♪See you again-charlie puth♪
Setiap pertemuan ada perpisahan, di setiap perpisahan pastilah ada yang di pertemuankan
-
-
-
-
-
-
-
-Tidak terasa,tujuh tahun sudah Arina menjadi bagian dari keluarga Lexander.Arina perlahan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dikarenakan kasih sayang dari keluarga barunya.Namun,tentu saja pribadi yang lama tidak bisa Arina lupakan atau bahkan tinggalkan.Sifat itu,kepribadian itu,dendam itu,sudah mendarah daging di dalam tubuh Arina.
Arina POV
Di dalam kamar dengan lampu yang begitu redupnya,aku hanya duduk sembari menatap jendela yang berembun.Perlahan jendela tersebut ku buka dan langsung saja, angin malam yang dingin berhembus menerpa wajahku.Rasanya seperti kembali ke masa lalu dimana semua masih utuh.
Ayah,ibu,Arina kangen,apa kalian juga begitu.
Bagaimana kalau kita bermain lagi,hmm?.
Oh ayolah Arina,bukankah kamu sudah lama tidak bermain.
Hmm,aku terlihat seperti orang gila dengan berbicara pada diri sendiri.
Tidak begitu buruk,baiklah ayo kita mencoba hal baru.
Author POV
Dengan gila'nya,Arina kemudian mengambil jaket dan juga sebuah pisau ukir yang begitu kecil.Wajah cantik Arina terlihat menyeramkan diterpa cahaya redup dari lampu kamarnya.Entah hal gila apa yang terlintas dipikiran Arina sampai-sampai ia berani melakukan hal itu lagi.Dulu memang terasa mudah,tapi tidak untuk sekarang karena Arina sudah tinggal di daerah perkotaan.Tentu saja,ada kejahatan sedikit pun akan mudah dilacak polisi atau detektif.Namun,otak Arina mungkin bekerja lebih baik daripada mereka.
Arina seperti mempunyai daya tarik tersendiri bagi para lelaki.Siapapun yang memandang Arina akan dipastikan terjebak dalam pesonanya.Mata coklat terang bak emas berkilau,hidung mancung,serta di tambah dengan kulit putih bersih miliknya yang semakin memikat hati.
Arina berjalan di trotoar dengan gaya seperti orang kebingungan.ia melihat ada seorang pemuda yang duduk di kursi taman sambil memainkan ponsel.Arina yang sudah menyusun rencana matang-matang pun segera mendekati pemuda tersebut dan berpura pura menanyakan alamat.
"H-hai"sapa Arina berlagak gugup
Si pemuda spontan menengokkan kepala nya ke arah Arina."Ada yang bisa saya bantu?"tanya pemuda itu sambil tersenyum ramah.Sesungguhnya Arina merasa jijik dengan senyuman itu,tapi ya mau bagaimana lagi.
"Apa kamu tau alamat ini?"tanya Arina sembari menunjukkan handphone nya yang bertuliskan secarik alamat.
"Oh,ini kan gudang penyimpanan kardus itu"jawab pemuda itu sambil manggut-manggut."Saya tau kok,mau saya antar?"imbuh pemuda itu menatap lekat mata Arina.
"Wah kamu baik banget"balas Arina pura-pura memuji.
"Hehe makasih,yuk aku antar"ajak pemuda itu yang sebenarnya punya niat lain.Arina pun hanya tersenyum dan berjalan mengikuti pemuda itu dari belakang.
Mereka berdua pun berjalan menuju gudang penyimpanan yang terletak diantara dua gang yang lumayan sepi.Sebenarnya Arina sendiri sudah tau jalannya,mungkin inilah yang disebut manipulasi.Untuk basa-basi,Arina sengaja berkenalan dengan pemuda itu dan ngobrol sedikit tentang hal-hal yang dapat membuat mereka akrab.
"Nah,ini tempatnya,btw kamu ngapain kesini?"tanya pemuda yang ternyata bernama Gerald itu dengan penuh curiga.
"Mau main,Daarin"jawab Arina kemudian segera menyemprotkan sesuatu ke wajah Gerald hingga akhirnya dia pingsan.Arina menyeret tubuh Gerald ke dalam gudang.Tak perlu menunggu lama,Arina pun langsung mulai menyayat tubuh itu dengan penuh sensasi.Dengan lihainya,Arina membuat ukiran-ukiran unik nan indah di kulit Gerald.Kemudian Arina menyobek perut pemuda itu dan mengeluarkan semua isinya.Ia mencongkel mata nya dan menginjak nginjak kepala Gerald sampai-sampai terdengar bunyi krek.kemungkinan besar tengkorak Gerald hancur diinjak-injak Arina.
"Ups,maaf" ucap Arina tersenyum sangat manis.Ia pun bergegas keluar dari gudang itu.Tak lupa ia melepas sarung tangan yang ia kenakan dari tadi dan langsung membuangnya sembarang arah.Arina dengan santainya berjalan pulang seakan-akan pembunuhan itu tidak pernah terjadi.Di tengah gelapnya malam,diantara remang-remang lampu jalan,diatas trotoar yang becek penuh air,Arina tersenyum tulus,kali ini benar-benar tulus setelah sekian lama senyuman itu tidak hadir.
Dari kejauhan,tampak siluet seseorang sedang berdiri mematung.Arina perlahan mendekati orang itu,ternyata dia adalah seorang lelaki yang menggunakan sweater hitam dan juga topi.Jika diamati ternyata laki-laki itu dibagian tangannya memegang cutter yang bersimbah darah dan di hadapan laki-laki itu ada tubuh perempuan dengan perut disobek dan usus menggantung di luar.Arina langsung menghampiri laki laki itu.
"Hai,apa yang kau lakukan?"tanya Arina ramah.Namun kali ini ia tidak bersandiwara ataupun sekedar basa-basi.Laki laki itu menoleh sedikit terkejut tapi kembali memasang wajah datar.Ternyata laki laki itu masih muda dan sangat tampan.
"Apa urusanmu?"balas laki-laki itu dengan dinginnya.
"Oh ayolah,jangan sungkan-sungkan pada sesama"bujuk Arina entah kenapa jadi berubah sifatnya.
"Apa maksudnya?"
"Kita sama-sama gila bukan?"tanya Arina agak menggoda.
Dendra yang sudah paham pun langsung bisa mencerna apa yang Arina ucapkan.
"Wow,partner baru nih"balas Dendra dengan senyum jahatnya.
Arina langsung saja mendekati wanita itu yang sedikit memberi sentuhan pisau di tangannya.Darah kental perlahan mengalir dari luka yang menganga.
"Siapa nama lo?"tanya Dendra kali ini menatap lekat netra Arina.
"Kenalin gue Arina Cristin..."Arina menghentikan sejenak ucapannya
"Lexander"imbuhnya sembari mengulurkan sebelah tangan
"Dendra Ravindra"balas Dendra menerima jabat tangan Arina.
"Oh oke,sorry gue duluan ya udah malem"Ucap Arina melepas jabat tangan.
"Yaudah sana pulang gih"suruh Dendra.
"Iya Dendra,see you"balas Arina kemudian meninggalkan Dendra berdua dengan mayat wanita itu.
Dendra masih saya diam mematung.Dengan perlahan senyum di bibirnya mengembang, "Gadis yang manis, gue mau lo jadi milik gue"gumam Dendra terkekeh pelan.
Next»
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine(Revisi)
Non-FictionSEBAGIAN PART DI UNPUBLISHED UNTUK KEPERLUAN REVISI⚠