Babysitter

334 66 15
                                    

Aryan membekap mulut Khey sebagai salah satu upaya tidak berguna demi mencegah bocah kecil itu mengeluarkan ide gila lain yang sudah ada di ujung bibir. Kayla yang masih terkejut dengan permintaan Khey hanya bisa terdiam dengan salah tingkah.

"Khevandra, kamu tu kenapa kebiasaan banget suka minta aneh-aneh sih?"

"Kan aku udah bilang aku mau ibu baru Yah!" Khey bersuara setelah bersusah payah melepas bekapan sang ayah. Dengan senyum terkembang lebar dan mata berbinar, anak laki-laki itu menoleh ke arah Kayla.

"Mau ya Tante, jadi Ibu Khey? Khey janji jadi anak yang baik biar Tante sayang sama Khey." Kayla mengerjapkan matanya bingung. Tuhan, haruskah Kayla membuka aplikasi Google untuk mencari cara menolak lamaran seorang anak kecil tanpa menyakiti hati polosnya?

"Khevandra. Udah nak. Nanti Ayah marah. Kasian itu Tante Kayla bingung. Ayo minta maaf." Khey memberengut, tapi nampaknya dia tidak bisa melanjutkan serangannya. Sang ayah sudah dalam mode serius, dia tidak mau kena marah. Akhirnya dia memilih untuk diam, tetapi tidak juga mengindahkan permintaan Aryan untuk meminta maaf. Karena menurutnya itu bukan sesuatu yg salah. Apa salahnya ingin punya ibu baru?

"Maaf ya Kayla, tidak usah dipikirkan perkataan anak saya barusan. Akhir-akhir ini dia memang sedang sering merengek minta ibu baru. Tidak usah diambil hati. Maaf sudah membuat kamu jadi tidak nyaman juga." Akhirnya Aryan yang meminta maaf. Kayla menggelengkan kepalanya tanda mengerti.

"Tidak apa-apa Mas, saya paham." Kayla mengalihkan pandangan ke arah rubah kecil yang sedang merajuk di depannya.

"Khey, mau temenan sama Tante nggak? Tante mungkin nggak bisa jadi ibu kamu, tapi kalau Khey mau main sama Tante, Tante mau kok. Tante tinggalnya di rumah Om Satria, kalau nanti Khey mau main, bisa kesana aja ya, gimana?" Kayla berjongkok, menyejajarkan tingginya dengan Khey. Khey yang sedari tadi masih terlihat kesal akhirnya mengulum senyumnya.

"Emang boleh Tante? Tante nggak kerja?"

"Boleh dong, kan Tante yang ngajak. Lagi pula Tante belum kerja kok sayang, jadi suka kesepian nggak ada temennya di rumah."

"Maaau! Aku mau main sama Tante. Tapi..." Khevandra melirik ayahnya sekilas, lalu mengisyaratkan Kayla untuk mendekat.

"Tante bantu bujukin Ayah ya, Khey takut mau bilangnya." Bisik bocah lelaki itu. Bisikannya sebenernya masih cukup keras sehingga Aryan masih bisa mendengar. Aryan hanya bisa geleng-geleng kepala dengan kelakuan ajaib Khevandra yang semakin menjadi akhir-akhir ini.
Kayla yang dapat membaca ekspresi Aryan hanya tersenyum.

"Boleh ya Mas, kapan-kapan saya ajak Khey buat main di rumah sama saya?"

"Hmm.. Apa tidak merepotkan?"

"Tidak kok Mas, kebetulan thesis saya juga sudah hampir rampung jadi lebih banyak waktu senggangnya."

"Wah pas banget tuh." Tiba-tiba ada suara lain yang bergabung. Semua orang yang sejak tadi fokus memperhatikan Aryan, Khey, dan Kayla menolehkan kepala mereka ke sumber suara. Jaz memasang muka seolah-olah merasa bersalah pada Aryan.

"Sebelumnya sorry nih Bro, bukannya gue nggak mau Janet bantuin lo lagi buat jagain Khey tiap kita kerja, tapi dengan kondisi dia yang lagi hamil gini, kayanya ada baiknya kalau dia nggak terlalu kecapean. Lo bisa banget tuh minta tolong Kayla buat jagain Khey selagi lo kerja."

"Apa sih Mas, aku masih bisa kok jagain Kh- Aaaw" Janet tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena Jaziel mencubit pinggangnya.

"Apa sih kok malah nyubit aku?" Jaziel berusaha memasang senyum sambil berusaha mengirimkan telepati kepada sang istri. Janet yang menangkap arah mata sang suami akhirnya memahami apa yang sedang suaminya rencanakan.

Package DealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang