彡03

150 22 24
                                    

"Aku pulang!.."
"...Ah? Dimana semua orang?"
Seorang pria yg usai dari berbelanja, menaruh tentengannya ke atas meja.
Melempar dirinya ke atas sofa untuk beristirahat sebentar.

Amane masih tak melihat tanda-tanda kehidupan di rumah ini, memang ia sedikit berpikir negatif bahwa rumahnya terjadi perampokan, namun ia membuang jauh-jauh pikiran jelek itu karna tak melihat kerusakan di rumahnya.

Tak mau ambil pusing, ia beranjak dari sofa dan berniat memotong apel yg sudah ia beli di pasar.

Bola matanya mencari-cari menelusuri setiap sudut ruang dapur itu, tak juga mendapat pisau dapur yg akan digunakannya untuk memotong satu buah apel.

"Ck, dimana, sih?"

"AMANE!"

"Tsukasa!? Ada apa!?"
Mendengar teriakan Tsukasa, Amane langsung berlari menghampiri ke sumber suara, di gudang.

"Tsu- Nene-chan! Apa yg kau lakukan dengan pisau itu!?"

"JANGAN DEKATI AKU! JANGAN!" Tangannya yg memegang pisau dapur menodong ke arah kedua kembar itu mengode jangan mendekati lebih dari ini.

"Nene-chan! Kau mau apa? Kau gila!?"

"Gila? AMANE, AKU TIDAK GILA! TIDAK!!!!"

Tsukasa dan Amane terdiam, mereka melirik satu sama lain kebingungan. Namun, Amane lebih kebingungan apa yg baru saja terjadi ini. Keningnya berkernyit dan melotot pada Tsukasa meminta penjelasan.

"Aku tak tau! Aku hanya bertanya kemana dirimu padanya, Amane! Tapi, dia langsung terjatuh seraya berteriak histeris".

"Aku mendekatinya untuk menolongnya, namun dia menghindariku dan mengambil pisau dapur. Dia berlari kesini saat aku mengejarnya, Amane!"

"Apa maksudmu!!! *hiks, kau mencoba memukul ku! Dan berkata aku tak pantas di dunia ini! Kau selalu menyiksaku sejak pertama kali, Tsukasa-kun!"

Amane semakin dibuat bingung oleh mereka, apa sebenarnya yg terjadi? Apa maksud dari semua ini? Siapa yg harus ia percayai sekarang?.

Tsukasa mengernyitkan dahi, "Apa maksudmu?? Ak-"

"Cukup!" senjata tajam itu langsung menancap tepat di jantung sang gadis, Nene. Cairan merah kental mulai bercucuran keluar banyak sekali, seakan sedang lomba lari.

"Nene-chan!" Amane langsung berlari memeluk gadis itu dengan wajah yg dibahasi oleh air mata. Sedangkan, Tsukasa hanya mematung melihat kejadian itu dengan jarak jauh.

"Ma..af.. Amane-kun... Aku memang tak pantas *uhuk, di.. Sini...."

"Tidak! Nene-chan! Aku sangat menyukaimu dari awal kita bertemu!" dengan terisak Amane berkata demikian. Nene hanya tersenyum mendengar hal itu sebelum akhirnya ajal benar-benar menjemput gadisnya, Nene.

"NENE-CHAN! NE..NE..." tangisnya pria tersebut makin histeris ketika gadis yg sedang ia peluk ini menutup matanya. Ia berkali-kali memanggilnya berharap sang gadis membuka mata untuknya. Namun hasilnya nihil, Nene masih saja terbaring lemah.

'🌿'


Satu tahun berlalu,
Sejak saat itu Amane menjadi pendiam, ia hanya berbicara seperlunya saja. Bahkan ia bisa saja sehari tidak membuka suara sekalipun, Tsukasa pun sejak itu pula membujuk dan mendekati amane agar tetap ceria seperti sedia kala.

Tsukasa menatap sendu Amane yg memeluk bingkai foto yg berisikan dirinya dengan si gadis, Nene.

Ia merasa bersalah karna tak bisa menghindari kejadian itu.

Bukan hanya saudaranya yg merasa bersalah, Amane sendiri juga merasa bersalah karna tak sadar dan langsung membawa Nene ke psikolog agar tidak terlalu parah.

Nene didiagnosa menderita penyakit skizofrenia.

Sejak org tua nya tak akur dan akhirnya ia menjadi korban. Nene akhirnya ditinggal kan di panti asuhan begitu saja oleh orang tuanya. Namun, nyatanya setelah ibu panti mengurusnya di panti, selama itu pula panti asuhan nya selalu terkena masalah. Seperti kurangnya anggaran, teman-teman nya juga sering patah tulang karna ulah Nene. Karna hal itu pula ibu panti merasa bahwa ia tak sanggup lagi mengurusnya di panti.

Hari dimana Amane membawanya pulang, peristiwa mengenaskan terjadi di rumah si kembar Yugi.

End.

-ˋˏ ⎙ 𝐐𝐔𝐄́𝐑𝐄𝐍𝐂𝐈𝐀;  amane x neneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang