1

40 9 0
                                    

Kota Jakarta pada jam setengah enam pagi di hari minggu itu masih belum. Setidaknya, di sekitar rumah orang tuaku ini. Rumah rumah di depan dan kiri kanan tempat tinggal kami masih sepi. Bahkan kulihat beberapa di antaranya masih belum mematikan lampu teras.

Meskipun sebenarnya hari libur ini bisa kupergunakan untuk bermalas-malasan dan tetap bergelung di atas tempat tidur tanpa harus terburu buru menyiapkan diri untuk berangkat kekantor seperti biasanya,malah lebih memilih mengerjakan sesuatu di taman depan rumah bersama ibu. Hampir setiap hari minggu,kami berdua merawat tanam tanaman yang tersebar di halaman depan rumah. Aku paling suka memangkas tanaman hias yang daunnya bisa dibentuk bulat seperti bola besar. Ada yang ku pangkas berbentuk jamur atau payung. Dan ada pula yang aku pangkas berbentuk kerucut. Dan semakin lama,aku semakin ahli saja,sampai sampai adikku lia sering menggodaku.

"Pasang iklan sebagai ahli pembentuk tanaman saja kak!" Katanya suatu ketika

"Siapa tau penghasilanmu sebagai pemangkas pohon lebih besar dari pada pegawai bank!"lanjutnya

Kalau sudah digoda seperti itu aku hanya bisa tersenyum. Ia sangat suka menggodaku. Untung dia cantik+adikku,kalau tidak sudah kulempar di sungai yang banyak buayanya. Dia juga sangat manja denganku.jarak usia kami terpaut 10 tahun. Dia berusia 16 dan aku 29. Aku juga mempunyai adik laki laki alias abangnya lia. Dia baru saja menamatkan kuliahnya dan sedang mencari pekerjaan. Namanya lucas,dia ini sangat bandel dan jail banget denganku.sifatnya 11 12 lh dengan lia. Cuma aku saja yang agak kalem.

Pagi ini,mereka masih bergulut dengan selimut tidur,bisa dibilang molor atau tidur.huuufffhhh dasar mereka pemalas. Tapi walaupun begitu aku sangat menyayangi mereka.

"Sudah saatnya tanaman tanaman diberi pupuk lagi bu!" Kataku sambil asik menggunting dedaunan yang kering dan bolong dimakan ulat.dasar ulat itu,kalau saja aku liat mereka,akan ku picit atau ku makan. Tidak tau apa bagaimana capeknya mengurus tanaman ini.sudahlah.

"Ya,ibu sudah memesan kepada pak pot bunga untuk membawakan dua karung pupuk kandang!" Jawab ibu. Ibu lebih suka mencabuti rumput liar di sekitar tanaman tanaman hias kami.

Pak pot bunga yang disebut ibu adalah tukang jualan bunga dorong langganan kami. Kami tak tahu namanya dan tak pernah sekali pun terlintas untuk menanyakan namanya. Begitupun sebaliknya,tukang tanaman itu tak pernah menanyakan nama kami. Padahal kami sering bertegur sapa.

Oh ya aku lupa memperkenalkan ibu dan ayahku.nama ibuku IU dan ayahku Taeyang.

Percakapan terhenti ketika didepan rumah kami melintas dua lelaki muda yang sedang berlari lari santai. Aku maupun ibu menatap mereka sampai keduanya hilang dari pandangan mata.

"Pemuda pemuda tampan" gumam ibuku
"Dan menarik"lanjutnya

Aku menoleh kearah ibu dengan perasaan heran. Tak biasanya ibuku memuji seorang laki-laki sembarangan. Apalagi yang belum kenal.

"Tumben ibu memuji orang" gumamku

Ibu menoleh ke arahku
"Mereka memang patut dipuji" jawabnya

"Sejak awal mula berkenalan,ibu dan ayahmu sudah menilai mereka berdua cukup tinggi"lanjutnya

"Kapan ibu berkenalan dengan mereka?" Tanyaku

Aku merasa heran. Wajah kedua  pemuda itu memang tak terlalu asing bagiku.sudah berapa kali aku melihat mereka lari pagi di sekitar rumah kami. Dan pernah juga mereka melemparkan senyum kepadaku ketika berpapasan. Aku membalas senyum mereka ala kadarnya. Meskipun aku tidak kenal mereka dan tak tahu yang mana rumah mereka, aku yakin mereka pasti tetangga kami.

"Lho, kamu bagaimana sih,keduanya kan pernah berkunjung kerumah kita" jelas ibu

"Kapan bu?" Tanyaku

Saat Bahagia TibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang