3

1.8K 200 44
                                    

Di Yunshen Buzhi Chu, ada beberapa bangunan yang tidak sembarang orang bisa berkunjung. Seperti Paviliun Terlarang atau kamar-kamar yang diperuntukkan bagi para penatua.

Begitu pula Lan Xichen, yang merupakan seorang Pemimpin Sekte. Ruangan miliknya disebut Hanshi- kamar yang dingin. Bangunan itu sederhana namun elegan. Di sepanjang jalan batu sampai ke teras, tumbuh bunga anggrek yang terawat dengan baik. Ketika angin berembus, kelopaknya mengaurkan aroma harum yang memikat kupu-kupu untuk mendekat; seperti perwujudan dari sebuah lukisan yang sangat indah.

Di dalam ruangan, sang pemilik duduk bersama tiga lainnya. Mereka baru saja menempati posisi itu satu menit yang lalu, dan tidak ada yang memulai percakapan sejak itu.

Jiang Cheng duduk di sebelah pemilik Hanshi sendiri, berhadapan dengan dua 'anak masa depan' mereka. Tatapannya rumit, alis tipisnya cemberut membuat bayangan hitam tampak menutupi dahinya. Di pangkuannya, telapak tangan yang berbalut kain mengepal dan bergetar kecil.

Di hutan itu, mereka melakukan ritual Mencocokan Darah. Meskipun sudah mengantisipasi hasilnya, namun ketika energi spiritualnya bersinergi dengan milik mereka, tetap saja membuat jantungnya tersentak.

Ia masih tidak ingin percaya dengan apa yang ia lihat, namun perasaan terhubung itu benar-benar nyata. Seakan setelah darah mereka menyatu, detak jantung mereka juga menjadi selaras. Perasaan itu sangat kuat, memberinya indikasi sedekat apa hubungan mereka dalam darah.

Lan Xichen berdehem, dan kemudian tersenyum. Tampaknya yang ia rasakan tidak jauh berbeda dengan Jiang Cheng, membuat gerakannya sedikit canggung dari biasanya, bahkan ada rona malu-malu di wajahnya.

Mengabaikan jantungnya yang tidak normal, Lan Xichen memulai, "Maafkan ketidak sopanan Lan, karena tidak memperlakukan kalian dengan baik."

Ia dan Jiang Cheng telah sepakat untuk tidak membiarkan Lan Zihan dan Jiang Huanhan dilihat oleh orang lain dulu, jadi ia membawa mereka diam-diam ke Hanshi miliknya.

"Putra ini tidak mengeluh," jawab mereka bersamaan. Lan Zihan masih memiliki senyum di wajahnya, mata aprikot terang itu berbinar seperti bintang. Ia melanjutkan, "jika Fuqin mengizinkan, Zihan bisa menyajikan teh untuk kita."

Lan Xichen mengangkat alis, mereka ada di sini tiba-tiba sehingga ia tidak sempat mempersiapkan jamuan. Ia tidak mengerti apa maksud remaja itu.

Melihat kebingungannya, Lan Zihan menambah senyum, ia mengeluarkan kantong Qiankun dari sakunya. "Tenang saja Fuqin, Zihan memilikinya di sini."

Mendengar ini, alis Lan Xichen semakin meninggi, bahkan Jiang Cheng di sampingnya juga bingung. - Kenapa ada teh di dalam kantong Qiankun?

Lan Zihan dengan anggun mulai menyajikan teh. Empat cangkir giok yang juga diambil dari kantong diletakan di depan masing-masing dari mereka. Sebuah teko berisi air yang dipanaskan dengan energi spiritual juga tersedia.

Teh itu mengepulkan uap transparan, aroma teh lotus yang sangat Jiang Cheng kenali tercium di udara; yang kebetulan adalah teh favoritnya. Di permukaan, air bersinar seperti bulan, jika beriak maka berkelap-kelip seperti bintang. Dalam sekali pandang sudah menggugah hati untuk segera mencicipinya.

"Silahkan diminum A-Die, Fuqin." Lan Zihan tersenyum mempersilahkan, dari nadanya sangat berseri-seri. Jiang Huanhan di sampingnya juga memperhatikan keduanya.

Lan Xichen membalas senyumnya, "Baiklah, terimakasih Tuan Muda karena keramahanmu." Ia pun mengangkat cangkir giok dengan tangan yang juga terbalut, membawanya ke tepi bibir sebelum menyesapnya dengan pelan. "Sangat nikmat," komennya.

Jiang Cheng melihatnya menyesap untuk kedua kalinya, kemudian manik madu itu bertemu aprikot miliknya. Lan Xichen tersenyum manis seperti mengatakan itu adalah rasa dari teh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mereka Bilang Apa?!! (Xicheng Abo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang