Beberapa bulan setelah kejadian yang begitu menyakitkan bagi Indi telah terlewati bersama dengan hati yang mulai ia tata kembali.
Sekarang, Indi menjadi pribadi yang terkesan dingin. Indi melewati hari harinya dengan terus belajar dan belajar. Ia ingin membuktikan bahwa Indi tidak butuh pria brengsek macem Rey. Ia akan mencapai target yang dari dulu ia idamkan yaitu menjadi lulusan terbaik di Smansa.
Akhirnya, setelah melewati perjuangan berat, berkutat dengan soal Ujian Nasional yang membuat isi kepala hampir meledak, hari yang ditunggu tunggu siswa Smansa kelas XII berlangsung juga.
Ya, hari ini hari kelulusan untuk angkatan Indi dan kawan kawan.
"Saya akan mengumumkan lulusan terbaik untuk tahun ini" ucap pak Andri, kepala sekolah SMAN 1 Airlangga.
Di bangku peserta, Indi mulai gugup bercampur cemas, apa perjuanganya selama ini membuahkan hasil?
"Saya ucapkan selamat kepada Ananda Indira Grizelle yang telah menjadi lulusan terbaik tahun ini. Kepada ananda Indi dipersilahkan untuk maju ke depan"
Indi mengembuskan nafas yang sedari tadi tak sadar ia tahan. Akhirnya, perjuangan ia belajar sampai tengah malam tidak sia sia juga.
"Selamat ya sayang, mama bangga banget samaa kamuu ndii" Lisa, mama Indi memeluknya dengan erat. Ia sangat bangga memiliki putri satu satunya yang begitu cerdas.
"Thanks mamaa" Indi sangat bersyukur memiliki seorang Ibu yang selalu mendukungnya dan meberikan dekapan yang hangat.
Sorak sorai tepuk tangan menyambut Indi di depan panggung utama. Ia mendapatkan piala dan penghargaan khusus untuk lulusan terbaik.
"Saya Indira Grizelle mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Bapak guru semua yang telah membimbing kami. Tak lupa kepada tiga rekan seperjuangan saya yang telah berjuang bersama, sampai saya mencapai pada titik ini"
Indi melirik ketiga sahabatnya yang saling merangkul dengan ekspresi haru. Indi sampai terkekeh melihat ekspresi lucu mereka.
Secara tidak sengaja, mata Indi beradu tatap dengan mata Rey yang sedang menatapnya dengan tatapan bangga dan senyum simpul menghiasi wajah tampanya.
"Saya juga mengucapkan terimakasih kepada seseorang di masalalu saya yang telah menjadi motivasi terbesar bagi saya, sehingga saya bisa berdiri dengan bangga di podium saat ini" sambil menatap Rey dengan senyum mengejek.
"Akhirnya, saya dapat membuktikan bahwa saya mampu bangkit sendiri dan tidak membutuhkan seseorang seperti dirinya"
Senyum yang awalnya terbit kini mendadak luntur selepas Indi melontarkan kalimat menyakitkan yang ditujukan kepadanya.
👑
Sesi foto bersama selesai, sekarang waktunya para siswa menikmati moment perpisahan dengan sesekali berfoto bersama orang tua, sahabat atau orang terdekat mereka.
Tak jauh beda dengan Indi, ia sedang berbincang dengan ketiga sahabat rempongnya yang tak bisa menghentikan tangis bahagianya melihat Indi membawa piala besar dengan tulisan "Lulusan Terbaik 2020" untung saja makeup mereka waterproof. Kalau tidak, Indi sudah tidak dapat membayangkan bagaimana nasib wajah mereka bertiga.
"Gue emang udah prediksi dari dulu, lo bakal jadi lulusan terbaik ndi. Tiap semester selalu juara umum pararel, jadi ga kaget gue. Selamat yaa ndikuuu i proud of you" Imel langsung memeluk Indi dengan perasaan bangga serta harunya.
"Harusnya guee yang jadi lulusan terbaik. Keknya gurunya typo nih ah tapi gapapa deh buat lo aja ndi ikhlas gue" Sari memeluk Indi yang masih dipeluk imel dengan erat.
Indi terkekeh mendengar penuturan Sari dan langsung membalas pelukan mereka berdua.
"Kasih selamat jangan nih?" Tanya Liaa sambil melipat kedua tanganya didepan dada dan kerlingan mata jahilnya.
"Gamau meluk nih?" Tanya Indi dengan ekspresi pura pura sedihnya.
"Arghh bangga banget gue sama lo ndi, kok otak lo bisa encer gituu ya, makan apa si lo? Heran gue."
Liaa terkekeh dan ikut bergabung memeluk Indi."Woy! gue ketinggalan nihh. Laknat kalian semuaaa" Alena yang baru saja berfoto bersama keluarganya langsung berlari untuk ikut berpelukan.
Akhirnya mereka berpelukan lama seperti teletubies yang hendak berpisah.
"Khem"
Pelukan teletubies pun terlepas setelah mendengar deheman dari seorang lelaki yang suaranya terasa familiar. Indi mengenal suara itu, itu suara Rey. Ngapain dia disini?
"Hai ndi, selamat yaa akhirnya usaha kamu selama ini ga sia sia" Rey merentangkan tanganya bermaksud ingin memeluk Indi. Namun Indi hanya menanggapinya dengan senyuman tipis.
"Thanks Rey, ini juga berkat lo. Rasa sakit yang dulu lo kasih ke gue jadi motivasi terbesar buat gue bisa jadi kaya sekarang"
Rey menggaruk tengkuknya. Ia merasa malu telah menyakiti perempuan setulus Indi.
"Ah iya, sekali lagi gue minta maaf ndi gue ga bermaksud.."
"Nope, jangan dibahas, percuma. Soalnya gue udah lupa. Yaudah Rey gue pamit. Yu guys"
"Bubay Rey sadboy, makanya jangan coba coba jadi fakboy luu. Nyesel kann!" ejek Sari sambil melengos meninggalkan Rey yang menatap kearah Indi dengan tatapan yang semakin menyiratkan rasa penyesalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ferline
Teen Fiction"Di" "Hm?" "Kita putus aja yaa?" Bagai tersambar petir disiang bolong. Indi mendongakan kepalanya menatap mata hazel sang pujaan hati yang telah mengisi hari harinya selama 2 tahun. "T-tapi kenapa Rey?" "Kayanya kita udah ga cocok. Jujur, aku udah l...