Prolog

70 14 0
                                    

"Kamu apansih! Aku engga ada hubungan apa-apa sama Ardhan. Dia hanya nanyain Alika temen sekolah aku doang ke aku Dhaf!"

       "Ya tapi aku ga suka kamu deket-deket Ardhan! Kalau dia suka Alika kenapa dia engga langsung deketin Alikanya aja! Kenapa harus kamu?! Dan kenapa lagi kamu ikut campur dan bantuin Ardhan buat deketin Alika? Kamu suka dideketin Ardhan? Iya?" cowo itu menaikan suaranya kepada gadis yang sedang duduk dibangku taman kota.

"Enggak.. enggak aku engga ada niatan seperti itu Dhaf. Aku hanya niatan buat bantuin Ardhan aja" 

 "Udahlah Rei aku capek! Capek bilangin kamu yang terlalu polos sama orang. Nolongin orang si boleh tapi lihat siapa yang kamu beri pertolongan itu! Kalau orang buta, ga bisa jalan si oke kamu tolongin. Tapi ini, masih bisa jalan, liat, berpikir juga!!!"

"Maaf Dhaf aku minta maaf"

"Kamu selalu minta maaf tapi kamu mengulanginya lagi Rei!! Harusnya kamu bisa belajar dari yang udah-udah!"

        Reina, Gadis itu hanya diam menahan sesak yang menjalar di dadanya, menahan cairan bening yang ingin jatuh dari iris matanya. Sore ini memang Reina janjian untuk ketemu dengan pacarnya selepas pulang sekolah di taman kota. Tujuan Reina ketemu tidak lain untuk melepas rindu, Itu tujuannya tapi kenyataanya selalu ribut saat ketemu seperti ini. Reina dan Dhafin memang jarang ada waktu untuk ketemu,  karena mereka beda sekolah dan rumah mereka juga cukup jauh. Dhafin dan Reina awalnya satu sekolah, tetapi kenaikan kelas 2 SMA, orang tua Dahfin pindah rumah. 

        Dhafin Athamjaya, pacarnya itu bisa dibilang sangat posesif. Selalu mencari tahu kegiatannya di sekolah, entah dari mana Dhafin dapat semua informasi yang ia dapat. Seperti sekarang, Dhafin tau beberapa hari ini saat Reina di sekolah, Reina di dekati oleh anak cowo kelas 11 IPS menanyai teman kelasnya yang sedang ditaksirnya dan Dhafin tidak suka itu, apa pun alasannya Dhafin tidak suka Reina dekat dengan cowo lain.

"Iya Dhafin aku minta maaf"ucapnya lirih.

         Reina hanya menduduk, menyembunyikan raut wajahnya yang tampak takut dan menahan air mata. Ia tidak ingin melihat muka Dhafin yang sedang marah bisa-bisa air matanya jatuh, Reina tidak mau jadi tontonan di muka umum.

"Kita putus Rei!!!"

        Reina yang mendengar perkataan Dhafin membuatnnya menoleh ke arah wajah Dhafin, mencari celah diraut wajah Dhafin kalau Dhafin berbohong dan berharap perkataan Dhafin hanya bercanda. Tidak mungkin Dhafin memutuskan begitu saja hubungan 1 tahun ini hanya karena masalah yang menurut Reina masih diselesaikan baik-baik, dan mereka pun sudah membuat komitmen untuk tidak mengakhiri hubungannya meski ada masalah besar.

"Engga Dhafin, kamu gak boleh ngomong putus! Aku janji engga kaya gini lagi, aku janji enggak bakalan ada yang deketin aku lagi tapi aku mohon kita jangan putus, kita masih bisa selesaiin masalah baik-baik"

          Reina mendekati Dhafin memegang lengan Dhafin dan menggoyangkannya, merajuk seperti anak kecil dan menangis. Pertahanan Reina runtuh, cairan bening yang ia tahan sejak dari tadi akhinya jatuh ke pipinya.

"Enggak Reina maaf aku udah capek" ucap Dhafin sambil melepaskan genggaman Reina secara perlahan. Reina menangis tersedu mendengar ucapan Dhafin kepadannya.

"Kamu yakin mau menyudahi hubungan kita yang sudah sejauh ini?!" dengan isakan Reina memberanikan diri untuk memastikannya, tapi yang Reina dapat tidak ada jawaban dari Dhafin, itu menandakan kalau Dhafin beneran ingin putus darinya?

"Sekarang aku tanya untuk terakhir kalinya kamu serius ingin menyudahi hubungan ini?" tanya Reina untuk terakhirnya

        Dhafin masih terdiam tidak mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya, hatinya mengatakan tidak ingin putus tapi mulutnya berkata lain dengan hatinya.

        Reina menyeka air matanya "Kalau kamu diam berarti kamu memang mau menyudahi hubungan ini dan itu akan aku turuti, baiklah dengar baik-baik ya Dhaf, sekarang kita sudahi aja hubungan ini, kita putus!! Tidak ada lagi hubungan diantara kita sampai kapanpun!!!" ucapnya dengan tegas dan meninggalkan Dhafin

"Aku antar! Kamu gabisa pergi sendiri dengan keadaan begini Rei!" Dhafin mencengkram lengan Reina menahannya untuk tidak pergi

"Lepas Dhaf! Gue bisa sendiri dan yang harus lo inget, lo bukan siapa-siapa gue lagi! Jadi, gausah sok peduli!" Reina menatap mata Dhafin dengan penuh amarah.

        Perkataan dan tatapan Reina membuat Dhafin melepaskan cengkramannya dan melepaskan gadis itu pergi meski ia sendiri khawatir Reina pergi sendiri dengan keadaan sekarang. Melihat Reina sudah hilang dari penghilatannya ada rasa sesak melepas Reina, tapi nasi sudah menjadi bubur. Ia menyudahi semuanya dan Reina pun menyetujuinya, Dhafin menyesal akibat tidak mengontrol emosinya. Jika Reina sudah memutuskan sesuatu dia tidak akan mau menariknya kembali, selesai sudah hubungannya dengan Reina.

"Sekali lagi maafin gue Rei dan makasih selama ini" 


*********

Terimakasih telah membaca bagian awal ini, semoga kalian suka^^

Jangan lupa vote dan koment ya teman! Dan tag teman kalian untuk membaca ceritaku , hehehe 

See you di hari Jum'at, pukul 21.00 WIB ^^

Awal PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang