Prolog.

12 1 0
                                    

Happy birthday to you

Happy birthday to you

Suara nyanyian itu di-iringi dengan riuhnya tepuk tangan, tak lupa pula letupan balon yang cukup menusuk indra pendengaran. Anak-anak manis yang hari ini memasuki usia ke-sembilannya tampak sangat berbahagia.

Tiup lilinnya,

Tiup lilinnya,

Tiup lilinnya sekarang juga,

Sekarang juga....

Gadis-gadis kecil yang memakai mahkota di kepalanya itu memejamkan mata sembari menegakkan kedua telapak tangan di depan dada, mencoba memanjatkan doa. Perlahan bibir ranumnya memadamkan lilin yang tertancap di atas permukaan kue.

Sekarang ju ... ga

"Potongan pertama mau Sasha kasi buat—" baru saja ia akan menyuapi Mamanya dengan potongan pertama sebagai orang paling spesial, ia justru mendapati dua kursi di samping kirinya sudah kosong.

"Pah, Mama mana?" tanya Nasha pada Ayahnya.

Surya tersenyum penuh arti, dielusnya puncak kepala putrinya dengan penuh kasih. "Mama ke toilet."

Nasha berjalan membawa sepotong kue dengan piring mungil, berniat menyusul Mamanya di toilet. Namun tanpa sengaja sepasang retina coklatnya menerawang melalui jendela, menangkap sosok siluet yang tidak asing.

"Mama?"

Tanpa menunggu lama, ia berlari dengan piring yang masih setia di tangan kecilnya.

"Mama! Tungguin Sasha!"

"Mah!"

"Mama mau kemana?!" teriak Nasha berupaya menghentikan langkah mamanya yang hendak memasuki sebuah mobil. Namun nihil, usahanya tak merubah apapun.

"Mamaa!"

Dengan sekuat tenaga Nasha berusaha mengejar 'objek' yang mengorbit semakin jauh. Sampai pada akhirnya ia berhenti di persimpangan. Ditatapnya sepotong kue itu dengan sendu. Tanpa terasa tetes demi tetes mengalir, membasahi potongan kue tersebut. Bersamaan dengan itu sebuah mobil berkecepatan tinggi melaju tanpa henti. Nasha bisa mendengar dari kejauhan Ayahnya meneriakkan namanya dengan begitu lantang. Detik selanjutnya, sang rembulan kehilangan sinarnya. Dunianya mendadak terhenti diikuti dengan mengalirnya cairan kental berwarna merah dari bagian kepalanya.

Sepotong kue dengan piring mungil yang tadi ia bawa kini terpental jauh dari peredaran. Kue yang tadinya penuh pengharapan, kini hancur tak beraturan.

Antara Nasha dan harapannya,

Antara Nasha dan Semangatnya,

Tak satupun yang mampu terselamatkan di hari itu.

***

Another MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang