11

298 30 6
                                    

Siang menjelang sore. Bella mendatangi rumah Rio, ingin meneruskan pencarian dalang atas kejadian 'seranjang' itu.

Tapi nihil. Kata sang pembantu sewaktu berkunjung ke rumah Rio, "walaikumsalam, Non. Lho? Bibi kira den Rio lagi main sama Non Bella, soalnya belum pulang dari pagi, Non."

Terdengar Suara pesan masuk dari Qila. Bella segera melihatnya, sebuah foto dikirim, seusai melihat Bella membulatkan mata, mulutnya ternganga.

Qilaaa:

Perlu gue labrak?

Lanjutnya setelah mengirim foto berisi Rio ditemani gadis berjilbab panjang berwarna biru di sampingnya, dengan berbagai bunga di depan mereka, Bella tak bisa melihat jelas siapa gadis itu, ia sedang menatap balik wajah Rio yang jelas dalam foto itu.

Bella:

Gak.

Bella berjalan tergesa-gesa dengan amarah di hatinya, sedang Qila tertawa terbahak di sana.

Pasti sakit!

"Nih, Mba, makasih, ya, udah di fotoin," ucap Qila sembari menyorong beberapa lembar uang merah pada pelayan di toko bunganya.

Ya, Qila lah yang berada di foto itu, dan meminta seorang pelayan memotretnya lalu mengirimkan pada Bella.

000

Tok, tok, tok.

Bella membuka pintunya, melihat sang pengetuk pintu rumahnya ia menatap balik Rio dengan datar.

"Assalamualaikum Bella," sapa Rio dengan semangat 45, tangannya terangkat, menampakkan sebuah bungkusan, aroma martabak memenuhi hidung Bella.

"Walaikumsalam. Ngapain lo ke sini malam-malam?" Bella ingat sekarang sudah lewat pukul 9 malam.

"Mau martabak gak?" tanyanya lalu masuk ke dalam rumah! "Hei!" Rio tak memedulikan teriakan Bella. "Om, tante?" tanyanya sedikit berteriak.

Bella memilih duduk di sofa tamu, terbiasa atas kebiasaan Rio! "Di mana papah sama mamah Lo?" tanya Rio, dengan lesu Bella menjawab, "lagi keluar sebentar."

Rio duduk tak jauh dari Bella. "Napa, sih? Jawabnya datar gitu. Biasanya juga langsung nyomot martabak yang gue bawa." Rio meletakan martabaknya diatas meja tamu.

"Sini-sini cerita," lanjutnya, menyodorkan kotak tisu pada Bella. "Apaan, sih!"

"Salah apa lagi gue? Rio tobat nyolong mangga bu RT, kok," guraunya. "Ayo cerita, masa mau rahasia-rahasia an sama gue?"

Bella menghela napas, mengeluarkan ponsel di saku bajunya. "Nih!" ucapnya memperlihatkan isi chat annya dengan Qila tadi sore. "Lo ngapa, sih? Bukannya cari pelaku malah asik pacaran," sindirnya.

"Em .... " Rio termenung, mencari alasan yang tepat melihat ulah Qila. "Serahin aja ke paman gue, Bel. Seratus persen gue yakin, Lo ga hamil."

"Kok yakin?" Rio tersenyum atas pertanyaan Bella, nadanya mulai lembut. "Suatu saat nanti, gue kasih tahu alasannya."

Bukan Bella bila berdiam saja, ia kembali bertanya, "Kenapa?"

"Ga kenapa-kenapa." Bella memutarakan bola matanya, malas berdebat, ia raih martabak itu, dan memakannya. Bella kembali berujar, "inget, gue ga suka dibohongi."

Rio berdiam sebentar. "Iya." Rio ikut mengunyah martabak di meja. "Dan kalo cewe dalam foto itu, dia ga penting." Untung saja Qila tak mendengar ucapan Rio, atau tidak, dia kembali berulah.

Hati Rio cukup geram hari ini, menghadapi segala tingkah laku Qila yang tak henti menyiksa jiwa dan raganya.

°
°
°

Alhamdulilah update. Semoga suka sama part kali ini ya, aamiin allahuma aamiin.

Gimana kabarnya? Semoga kalian dalam lindungan Allah, aamiin allahuma aamiin.

Maaf sedikit lama update. Jangan lupa vote, komen, ajak teman kamu baca, dan masukkan ke library/perpustakaan kalian.

Salam sejahtera silvistwn.

Sampai ketemu di part 12 🐤

27 October 2020.

POSITIF (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang