D-Day

202 34 0
                                    

Minhee mematut dirinya di cermin. Sepertinya penampilannya sudah lumayan. Terakhir dioleskannya lip tint di bibirnya agar tidak terlihat pucat. Penampilannya sudah cukup bagus.

Perlahan dilihatnya pintu kamarnya terbuka. Ah, ternyata mamanya. Mamanya pun memasuki kamarnya, lalu duduk di ranjang miliknya.

"Minhee." Panggil mamanya pelan. Mungkin dengan sedikit nada khawatir dalam suaranya. "Yakin mau jalan sama Yunseong."

Minhee tak sanggup menatap mata mamanya. Kalau ia hanyut dalam tatapan mamanya, ia tak akan jadi pergi sekarang.

"Minhee yakin, ma." Jawab Minhee dengan mantap. Bagaimana pun ia harus keluar hari ini. Menjalani malam bersama Yunseong, ini keinginannya sejak dulu kan. Ia selalu dilarang untuk keluar malam hari oleh keluarganya.

"Tapi sayang, nanti kamu kenapa-napa. Kemaren kamu juga mimisan, sayang."

"Ngga apa-apa, ma. Kemaren Minhee cuma mimisan, ngga parah kok." Minhee pun mulai menatap wajah mamanya. Berusaha untuk meyakinkan wanita yang telah melahirkannya itu.

"Sayang—"

"Mama percaya sama Minhee ya, Minhee ngga bakal kenapa-napa kok."

"Yaudah kalau gitu, tapi kalau kamu ngerasa ngga enak badan langsung pulang ya." Wanita itu membawa Minhee ke dalam pelukannya. Di dekapnya erat tubuh putranya itu, seolah-olah ia tak ingin putranya pergi.

"Iya ma, aku janji."

Sekarang Minhee dan Yunseong sudah berada di sebuah pasar malam di pusat kota. Minhee sudah lama ingin kesini, tapi karena orang tuanya tak akan mengizinkan ia tak bisa pergi. Untung saja ia bisa meyakinkan orang tuanya untuk pergi malam ini.

Yunseong menggenggam erat tangan Minhee. Malam ini cukup dingin, mungkin dengan bergandengan tangan bisa sedikit mengurangi suhu dingin yang terasa.

"Kak Yunseong." Yunseong menolehkan kepalanya kala Minhee memanggilnya. Ditatapnya wajah dengan kulit pucatnya itu.

"Kenapa sayang?"

"Mau es krim, boleh ya?"

"Jangan ya, udah malem loh."

"Tapi mau."

"Jangan ya sayang, kamu baru sembuh loh."

"Hum." Minhee menggembungkan pipinya karena permintaannya tidak dikabulkan Yunseong. Sedikit merajuk tidak masalah bukan.

"Permen kapas mau ngga?" Mendengar itu Minhee segera melihat Yunseong dengan tatapan berbinar. Tidak jadi merajuk nampaknya.

"Mau," nada manja itu keluar dari mulut Minhee. Yunseong mencubit pelan pipi Minhee, salahkan kenapa anak itu sangat menggemaskan.

"Yuk," Yunseong pun menarik pelan tangan Minhee. Dibawanya pacarnya itu ke tempat pedagang permen kapan. Ia pun membayar untuk sebuah permen kapas ukuran besar, lalu memberikannya pada Minhee.

"Thank's, kak."

"Sama-sama, sayang."

Yunseong pun kembali menggenggam tangan Minhee yang kosong. Dibawanya Minhee berjalan untuk melihat pemandangan sekitar.

"Mau naik bianglala ngga?" Tawaran dari Yunseong langsung membuat Minhee semangat. Tanpa sadar ia langsung mengembangkan senyumnya dengan sangat lebar. Ah, Yunseong bisa diabetes lama-lama kalau seperti ini.

"Mau kak, mau." Yunseong mengusak rambut Minhee gemas.

"Bentar ya, sayang. Kakak beli tiketnya dulu." Yunseong pun berjalan menuju loket yang berada tak jauh dari mereka. Setelah membeli tiket untuk Minhee dan dirinya, ia segera kembali ke tempat Minhee berdiri.

"Yuk," Yunseong kembali menggenggam tangan Minhee, membawanya menuju wahana bianglala. Setelah mengantre beberapa saat, mereka pun dapat menaiki wahana tersebut.

Minhee tampak antusias melihat pemandangan kota dari atas. Sedangkan Yunseong sedari tadi tak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Minhee. Sadar bahwa dirinya diperhatikan, Minhee pun mendadak salah tingkah. Pipinya tampak memerah. Yunseong mengusap pelan pipi itu, seraya menatap lekat manik kembar Minhee.

Perlahan Yunseong mulai mengikis jarak antara mereka. Kening mereka pun sudah menempel satu sama lain. Tolong sadarkan Yunseong agar tidak lancang mencium Minhee seenak jidatnya.

Ibu jari Yunseong terulur untuk mengusap bibir Minhee. Minhee menahan napas, berusaha menetralisir degupan jantungnya. Berada sedekat ini dengan Yunseong membuat kerja jantungnya lebih ekstra.

"Minhee," suara itu terdengar sangat indah di telinga Minhee. Entah kenapa ia merasa terhipnotis oleh tatapan pemuda Hwang itu. "Can I kiss you?" Minhee terdiam. Ia memang sudah lama menunggu momen ini, begitupun dengan Yunseong. Perlahan Minhee mengangguk, ia sudah yakin untuk hal ini.

Sebelum Yunseong menempelkan bibir mereka, Minhee menutup matanya. Entahlah, tapi hatinya memintanya untuk melakukan itu. Minhee merasakan usapan lembut di pipinya. "Don't close your eyes, baby." Mendengar perkataan Yunseong, Minhee kembali membuka kedua matanya. Maniknya langsung bertemu dengan manik Yunseong. Dapat dilihatnya sebuah ketulusan disana.

Perlahan Yunseong mengikis jarak mereka. Kedua bibir itu benar-benar telah menyatu. Tanpa ada jarak sedikit pun. Tanpa ada pergerakan. Ini pertama kalinya bagi Minhee, begitu pun bagi Yunseong. Ini benar-benar yang pertama bagi mereka.

Perlahan Yunseong mulai memberi lumatan-lumatan kecil. Membuat Minhee merasakan hal yang baru kali ini dirasakannya. Matanya masih menatap mata Yunseong. Dapat dilihatnya manik kembar milik kekasihnya itu menatapnya penuh cinta.

Puas dengan lumatan, perlahan Yunseong mulai menghisap pelan bibir tipis milik kekasih imutnya. Minhee yang sudah mulai terbiasa mencoba untuk mengimbangi permainan Yunseong.

Malam ini, tentu saja akan menjadi malam yang spesial bagi keduanya. Malam dimana mereka merasakan kebahagiaan. Malam dimana mereka merasakan kebersamaan.

Dan yang terpenting.....

Malam dimana mereka merasakan ciuman pertama mereka berdua.

Tbc.

D-DAY | Hwangmini ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang