02 Tragedi

50 5 1
                                    

02 Tragedi

Setelah jauh dari Istana. Mereka a.k.a Tuan Muda Im Changkyun dan Panglima sedang menikmati jalan - jalannya. Tetapi sebenarnya hanya Tuan Muda Im Changkyun yang menikmati jalan - jalannya. Karena yang sedang Panglima rasakan saat ini adalah rasa was - was yang melingkupinya.

Sebenarnya, Panglima juga enggan mendampingi Tuan Muda Im keluar dari Istana. Namun karena ini adalah titah Raja dan Ratu yang tidak bisa diganggu gugat, maka dari itu Panglima harus menurutinya.

Jika tidak nantinya Raja akan bertitah seperti yang dikatakan oleh Lee Min Ho dalam drama yang Lee Min Ho perankan di The King_ Eternal Monarch " kau akan dipenggal  " pikir Panglima. Maka dari itu Panglima menurutinya walau dengan berat hati.

Panglima yang melihat Tuan Muda Im sedang asyik melihat sekitar daerah itu dengan tersenyum lebar merasa tentram. Tidak pernah Panglima melihat Tuan Muda mereka seperti sekarang ini. Tuan Muda yang mereka kenal adalah orang yang pendiam, tidak pernah membuka suara jika itu tidak penting dan lagi senyumannya itu sangat bisa dihitung.

Setelah beberapa menit berjalan - jalan, Panglima terkejut didepan sana sekitar kurang dari 1km terdapat perbatasan wilayah kekuasaan antara kerajaan Monseuta dan Illyayang (illyayang i nya aku pake huruf i ( I ) besar).

Kerajaan Illyayang terkenal kejam dan tidak mempunyai hati. Ini membuat Panglima gusar dan segera mengingatkan Tuan Muda agar kembali. Dimana juga perbatasan itu tidak ada dari kerajaan Monseuta yang berjaga.

"Tuan Muda kita harus kembali. Ini sudah terlalu jauh" Ujar Panglima mengingatkan.

"Iya - iya tunggu sebentar. Aku masih ingin disini" jawab Tuan Muda Im yang sekarang memantapkan atensinya pada bunga yang ada didepannya saat ini. Bunga yang sangat persis disamping bukit.

"Tuan Muda" seru Panglima yang sekarang merasa sangat cemas.

"Jooheon! Tidak bisakah menunggu sebentar. Aku masih ingin disini. Lagi pula ada kamu disini. Mengapa harus terburu - buru sih" teriak Tuan Muda Im kepada Panglima yang membuat Panglima terkejut mendengar itu.

Bukan, bukan terkejut karena Tuan Muda berteriak pada Panglima. Namun karena Tuan Muda memanggil nama asli Panglima yang membuat Panglima terkejut. Dimana semua anggota kerajaan dan semua Prajurit mengetahui namanya sebagai Jihwani.

"Bagaimana Tuan Muda mengetahui nama asli hamba?" Tanya Panglima yang masih terkejut sembari menatap Tuan Mudanya itu.

"Pimil" ucap Tuan Muda dengan tersenyum lebar. Dan kembali memainkan bunga itu. Seakan - akan Tuan Muda tidak pernah menemukan  bunga.

"Tuan muda sebaiknya kali ini kita benar benar harus kembali. Langit sudah mendung Tuan Muda" ujar Panglima yang sadar jika namanya tidak penting saat ini. Tapi Tuan Muda Im lah yang penting saat ini.

"Baiklah - baiklah. Tapi kau duluan, aku menyusul" jawab Tuan Muda sembari mendorong tubuh besar Panglima. Namun mereka berdua tidak mengetahui jika tanah yang Tuan Muda Im pijaki bergerak tidak mampu menahan beban tubuh Tuan Muda, yang mengakibatkan tanahnya longsor dan tubuh Tuan Muda terjatuh menuruni bukit itu.

"Aaahhh Jooheon" teriak Tuan Muda.

"Tuan Muda" sahut teriak Panglima.
Panglima yang melihat tubuh Tuan Muda akan jatuh tadi sebenarnya ingin menangkapnya namun tanah yang di pijaknya juga luruh kebawah. Membuat tubuh mereka terjun bersamaan. Sebelum sampai dasar, Panglima berhasil menangkap tubuh Tuan Muda yang untungnya tidak terlalu jauh terguling darinya.

Tuan Muda yang merasa ada yang memegang tubuhnya membuka matanya yang semula tetutup. Dan kemudian mengalungkan tangannya pada leher Panglima.

Tubuh mereka berdua terguling - guling menuruni bukit itu. Untungnya bukit itu tidak lah tinggi. Tubuh mereka berdua berganti - ganti posisi ketika terguling. Sometime Tuan Muda yang diatas, sometime juga Panglima yang diatas. Ya layaknya orang terguling.

Karena Panglima takut kepala Tuan Muda terjadi apa - apa, akhirnya Panglima melindungi kepala Tuan Muda dengan satu tangannya supaya tidak terkena benturan saat terguling.
Mereka sampai dasar bukit dengan tubuh Tuan Muda diatas tubuh Panglima.

"Tuan Muda?" Panggil Panglima pada Tuan Muda yang dirasanya terdiam sedari tadi, tidak mengeluarkan suara apapun.

Panglima berinisiatif mengangkat tubuh Tuan Muda untuk melihat wajah Tuan Mudanya itu, namun belum sempat Panglima melihat wajah Tuan Muda, Tuan muda langsung memalingkan wajahnya kesamping.

"Tuan Muda tidak apa - apa kan?" Tanya Panglima.

"Aku tidak apa - apa. Hanya tangan dan kakiku yang luka" jawab Tuan Muda Im masih dengan memalingkan kepalanya dan sekarang menutupi wajahnya menggunakan bajunya.

"Kalau begitu, mengapa Tuan Muda memalingkan wajah? Apakah benar hanya tangan dan kaki Tuan Muda yang luka?" Tanya Panglima dengan mengecek tangan dan kaki Tuan Muda Im.

Tuan Muda menjawab dengan anggukan kepala, dan masih memalingkan wajahnya.

"Sebaiknya kita kembali ke Istana" ujar Panglima pada Tuan Muda. Yang membuat Tuan Muda terkejut dan melihat Panglima yang didepannya itu.

"Jika kita pulang sekarang dengan tubuh terdapat luka apa kau yakin masih bisa melihat dunia luar Joo?" Tukas Tuan Muda Im.

"Tapi. Tuan Muda butuh diobati" ujar Panglima menimpali.

"Aku tidak mau kembali ke istana. Carilah rumah didekat sini dan minta mereka membuatkan obat untukku" sentak Tuan Muda yang kemudian memalingkan wajahnya kembali.

"Baiklah. Hamba akan mencari rumah penduduk disekitar sini" jawab Panglima mengalah dan berdiri dari duduknya. Sebelum Panglima melangkah, Panglima menolehkan wajahnya untuk melihat Tuan Muda kembali.

"Tidak apa - apakah hamba meninggalkan Tuan Muda disini?" Ujar Panglima.

"Ikut" tukas Tuan Muda cepat.

"Baiklah. Bisakah Tuan Muda naik kepunggung Hamba sendiri?" Tanya Panglima pada Tuan Muda Im.

"Sepertinya bisa. Tahan Joo" ucap Tuan Muda yang semula duduk menjadi berdiri dengan memegang tangan Panglima karena kakinya yang terluka membuatnya susah untuk berdiri sendiri.

Tuan Muda dengan perlahan menaiki tubuh Panglima dan menyandarkan badannya pada punggung Panglima. Seperti ini lagi membuat wajah Tuan Muda memerah. Sebelumnya juga setelah mereka sampai dasar bukit bukankah Tuan Muda memalingkan wajahnya? Ya karena Tuan Muda malu terhadap Panglima. Apalagi sebelumnya mereka terguling - guling bersama membuat Hati Tuan Muda serasa ikut terjatuh.

"Sudahkah Tuan Muda?" Tanya Panglima menyadarkan Tuan Muda Im Changkyun dari pikirannya.

"Emm" gumam Tuan Muda dengan kemudian memeluk kembali leher Panglima yang kemudian membuatnya lagi - lagi memerah.

End




Salam Horangi pabo♡♡♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Kingdom Of Monsta XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang