibawa menuju sebuah ruangan lalu aku di Mandi kan. Mungkin kakak jijik melihat penampilan ku.

Dari yang ku dengar mereka memanggil ku Tuan muda. Dan kakak dipanggil Nona. Mereka memperlakukan ku dengan baik. Sebelum melakukan sesuatu mereka juga memberi tahu ku terlebih dahulu. Tapi bukan berarti mereka meminta izin ku.

"Tuan muda sekarang umur berapa. Panggil saya bibi Nath."
"U-umur saya 9tahun bibi Nath."
"Jangan menggunakan bahasa formal saat bersama saya atau pelayan yang lain. Anda hanya perlu berbicara formal pada Nona Flo saja."
"Bibi, apa aku berpenampilan sangat buruk?"
Bibi Nath tidak menjawab ku, dia sibuk mengeringkan tubuh ku. Dan Memakai kan aku baju. Dan kemudian aku tidak merasakan keberadaan nya lagi.

"Bibi?"
"Iya tuan muda, saya sedang membereskan tempat tidur. Sekarang silakan duduk."
Bibi mengangkat ku untuk duduk diatas kasur. Aku meraba tempat tidur ku, sangat halus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LTNSS || Long Time No See SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang