Hakim Bin Hizam Ra

0 0 0
                                    

Kisah Sahabat Nabi

Hakim Bin Hizam Ra

Suatu ketika Hakim bin Hizam mendatangi Rasulullah SAW, dan meminta agar beliau memberinya sesuatu, Nabi SAW memenuhi permintaannya. Pada kesempatan lainnya, Hakim meminta sesuatu lagi, dan beliau memberikannya. Pada ketiga kalinya, ketika Hakim meminta sesuatu pada Nabi SAW, beliau masih memberinya, tetapi kemudian bersabda, "Wahai Hakim, harta memang bagaikan tanaman yang menghijau, sepintas dia adalah sesuatu yang manis. Harta merupakan keberkahan jika kita merasa cukup dan qanaah. Sebaliknya, ia tidak akan memberikan keberkahan jika kita mempunyai sifat serakah."

Mendengar nasehat ini, Hakim berjanji kepada Nabi SAW, "Ya Rasulullah, mulai saat ini aku tidak akan pernah meminta sesuatu apapun kepada siapapun."

Janji ini dipegang teguh oleh Hakim bin Hizam, bahkan setelah Nabi SAW telah wafat. Saat Abu Bakar menjadi khalifah, beliau memberikan harta dari Baitul Mal kepada ibnu Hizam, sebagaimana yang dibagikan kepada orang muslim lainnya yang berhak, tetapi Hakim menolaknya. Begitu juga ketika Umar bin Khaththab menjadi Amirul Mukminin, dimana harta melimpah ruah memenuhi Baitul Mal, Hakim menolak ketika ia akan diberi pembagian sesuai dengan haknya. Ia pernah bertanya kepada Nabi SAW tentang kebaikan yang pernah dilakukannya semasa jahiliah seperti sedekah, memerdekakan budak dan silaturahmi, beliau bersabda, "Kamu telah Islam dengan memperoleh kebaikan yang engkau lakukan di masa lalu.."
[9:08 16/09/2020] Yul Fadma 1910: Kisah Sahabat Nabi

*Hathib Bin Abi Balta'ah Ra*

Hathib bin Abi Balta'ah RA diutus oleh Nabi SAW membawa surat ajakan memeluk agama Islam kepada penguasa Iskandariah di Mesir, Muqauqis. Kehadirannya disambut dengan baik oleh Muqauqis, ia dipersilahkan untuk menginap di istananya. Muqauqis mengumpulkan pembesar dan ahli perangnya untuk menemui Hathib. Setelah membaca suratdari Nabi SAW, terjadilah beberapa pembicaraan di antara mereka.

"Beritahukanlah kepadaku tentang sahabatmu itu, bukankah ia seorang nabi?" Tanya Muqauqis.

"Beliau adalah seorang utusan Allah," Kata Hathib mengawali, kemudian ia memberikan penjelasan lagi tentang Nabi SAW dan risalah Islam yang dibawa beliau.

Muqauqis bertanya lagi, "Mengapa ia -dalam kedudukannya sebagai seorang nabi- tidak berdoa supaya kaumnya dibinasakan karena mereka telah mengusirnya dan orang-orang yang mempercayainya dari kampung halamannya?"

"Bukankah engkau percaya Isa bin Maryam seorang utusan Allah?" Kata Hathib diplomatis.

Ketika Muqauqis mengiyakan, ia berkata lagi, "Mengapakah ia -ketika kaumnya ingin menyiksa dan menyalibnya- tidak mau berdoa untukkeburukan kaumnya, dengan memohon agar Allah membinasakan mereka, malah Allah mengangkatnya ke langit dunia?"

Muqauqis tidak berkutik ketika pertanyaannya menjadi senjata makan tuan bagi dirinya sendiri. Kemudian ia berkata, "Engkau adalah orang yang bijaksana, datang dari sisi orang yang sangat bijaksana."

Muqauqis belum bersedia memeluk Islam, tetapi tidak menghalangi dakwah Islam di Iskandariah dan sekitarnya. Ia memberikan hadiah untuk Nabi SAW berupa kain, baghal dan tiga hamba sahaya, dua di antarannya wanita, yakni Mariyah al Qibtiyah yang dinikahi Rasulullah SAW, dan satunya lagi dihadiahkan Nabi SAW kepada Hassan bin Tsabit al Anshari. Sedangkan hamba lelaki bernama Sirin, dihadiahkan Nabi kepada Muhammad bin Qais al Abdi. Nabi SAW membalas dengan memberikan hadiah-hadiah lebih baik dan menakjubkan kepada Muqauqis.
[9:45 16/09/2020] Yul Fadma 1910: Kisah Sahabat Nabi

*Anas Bin Abu Martsad Al Ghanawi Ra*

Ketika pasukan beristirahat menjelang perang Hunain, Nabi SAW bersabda, "Siapakah di antara kalian yang bersedia meronda pada malam ini?"

"Saya ya Rasulullah," Kata Anas bin Abu Martsad al Ghanawi.

Nabi SAW menyuruhnya naik ke kudanya dan mendekat, dan beliau bersabda, "Pergilah engkau ke bukit itu sampai ke puncaknya, jangan sampai karena kelalaianmu kita diserang musuh!"

Anas pergi memenuhi perintah Nabi SAW. Ia naik ke puncak bukit untuk mengamati keadaan, tetapi keadaan aman, tidak terlihat adanya pergerakan musuh.Semalaman ia berjaga di tempat itu sambil mengerjakan shalat. Pagi harinya ia kembali berkeliling dan menaiki puncak bukit untuk mengamati keadaan, tetapi ternyata belum ada gerakan musuh, dan ia kembali untuk menemui Nabi SAW.

Sementara di perkemahan, pagi subuh itu Nabi SAW menanyakan tentang kedatangan Anas sampai dua kali. Tetapi para sahabat menyatakan belum. Setelah salam dari shalat subuh, tiba-tiba Nabi SAW bersabda, "Bergembiralah kalian, penunggang kuda kalian telah datang...!"

Tak lama kemudian, para sahabat melihat kehadiran Anas yang bergerak cepat di antara pepohonan. Ketika sampai di hadapan Nabi SAW, Anas mengucap salam dan menyampaikan laporan tugasnya. Nabi SAW bertanya, "Apakah engkau tidur tadi malam?"

"Tidak, saya sibuk mengamati keadaan sambil mengerjakan shalat dan menunaikan hajat!" Jawab Anas.

Nabi SAW bersabda, "Kamu telah melakukan perbuatan yang mewajibkan surga bagimu, sehingga tidak masalah jika kamu tidak mengerjakan amalan sunnah setelah jaga malammu itu."

Sang IstimewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang