D+1 (End)

249 37 6
                                    

Yunseong sedikit panik sehabis mendapat telpon dari Seongmin, adiknya Minhee. Sesaat, pikirannya menjadi kalut. Ia terdiam tidak tau akan melakukan apa. Namun sesaat kemudian ia kembali mendapatkan kesadarannya.

Buru-buru ia berjalan menuju kamar mandi. Ia pun mandi secepat yang ia bisa. Tidak peduli apapun, ia hanya harus cepat. Setelahnya ia segera mengenakan pakaian.

Yunseong pun segera mengambil ponselnya, lalu menyambar kunci mobilnya. Ia berjalan melewati ruang tengah, mungkin sedikit berlari. Melewati apapun tanpa peduli sekitar, bahkan panggilan dari orang tuanya.

Ia segera menuju garasi. Memasuki mobilnya dengan cepat, lalu memanaskan mobilnya sebentar. Setelahnya ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah kekasihnya. Tak peduli apapun, ia hanya ingin segera sampai disana.

Membuktikan bahwa ucapan Seongmin salah, Minhee nya belum meninggal.

"Sayang, kenapa jadi gini."

Air mata Yunseong sudah kering. Sedari tadi ia tidak melepaskan pelukannya pada nisan di depannya. Nisan milik kekasihnya. Iya benar, nisan milik kekasihnya.

Sedari tadi Yunseong masih setia memeluk nisan tersebut. Bahkan saat pelayat sudah pulang satu persatu, Yunseong masih setia memeluk nisan itu. Ia masih belum percaya bahwa cintanya telah pergi. Pergi untuk selamanya, tak akan pernah kembali.

Kenapa ia tidak sadar kalau selama ini kekasihnya itu tidak baik-baik saja? Kenapa ia tidak sadar kalau kekasihnya mengidap penyakit yang berbahaya? Apa ia bukan kekasih yang baik? Sepertinya begitu.

"Yunseong, udah ya nak. Ikhlasin Minhee, dia pasti sedih ngeliat kamu kaya gini." Mama Minhee pun berjongkok, mengusap pundak Yunseong dengan lembut. Memberikan ketenangan pada orang yang sudah dianggapnya anak tersebut.

"Mama, kenapa ngga pernah cerita."

"Maaf ya nak, tapi ini permintaan Minhee sendiri."

"Yunseong merasa buruk, ma. Yunseong bukan pacar yang baik buat Minhee." Wanita itu tersenyum. Ia tidak menyangka bahwa Yunseong begitu menyayangi almarhum putranya.

"Siapa bilang, Yunseong pacar yang baik buat Minhee. Selama pacaran sama kamu Minhee ngga pernah sedih, ia selalu bahagia."

"Mama."

"Bahkan sepulang dari pasar malam kemaren, Minhee selalu tersenyum. Ia selalu mencium pipi papa sama mama. Bahkan ia tak segan-segan mencium pipi Seongmin meskipun adiknya itu menolak."

Cerita mama Minhee membuat air mata Yunseong mengalir. Bahkan kekasihnya itu menabur kebahagiaan sebelum ia pergi.

"Semalam Minhee juga tiba-tiba minta dipuk-pukin sebelum tidur. Mama emang ngerasa aneh karena dia tiba-tiba manja. Ia bahkan sempat bilang kalau dia bahagia banget kemaren."

Yunseong benar-benar tak tau harus bereaksi apa. Ia hanya merasa sangat sedih kehilangan kekasihnya. Ditambahkan cerita dari wanita itu membuat Yunseong semakin ingin menangis.

"Dia juga sempat bilang dia bahagia banget pacaran sama kamu. Kamu baik, Yunseong. Jangan larut dalam kesedihan ya, Minhee pasti sedih ngeliat kamu begini."

Tangan wanita itu terulur untuk menghapus air mata Yunseong. Lalu diusapnya pelan punggung lebar itu.

"Mama pulang duluan ya. Ingat, kamu jangan larut dalam kesedihan. Ikhlasin Minhee ya nak, biar dia tenang disana."

Setelahnya mama Minhee pergi dari makam Minhee. Tinggal ia sendiri sekarang. Diusapnya pelan nisan tersebut.

"Sayang, kamu bahagia ya? Maaf ya kalau aku belum bisa bahagiain kamu." Air matanya mengalir lagi. Dengan kasar dihapusnya air matanya tersebut. "Kamu yang tenang ya disana, aku pasti Ikhlasin kamu kok. Aku janji bakalan bahagia di sini. Nanti kalau udah waktunya kita bareng lagi ya." Yunseong pun mengecup nisan itu pelan.

"Aku pulang dulu ya, sayang. Mungkin besok aku bakal kesini lagi. Jangan kangen sama aku ya. Aku cinta kamu."

Perlahan Yunseong bangkit dari posisinya. Ia pun berjalan meninggalkan makan cintanya itu. Segera ia menuju mobilnya. Dijalankannya mobilnya dengan pelan.

Kenangan bersama Minhee pun terlintas di memorinya. Bagaimana mereka pertama kali bertemu, bagaimana ia melakukan pdkt, dan bagaimana ia meminta Minhee menjadi kekasihnya. Ia tersenyum kala mengingat ciuman pertama mereka berdua. Memori itu masih terasa hangat karena belum dua puluh empat jam.

'Aku janji bakal bahagia, sayang. Kalau waktunya udah datang, kita bakal bareng lagi kan?'

Yunseong tak henti-hentinya tersenyum kala memori indah bersama Minhee berputar di kepalanya. Semua kenangan itu terasa nyata. Ia benar-benar bahagia bahkan hanya dengan kenangan itu.

Kenangan yang berputar di kepalanya membuat ia tidak fokus mengemudikan mobilnya. Bahkan ia tidak sadar sampai sebuah truk membuat mobilnya terguling di jalanan. Seketika tubuhnya mati rasa. Nafasnya pun mulai terasa berat. Samar-samar ia melihat Minhee mendekat, mengulurkan tangan kepadanya.

'Sekarang udah waktunya ya? Kita akan bahagia bersama, sayang.'

End.

D-DAY | Hwangmini ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang