Dari luar Bella memakan sarapannya. Matanya fokus pada sepiring nasi miliknya, sedang pikiran fokus tentang Ayahnya. yang juga sarapan di sebelahnya.
Ayah adalah cinta pertama Bella.
Ayah adalah lelaki tertampan bagi Bella.Maaf, Bella belum memberikan apapun.
"Bel, Rio nunggu kamu di depan," ucap sang Ibu, Ia habis dari depan rumah.
"Yaudah, Bella duluan, ya," pamitnya. "Assalamualaikum."
Setelah mengambil sepatu dan tas, Bella berjalan mendekati Rio.
"Assalamualaikum. Nak," gurau Rio berdiri dengan tegak, seraya tersenyum lebar.
"Walaikumsalam. Anda merasa tua? Panggil saja saya Bella Banasti," jawab Bella, sambil mengikat tali sepatunya.
"Em, jawaban Lo kurang pas, Bel."
"Terus?"
"Kata sayangnya mana?" Setelah melihat sepatunya terikat dengan benar, Bella berdiri, menginjak kaki Rio dengan keras.
"Sakit woi!" tak acuh, Bella berjalan lebih dulu, Rio menyusulnya dengan berjingkat.
"Ga usah sok marah. Gue tahu, kok. Lo itu pura-pura!"
"Kitakan temenan dari kecil." lanjutnya, menarik tas Bella, agar berjalan sejajar.
000
Beberapa hari kemudian.
"Bel?" tanya Rio melihat seorang pria berhenti di depan rumah Bella, dengan sepeda motornya dan membonceng Bella di belakang.
"Pulang bareng sama, Adit?" tanya Rio. "Ya." Adit memapah Bella yang mendesis kesakitan.
"Kaki, Lo, kenapa?" Adit segera bangkit dari duduknya, membantu memapah Bella masuk ke dalam rumah.
"Keseleo."
"Kok bisa?"
"Bawel." Rio berganti menatap Adit, keningnya berkerut keheranan, sedang mata Adit bergantian menatap wajah dan kaki Bella, fokus memapahnya.
Bella menatap sekelilingnya. "Orang tua gue kemana, Ri?" Tanya Bella pada Rio yang membawa balsam dari kotak obat.
Setelah mengoleskan balsam, Rio berkata kembali, "em, Bel, nanti minggu mau nonton bareng?"
"Sore kita nonton, malam nginep di rumah gue, rumah kita kan lumayan deket." Bella bergeming.
"UAS kan udah selesai, Ria juga ikut. Gue juga udah izin sama keluarga Lo dan keluarga gue, mereka setuju aja, kok," bujuk Rio, namun, Bella masih bungkam.
"Eh, Dit, Lo mau ikutan juga? gapapa, kok, kuylah!" ajak Rio, menepuk bahu Adit seraya tersenyum.
Adit diam, memikirkan sesuatu. "Oke."
Setelahnya, Bella mengangguk. "Oke."
000
Suara dering ponsel berhasil mengejutkan Bella yang sedang berkaca.
"Assalamualaikum, Bel."
"Waalaikumsalam, ada apa Qil? Telepon pagi-pagi, gini."
"Mau keluar, ga? Jalan-jalan, gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
POSITIF (END)
Teen Fiction• Rank 1 in positif of 131 stories [08.11.20] Bangun tidur dengan posisi masih di atas ranjang sudah biasa. Bangun tidur di sisi ranjang melihat guling sudah biasa. Bangun tidur di kamar sendirian juga sudah biasa. Tapi, bagaimana perasaanmu di saat...