Para pembaca tersayang, sebelum kalian baca cerita ini, Author cuma mau ngingatin untuk vote. Atau kalau sempat bisa ninggalin jejak di kolom komentar. Terimakasih :)
----------------------------------------------------------Quinzy POV
"Aku gak salah pah. Tadi papah lihat dan denger sendiri gimana tante itu ngehina aku di depan banyak orang. Aku cuma mencoba buat bela diri!" teriakku membantah dengan nada cukup keras. Dadaku bahkan kembang kempis saking kesalnya.
Setelah acara selesai dan satu persatu tamu mulai pulang, papah membentak dan menyalahkanku atas kejadian sore tadi. Kenapa sih selalu aku yang disalahkan? Jelas-jelas mereka menyaksikan kejadian itu, tapi kenapa semua kesalahan dilimpahkan padaku?
Quinzy yang beginilah, Quinzy yang begitulah. Ya aku sadar tindakanku untuk membalas tante medusa itu tergolong tidak sopan. Tapi jika ku balik keadaannya, memangnya apa yang ia lakukan padaku sopan?
Apa salah ketika aku berusaha membela diri dan menyelamatkan harga diriku yang sudah tante itu injak-injak? Memangnya aku harus diam dan membiarkan dia menghinaku sampai puas dan dijadikan bahan cemoohan orang-orang? Jangan mimpi. Ini bukan drama dimana kejahatan tetap dibalas dengan kebaikan.
"Tapi gak seharusnya kamu bersikap seperti itu! Apa papah pernah ngajarin kamu jadi anak kurang ajar?"
Aku mengepalkan tangan "Kalau papah ga mau aku ngambil tindakan itu, kenapa papah nggak bela aku? Kenapa papah diam saja seolah membenarkan hinaan tante itu?
Kalau papah bela aku, seenggaknya dengan negur tante itu buat jangan beda-bedain Quinzy sama ka Laura, Quinzy gak bakal ngambil tindakan sejauh itu. Sekarang aku tanya, kenapa papah diem aja?"
Papah bergeming dengan bibir tertutup rapat membuatku tersenyum pedih "Karena papah sama kayak tante itu. Papah juga selalu mengkotak-kotakkan antara Quinzy sama ka Laura"
Papah menatapku tajam "Bukan mengkotak-kotakkan. Papah hanya berbicara menurut fakta yang ada. Kakakmu selalu membuat papah bangga tanpa sekali pun membantah seperti yang kamu lakukan sekarang"
Aku tertawa keras, lebih tepatnya tawa hambar. Rasanya berkali-kali lipat lebih menyesakkan ketika mendengar kalimat seperti ini dari papah dibanding tante medusa itu.
"See? Papah sama tante itu emang ga ada bedanya. Papah emang ga pernah sayang sama Quinzy"
Papah menatapku datar "Jadilah gadis penurut baru menuntut hak kamu untuk disayang. Selagi kamu terus memberontak, jangan harap saya melakukan hal itu" kata papah dingin.
Aku mengangguk dengan air mata yang entah sejak kapan sudah mengalir di pipiku "Jika gadis pemberontak yang papah maksud adalah ketika aku berusaha melawan untuk membela diri saat harga diriku diinjak-injak.
Jika gadis pemberontak yang papah maksud adalah ketika aku ingin menjalani hidup tanpa kekangan berlebihan dari sikap otoriter papah, maka maaf. Mungkin selamanya aku bakal jadi gadis pemberontak di mata papah dan hubungan kita bakal terus kek gini. Quinzy gak bisa jadi ka Laura yang bisa bertahan hidup dalam sangkar emas papah" ucapku final kemudian beranjak dari ruang keluarga.
"Quinzy berhenti!" perintah papah tegas.
"Quinzy papah bilang berhenti! Jangan pergi sebelum pembicaraan ini selesai!"
Aku berhenti melangkah "Bagi Quinzy udah selesai dengan keputusan yang baru aja Quinzy bilang" ucapku tanpa menoleh ke belakang.
"Kalau kamu kembali ke kamar sekarang, papah akan hukum kamu gak keluar dari kamar itu selama dua minggu. Masa bodo dengan kuliahmu!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Life
ChickLitNamaku Quinzy Alexandra. Quinzy berarti keberuntungan. Bertolak belakang dari namaku, ku rasa hidupku lebih banyak dipenuhi kesialan. Hal yang paling kubenci adalah orang-orang selalu membandingkanku dengan Laura, kakak perempuanku. Jika Laura penur...