Sayap-Sayap Burung Patah

47 7 4
                                    

.
[Mungkin
Aku bisa bercinta dengan kamu
Kendati kata-katamu selalu
Menusuk jantung
Melukaiku]
.

"Sialan! Dasar adik tidak berguna!. Enyah kau! Pergi! Aku tidak ingin punya adik tidak tahu diri kayak kamu!"

Brak~

Suara pintu kamar yang kayunya sudah mulai lapuk termakan usia bergema di kamar yang sepi. Sepi namun berpenghuni. Seorang gadis kecil nampak rapuh di sudut kamar sambil terisak. Nampak sangat sedih dengan perkataan sang kakak yang seolah sangat membencinya.

Seperti ada sebuah belati menusuk dada dan setumpuk jarum di tenggorokannya_Sesak_ ia menangis tak bersuara.

Sang gadis kecil selalu kebingungan. Apa salahnya? Apa dia nakal? Atau dia mempunyai penyakit menular? Tidak kan . Ia hanya ingin diajak bermain oleh kakaknya tapi kenapa semenyakitkan ini?

.
[Mungkin
Kumau memaafkanmu kembali
Demi cinta yang ada di hatiku
Meloloskanmu
Dari kata pisah]
.

"Aku minta maaf"

Sang gadis kecil hanya diam dan menatap kosong uluran tangan dari sang kakak. Walaupun masih kecil ia sudah paham apa itu sakit hati. Ia ingin marah ingin mengungkapkan semua kesedihannya. Namun ia tahan.

Dengan berat hati ia menjabat tangan sambil tersenyum palsu. Hei, itu tidak cocok dengan umurnya yang masih anak-anak. Harusnya ia berteriak dan merengek. Tapi siapa yang mengajarkannya menggunakan topeng seperti itu?

"Iya. Jangan diulangi lagi ya"

Sambil memberi penekanan pada kata lagi. Berarti ini sudah yang ke sekian kalinya.

Sang kakak hanya memalingkan wajah masamnya. Dan sang adik memudarkan senyumnya.

.

[Mungkin sang fajar
Dan sayap-sayap burung patah
Menyaksikan kita berseteru
Selalu tak pernah damai]
.

"Pergi!!! Jangan ikut. Kamu perempuan tidak cocok bermain dengan kami!"

"Ta-tapi aku ingin ikut."

"Kamutuh bisanya cuma nyusahin! Dah sana pulang ! "

" Dirumah sepi, aku takut."

"Dasar cengeng, makannya aku gak mau kalau kamu ikut! Bisanya cuma nangis aja! Dah sana."

"Kakak mau pergi ke sungai kan?! Ayah sama Bunda kan ngelarang kakak main ke sana"

"Diem kamu bocah! Jangan kamu ngadu sama ayah bunda. Awas aja kalau berani. Kenapa sih aku harus punya adik kayak kamu. Aku harap aku gak punya adik!"

Sang Kakak pergi bersama teman temannya yang dari tadi hanya menonton tanpa merasa acuh dengan pertengkaran kakak adik yang menurut mereka sudah biasa. Pergi tanpa menoleh lagi ke belakang, tanpa tahu bahwa ia sudah menghancurkan hati sang adik lagi .

.
[Mungkin cintaku
Terlalu kuat dan menutupi
Jiwa yang dendam akan kerasmu
Sehingga kita bersama]
.

Tanpa sepengetahuan sang kakak, gadis kecil tadi mengikuti diam diam di belakang dengan jarak yang agak jauh. Mereka sampai di sebuah sungai yang sebenarnya mereka dilarang bermain  disini oleh para orang tua.

Sayap - Sayap Burung Patah ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang