Ch. 2

116 18 18
                                    

𝗦𝗲𝗯𝘂𝗮𝗵 bangunan 2 lantai dengan rindang batang pepohonan besar mengelilingi nampak berdiri kokoh di tengah kota. Walaupun terlihat beberapa tumbuhan rambat dan parasit menempel diam pada beberapa sisi temboknya namun bangunan itu masih terlihat sangat layak.

Angin malam berhembus menyapu wajah putih nan dingin seorang Kim Taehyung yang berdiri di belakang pagar pembatas balkon rumahnya. Tangan lelaki itu tak henti-hentinya memainkan pemantik api yang sebelumnya ia gunakan untuk membakar cek senilai ratusan juta won pemberian Tuan Yoon.

Lelaki itu sama sekali tidak menyesali perbuatannya. Ia sama sekali tak membutuhkan uang itu. Karena ia bahkan tak butuh uang sedikitpun. Apalagi uang hasil menyelundupkan barang haram. Itu tentu saja bukanlah gaya seorang Kim Taehyung. Untuk Membunuh orang saja--jika diminta--dirinya masih akan berpikir 2 kali sebelum menerima tawaran sejenis itu. Kalau untuk memukuli dan bermain sedikit, masih bisa ia lakukan. Setidaknya tidak sampai mencabut nyawa seseorang.

Namun jika itu menyangkut dengan orang sekitarnya, Kim Taehyung sama sekali tidak bisa memberikan pengampunan apapun. Hal itu berlaku juga untuk seseorang yang sangat ia benci sampai saat ini ketika sebuah peluru sudah menembak mati sang ayah 4 tahun lalu.

🍁🍁🍁

Kim Taehyung beralih mengambil sebatang rokok dan dinyalakannya. Dengan pikiran dan perasaan dendam yang berkecamuk, lelaki itu mencoba menenangkan diri dengan menghisap rokoknya perlahan.

Satu hisapan, lalu kemudian dihembuskannya asap hasil dari bara yang membakar ujung batang putih itu. Terus berulang beberapa kali sampai seseorang melenyapkan keheningan malam di sekitarnya.

"Kenapa tidak langsung kemari saat kau sudah bebas dari tadi siang?" tanya Taehyung pada Yeonjun.

Pemuda itu tersenyum lebar pada sang boss yang sudah ia anggap hyungnya sendiri selama 5 tahun ini.

"Tentu saja menyelesaikan sisa pekerjaanku hyung. Bagaimana bisa aku kembali saat Tuan Yoon itu juga ikut bebas tanpa beban sedikitpun. Bukankah harus kita beri dia pelajaran sedikit agar dia menyadari perbuatannya, hyung?"

Mood Taehyung seketika membaik mendengar penjelasan salah satu anak buahnya yang sangat bisa di andalkan itu.

"Kau benar, aku kira prinsip mata di balas mata dan gigi di balas gigi itu sudah tidak berlaku padamu saat aku berhenti membunuh orang"

Yeonjun tertawa kecil sebelum menjawab, "Hyung, ayolah~ lima tahun sudah aku berada di sampingmu. Melakukan semua pekerjaan yang kau suruh. Tapi aku belum pernah melihatmu mengampuni mangsamu hyung. Heii kemana hyungku yang dulu? Yang dengan keji membantai satu kelompok gangster lain dalam semalam?? Untung saja saat itu aku bergerak cepat sehingga hyung hyeongsa itu tidak mendapat jejakmu di tempat kejadian. Ahh bukankah pekerjaanku sangat luar biasa?"

Taehyung menepuk pelan pundak Yeonjun bangga.

"Terima kasih sudah selalu bisa diandalkan" ujar Taehyung nampak tersenyum sekilas sebelum akhirnya kembali menghisap rokoknya dan melanjutkan, "Eum, ngomong-ngomong kali ini adalah kali tercepat kau dibebaskan tanpa interogasi. Apa dia tidak banyak bertanya? Tumben sekali.."

Choi Yeonjun terkesiap mendengarnya, dengan sedikit tawa tertahan tubuh pemuda itu bergerak menghadap Taehyung sempurna.

"Kata siapa? Itu hanya karena bukan Jeon Hyeongsa yang menginterogasiku tadi. Dia sedang sibuk berdebat dengan ketua timnya. Aku juga mendengar mereka sedang menyelidiki kasus pembunuhan baru. Tapi yaa seperti biasa Jungkook hyung itu bersikeras membuka kasus Tuan Kim lagi.."

TRAPPED [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang