Abandoneds

318 43 4
                                    

Hetalia © Hidekazu Himaruya; no profit is gained in the making.

.

abandoned shrine: Saitama – michaeljohngrist dot com

Hong Kong, kau tidak habis pikir, bukan? Taiwan, sahabat terbaikmu, berdiri di samping jendela kuil yang terabaikan itu, betah, tanpa mau beranjak walau selangkah. Walau ada lubang besar di dekat kakinya dan dedaunan berantakan di sekitarnya lalu seluruh sekelilingnya bukanlah sebuah keindahan yang biasa didamba wanita, dia tetap bertahan di sana.

Matanya terpekur pada dunia luar yang terlihat lewat jendela. Pandangannya ia puaskan dari kegiatan itu, rupanya.

"Kautahu, apakah ada hal yang lebih mengacaukan daripada kekacauan yang kaubuat karena kau terlalu sibuk jatuh cinta?"

Taiwan menoleh. Kau menggeleng heran.

"Ponselmu jatuh ke lubang itu."

"Aaah?!! Astaga!!"

Kau berdecak. Kau berharap Japan yang diperhatikan Taiwan lewat jendela itu menyadari teriakan barusan. Supaya dia bisa membantu. Dan supaya Taiwan berbalas cintanya. Ayo, sudah berapa sering Taiwan diam-diam memperhatikan begitu? Kasihan ia jika tak mendapat timbal balik. Dunia sudah kacau oleh cinta-cinta yang tak terbalas dan apakah sekarang semua akan tambah kacau karena ada tambahan lagi satu makhluk yang cintanya malang?

"... Ada apa?"

Japan datang membawa kamera. Oh, dia mengabaikan objek favoritnya di luar sana demi Taiwan. Kau tersenyum tipis. Harapanmu menjadi bagian dari semesta nyata.

.

.

.

abandoned house covered in leaves: Wales – (at)itsabandoned on instagram

Kau diam mengamati sahabatmu yang sedang duduk tenang di atas rumput dengan kepala mengarah ke samping. Ke seseorang yang tengah mengobservasi sebuah rumah tua dari batu yang ditumbuhi pohon di dalamnya hingga tembus ke atap. Sahabat, memang, ya, mungkin kaubisa menganggapnya begitu, Wales, karena dia dan kau pernah satu rumah dengannya atas kehendak saudaramu. Dia koloni saudaramu, memang, untuk waktu yang cukup panjang.

“Seychelles,” panggilmu.

“Ya?” ia menoleh sambil tersenyum. Sisa kagum dan cintanya pada orang di sana sedikit dia bagi padamu.

“Setelah mengamati dan mengaguminya sekian tahun, apa yang pernah lebih kacau dan mengacaukan dibanding gemuruh kepala dan hatimu waktu mengamati atau dihubungi oleh England?”

Kemudian dia mengamati titik sebelumnya lagi, “Mmm, entahlah. Aku tidak pernah memikirkannya,” kau dipandanginya lagi, “hehehe.”

Dasar pecinta, kau menghardik dalam hati. Pecinta memang selalu kacau.

Dia lalu mengangkat kamera yang dia sembunyikan di dalam kantong dress birunya. Dan memotret England yang sedang memotret rumah tua di tengah padang rumput itu.

Kau cuma berdecak. Dia kagum pada England dan kau kagum padanya karena berhasil menjaga perasaannya selama sekian tahun. Tetapi kemudian ketika kau melihat England menoleh ke arah Seychelles meski tidak ada komando dan bahkan tadi kamera Seychelles tidak berbunyi, kau kagum juga pada kenyataan.

Saudaramu memandanginya dan kau kagum, betapa indahnya balasan kekacauan yang sering terjadi di dalam tubuh sahabatmu itu.

abandonedsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang