Happy Reading!!!!!!
🍏🍏🍏🍏🍏🍏
Adimas menatap wajah Jessica yang tertidur lelap setelah adegan tangis menangis tadi, bengkak dan sembab dimatanya masih terlihat walaupun sudah tidak terlalu kentara. Tatapan Adimas beralih menuju perut sang istri yang masih rata, ada kehidupan yang bersemayam di dalam sana, kehidupan yang akan membuat rumah tangga mereka jadi lebih berwarna.
"Saya tidak tahu kenapa kamu bisa sampai berfikiran seperti itu, Sica. Saya mencintai kamu, menyayangi kamu dengan sepenuh hati saya. Tidak ada paksaan dari siapapun termasuk Tyas. Ucapan saya semalam itu justru ingin berterimakasih pada Tyas, karena dengan dia bicara seperti itu saya jadi memikirkan kamu dan melihat kamu bukan sebagai adik dari istri saya. Kamu tidak perlu takut akan cinta saya, sayang." Ucapnya pelan seraya mengelus pelan pipi Jessica.
Adimas berlalu dari kamar, dan menuju dapur untuk memasak. Hanya ada nugget dan beberapa buah-buahan saja di dalam kulkas. Apa boleh buat, daripada sang istri kelaparan setelah bangun nanti, jadi dia masak nugget itu. Setelah selesai dia membawanya ke kamar, terlihat Jessica yang masih tertidur.
"Sica, hey bangun, kamu harus makan." Jessica yang merasa tidurnya terusik pun membuka matanya.
"Bangun. Makan terus minum obat kamu." Ujar Adimas seraya mengulurkan piring berisi makanan pada Jessica. Jessica mengambilnya tanpa banyak protes dan memakannya. Tapi baru beberapa suapan yang masuk, rasa mual langsung menderanya.
"Sudah..." Ujar Jessica pelan.
"Minum dulu obatnya biar mualnya hilang, saya mau kebawah dulu."
Jessica menghela nafas panjang melihat Adimas yang sudah hilang dibalik pintu, mengusap air mata yang sedari dia tahan akhirnya luruh turun juga. Moodnya sedang tidak bagus dari kemaren, masalah dia dengan Adimas juga semakin membuat moodnya hancur walaupun Adimas sudah menjelaskan semuanya, ditambah sikap Adimas yang kembali dingin kepadanya, dia tau itu karena sikapnya yang labil dan tidak mencoba bertanya dulu atau setidaknya mendengarkan penjelasan Adimas.
"Maafkan Mama ya, sayang, gara² Mama yang tidak tau kehadiran mu kamu hampir celaka. Mama tau Mama salah sama Papa kamu, jadi kamu bantu Mama buat minta maaf sama Papa ya, kita temuin Papa kebawah."
Begitu sampai bawah, Jessica melihat Adimas yang tertidur di sofa ruang tamu. Dia berjalan perlahan mendekat, dan melihat Adimas yang tertidur dengan tangan menutupi matanya.
"Maafin aku, Mas... Kamu pasti kecapean ya dengan tingkah aku, tapi wajarkan aku marah semalam, aku cemburu lihat kamu menatap foto Mbak Tyas dengan penuh cinta, yahh aku tau tidak seharusnya aku cemburu karena bagaimanapun Mbak Tyas itu pernah jadi bagian paling penting dalam hidup kamu, sekaligus Mamanya Bagas. Kamu tau aku sayang dan cinta banget sama kamu, aku ingin egois kalau kamu hanya untuk aku, aku ingin jadi perempuan satu-satunya yang ada dalam hati dan pikiran kamu." Karena tidak ingin mengganggu Adimas, Jessica berdiri dan berjalan menuju kamar.
🍏🍏🍏🍏🍏
Malam harinya terlihat Jessica yang berada di dapur tengah sibuk memasak untuk makan malam, setelah seharian tadi berada di kamar dia merasa suntuk dan akhirnya keluar dan memilih masak.
"Saya mau keluar sebentar, jangan lupa makan dan minum vitamin yang ada di meja." Suara Adimas membuat Jessica membalikkan badannya untuk melihat Adimas.
"Mau kemana?
"Ke depan, sebentar saja tidak ada satu jam saya sudah pulang, saya pergi dulu." Ujarnya berlalu keluar setelah mencium dahi Jessica.
Helaan nafas keluar dari mulut Jessica setelah Adimas berlalu dari hadapannya, sikap yang Adimas tunjukkan sangat terang-terangan bahwa dia masih marah padanya, kata maaf yang dia ucapkan juga tidak bisa membuat Adimas merubah sikapnya untuk kembali manis dan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aunty I Love You
Non-FictionDia adalah suami dari Alm kakak ku. Walaupun kak Dewi sudah meninggal, dia masih sering main ke rumah untuk membawa Bagas bertemu dengan Ibu dan Ayah. Kesanku terhadap Kakak ipar ku itu dia adalah orang yang sopan, tidak banyak bicara, penyayang...