"Kelabu masih menggebu, menenggelamkan tawa bahagia yang ingin kita rajut bersama. Teruntuk dirimu ... mungkin Tuhan menciptakan kita hanya untuk bertemu tanpa berniat untuk membuat kita bersatu."
___________________
Gerimis mulai turun dan beberapa merpati berterbangan, mengepakkan sayap-sayapnya, dan menjauh dari kelabu yang memburu. Jutaan percikan membentur tanah dan membuat irama terdengar padu, bersamaan dengan alunan biola berjudul Dido’s Lament karya Henry Purcell yang kini dimainkan oleh seorang pemuda manis di ruang kamarnya. Musik itu disebut-sebut sebagai alunan paling menyedihkan, tentang kasih tak sampai. Alunan yang menyayat hati itu pernah ditampilkan bersama sebuah opera Dido and Aeneas yang mengoyak hati para pendengarnya, sama seperti apa yang pemuda itu rasakan saat ini.
Suara teriakan menggema di sebuah apartemen sederhana bagian Nyhavn. Teriakan histeris itu berlangsung cukup lama hingga alunan biola yang luar biasa itu terhenti seketika. Itu merupakan teriakan dari seorang wanita berambut hitam pendek yang kini meronta di dalam kamar. Wanita itu menangis, menjerit, tertawa, dan melempar segala macam benda ke arah seorang pemuda bermata indah dan bertubuh tinggi.
“Pergi!” teriaknya. Wanita itu memberontak saat sang putra mencoba memeluk dan menenangkannya.
“Ma … tenang, Ma!”
Wanita itu menggelengkan kepala, amarahnya semakin menjadi, matanya menatap liar ke sana kemari, ia mengerahkan tenaganya hingga berhasil lepas dari dekapan sang putra. Wanita itu berhasil kabur, pemuda manis di belakang terus mengejarnya hingga ke luar kamar.
Wanita dengan perawakan kurus itu membuka pintu keluar dan menuju anak tangga. Ia terus berlari dan tak peduli dengan panggilan sang putra yang kini terus mengejarnya. Beberapa anak tangga ia tapaki hingga sampai di atap apartemen sederhana yang menghadap jalanan yang terselimuti hujan. Angin kencang segera menyambut bersamaan gerimis yang menderas saat keduanya sampai di atas balkon, menggigil kedinginan dan membeku untuk beberapa saat.
“Ma, kemarilah. Menjauh dari sana, oke?” Sang putra yang mencoba mengatur napasnya tampak terkejut dengan sang bunda yang berdiri di dekat tembok pembatas.
“Pergi! Aku butuh Yizhou, aku tidak membutuhkanmu, anak haram! Aku membencimu!” teriak wanita itu dengan air mata yang berderai.
Si pemuda menggelengkan kepalanya, ia mulai melangkahkan kedua kaki sambil mengulurkan tangannya. “Iya, aku tahu. Mama ingin bertemu Papa, ‘kan? Ayo, kita kembali ke kamar, dia ada di sana.”
Seolah tahu jika sang putra hanya membujuk dan membohonginya, wanita itu tertawa keras di tengah isak tangis yang kini melawan suara sang hujan. “Dia tidak akan kembali, tentu saja dia muak denganmu. Harusnya, aku menggugurkanmu saja saat itu. Kenapa kau harus lahir ke dunia? Yizhou pergi karena membencimu, apa kau tahu itu? Kenapa kau tidak mati saja, Xiao Zhan?!”
Xiao Zhan, pemuda dengan wajah manis dan tampan itu menundukkan kepalanya. Ini bukan pertama kalinya sang ibu menginginkan dirinya untuk mati. Sejak ia kecil, ia sering mendengar ucapan itu, ucapan yang membuatnya paham bahwa ia tak diinginkan di dunia ini, bahkan ibunya sekalipun.
“Ma ... sudah, ya. Di sini dingin, ayo kita kembali ke kamar ….”
Jika sebelum-sebelumnya wanita itu akan luluh dan menuruti apa yang Xiao Zhan katakan, tetapi tidak dengan pagi ini. Wanita kurus itu menggelengkan kepala, ia kembali menjerit dan menangis. Tak lama kemudian, tubuhnya bergerak maju, menarik lengan Xiao Zhan, dan beringsuk ke pembatas balkon.
“Matilah bersamaku!” teriaknya sebelum tubuh keduanya terjungkal dan terjun dari balkon dan mendarat di aspal dengan keras.
"Teruntuk dirimu, jika kelak aku pergi lebih dulu, tolong ijinkan diri ini berada dalam dekapanmu. Jika aku tak bisa bertahan lebih lama, ijinkan aku mendapatkan tawa dan bahagia terakhir bersamamu."
*** Euterpe from Copenhagen ***
By Veronattha

KAMU SEDANG MEMBACA
Euterpe From Copenhagen [✓]
Romance[[ 🏅Masuk Ambassador's Pick Edisi Februari 2022 oleh Wattpad Ambassador Indonesia @AmbassadorID ]] [[ 🏅 Masuk Reading list Wattpad Fanfiction Indonesia @WattpadFanficID bulan Maret 2021 sebagai Fanfiksi Unik, Beda Dari Yang Lainnya ]] Blurb: "Geng...