Chapter 3

16 2 16
                                    

Pagi ini di kediaman bapak Gery yang sederhana,

Hanya ada empat lantai, sepuluh kamar, delapan kamar mandi, dua kitchen set, satu ruang makan, satu ruang keluarga, satu ruang tamu, dua taman, satu kolam renang, satu studio musik, satu ruang karaoke, satu tempat gym, satu rooftop, garasi dengan tujuh koleksi mobil sport, dan dua motor ducati yang melengkapi hunian sederhana keluarga Gery dan Nada.

Kini tepatnya di kamar Melody, gadis cantik dari hasil bercocok tanam Nada dan Gery sibuk mengucek-ngucek matanya karena merasakan sesuatu yang janggal diatas ranjang ukuran king sizenya.

"Ayah? Sejak kapan kita jadi tidur dempet tiga kayak cabe-cabean?"

Nada yang mendengar anaknya ngedumel, reflek mengerjapkan matanya dan benar saja mereka bertiga tidur bersama dengan posisi Gery dan Nada yang berada di sisi kiri dan kanan Melody. 

Bukannya menjawab pertanyaan anaknya, Gery hanya menggeliat sesekali menguap karena masih merasa ngantuk.

"Pagi dua kesayangannya ayah." Seperti biasa, Gery berbicara dengan suara serak-serak khas bangun tidur yang menurut Nada sangat seksi.

Nada bangkit dari ranjang dan bergegas mengambil wudhu, langkahnya masih sedikit pincang karena kejadian tempo itu ia terjatuh di kantor Gery.

Gery yang melihat itu langsung berinisiatif memapah langkah Nada menju kamar mandi.

"Loh, bunda kenapa jalannya pincang? Kok Molly gak tau?"

"Bunda keram dari semalem sih, kamu mana liat kan semalem bunda ke kamar sibuk liatin HP."

"Duh, harusnya bunda bilang! Maafin Molly yang gak peka ini ya bunda." kata gadis kecil itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Sstt.. kan udah ada ayah yang bakal jagain bunda. Ayo semuanya siap-siap wudhu, kita sholat berjamaah." Kata Gery menengahi.

Setelah membantu Nada mengambil wudhu dan semuanya siap Gery mengimami dua malaikatnya untuk melaksanakan sholat subuh. Dua gerakan salam sudah dilakukan, kemudian diakhiri dengan Nada dan Melody yang bergantian mencium tangan Gery.

"Molly ayo siap-siap nak. Bunda udah siapin seragamnya. Jangan mandi lama-lama, langsung turun sarapan."

"Siap bunda dokterkuuu!"

Setelah Melody masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, Nada berniat pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan. Gery dengan cekatan menggendong Nada untuk menuruni anak tangga.

"Bisa turunin gak, aku masih bisa jalan sendiri"

"Gak, udah kamu nanti duduk aja, biar aku yang buatin sarapan."

"Gak perlu, kamu siap-siap aja. Nanti telat."

"Kamu masih marah?"

Hell.. setelah apa yang ia lakukan, sekarang ia masih berani bertanya? Dia bahkan belum minta maaf atas ucapannya kemarin! Batin Nada.

"Aku gak marah.." Nada menggantungkan kalimatnya, pandangannya sudah mulai mengabur. Matanya berkaca-kaca. Ia berusaha keras untuk tidak menangis hingga bibirnya digigit kuat untuk menahan rasa sakitnya.

"Tapi aku kecewa"

Gery menghela nafasnya, kemudian menarik Nada kedalam pelukannya.

"Maaf" katanya lirih, suaranya bahkan nyaris tak terdengar jika saja Nada tidak sedang di pelukan sang suami.

"Aku janji, lain kali bakal ngontrol emosi aku."

Pertahanan Nada runtuh, ia menangis sejadi-jadinya didalam dekapan Gery. 

PLUVIOPHILE (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang