Chapter 4

18 0 0
                                    

Latihan sudah selesai, saat ini para member sedang sibuk masing-masing dengan handphonenya. Belum terbiasa dengan suasana seperti ini, aku berinisiatif untuk pergi keluar membeli minuman. “Saya akan pergi beli minuman sebentar. Apa ada yang ingin kalian beli?” dengan sedikit canggung aku memberanikan diri untuk bertanya. “Manager-nim akan pergi ke supermarket?” Tanya seorang pria kecil namun terlampau lucu, Jimin. “Ya, saya akan pergi ke supermarket dekat sini.” Jawabku malu-malu. “Aku ikut, ada yang ingin aku beli.”
Saat ini aku sedang berjalan menuju supermarket bersama Park Jimin, idolku. Sungguh aku merasa seperti orang bodoh, tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Jantungku tidak henti-hentinya terus berdebar. “ Manager-nim banyak diam ya ternyata.” Jimin memecahkan suasana canggung ini. “Ahh.. Tidak, saya hanya bingung saja.” Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. “Bingung ? Bingung kenapa manager-nim?” haruskah aku menjawab bahwa aku adalah Army ? Fans BTS? Fans dirinya? “Tidak, hanya tidak menduga saja.” Jimin tertawa membuat mata indahnya hilang dan hanya menampakan garis saja wajah imutnya. “Tidak menduga? Manager-nim tidak menduga akan menjadi manager kami ya?” Tanyanya lagi. “Eumm.. ya.” Aku menjawab dengan gugup dan juga canggung. Apalagi setiap ucapannya selalu ada kata ‘Manager-nim’, sungguh aku belum terbiasa dengan sebutan itu.
“Santai saja manager-nim” ucapanya lagi. “Ahh ya.. Tapi bisakah panggil saya dengan nama saja? Sebutan manager-nim sungguh belum terbiasa untuk telingaku.” “Oh haha baiklah, Nona Park Eun Ri?” Jawab jimin. “ Eun Ri saja lebih baik.” “Baiklah, Eun Ri.” jawabnya.
Kita sudah sampai disupermarket, aku mengambil beberapa soda juga cemilan. Dan Jimin membeli beberapa perlengkapan mandi. “Satukan saja, biar saya yang bayar.” Mintaku kepada kasir “Oh tidak apa-apa, biar ini aku saja yang membayarnya.” Tolak Jimin “Tidak apa-apa, anggap saja ini traktiran dari saya sebagai manager baru kamu.” “Oh baiklah, lain kali biar aku saja yang bayar.” Jimin tersenyum. Rasanya aku ingin menghentikan waktu ketika melihat senyumnya Jimin yang begitu indah. Senyumnya sangat indah.
“Terimakasih untuk bayarannya, Manager-nim.” Lagi dan lagi, Jimin menyebutkan kata itu lagi. “Eun Ri.” Lanjutnya lagi sebelum aku membalas ucapannya. Tak lama kita sudah sampai didorm, yang lainnya masih beristirahat juga masih fokus pada handphonenya masing-masing.
“Ahh minuman sudah sampai.” Pria berkulit putih membuyarkan atensi member lain, ya itu adalah Yoongi. Segera aku memberikan minuman juga cemilannya kepada mereka. “Terimakasih banyak manager-nim.” Ucap semua para member. Aku hanya tersenyum kikuk.
“Manager-nim sini, kita berbincang-bincang. Supaya lebih menegenal satu sama lain.” Sang Leader memintaku untuk bergabung dengan mereka. Aku berjalan mendekati mereka. “Apa kalian sudah selesai latihannya?” tanyaku. “ Sudah. Kita berlatih dari jam 8 pagi tadi.” Mereka berlatih dari pagi? Sungguh? “ Kalian berlatih dari pagi? Sekarang sudah jam 4 sore?” tanyaku terkejut, karna mereka benar-benar bekerja sangat keras. Bagaimana bisa mereka berlatih selama itu? “Haha kami sudah terbiasa berlatih 8-10 jam.” Jawab pria yang memiliki aura kehangatan, itu Hoseok. “Kalian pasti sangat lelah.” Jawabku, aku sangat sedih mengetahui betapa kerasnya usaha mereka untuk diakui dan dilihat oleh banyak orang.
“Ya tentu lelah, tapi kami baik-baik saja.” Diakhir kalimatnya menampilkan senyuman khasnya, melihatnya membuat hatiku sedikit lega. “Oh ya, kami belum tahu manager-nim tinggal dimana?” Pria yang duduk bersandar pada kaca dengan setelan serba hitam juga bajunya yang kebasaran itu membuka suaranya. “Saya tinggal didekat sini, hanya perlu berjalan kaki. 45 menit juga sampai.” Jawabku kepadanya, pria bergigi kelinci itu hanya mengangguk setelah mendapatkan jawabannya.
“Bicaramu terlalu formal, santai saja dengan kami.” Yoongi berbicara lagi. “ Ahh baiklah, tapi bisakah kalian pun memanggil saya dengan nama saja?” pintaku dengan sedikit canggung. “Dia belum terbiasa katanya hyung dipanggil manager-nim.” Jimin menjawab, dan yang lainnya mengangguk. “Setelah ini kalian ada jadwal lainnya kah? Aku belum tahu jadwal kalian apa saja karna aku belum mendapatkan jadwalnya dari Bang Pd-nim.” tanyaku pada mereka.
“Setelah ini tidak ada apa-apa lagi. Aku akan melanjutkan pekerjaanku membuat melodi untuk lagu berikutnya, yang lainnya mungkin sibuk masing-masing dikamarnya.” Namjoon menjawab. “Baiklah kalau tidak ada jadwal lagi, maukah kalian makan malam bersama? Aku akan memasak untuk kalian, anggap saja ini untuk traktiran karna aku sudah berbagung bersama kalian juga supaya kita lebih saling mengenal?” “Ide yang bagus, hari ini aku sedang ingin makan makanan rumah.” Pria yang paling tua itu menjawab dengan antusias. “Baiklah, kalau begitu kalian bersih-bersih dulu saja. Aku akan pergi berbelanja.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Manager-nim Bangtan BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang